Pages

Labels

Kontrol Populasi: Apakah Ini Alat Kelompok Kaya?

Suhu sekitar 30 derajat Celsius. Kelembaban udara terasa mencekik. Bunyi bising tak tertahankan. Di sebuah pekarangan rumah, antara dua gudang pengeringan teh, beberapa wanita berkulit gelap, duduk dengan sabar. Masing-masing perempuan itu membawa sebuah karung kain yang kumal.

Mereka mengenakan kain sari yang beraneka warna, tapi wajah wanita-wanita itu terlihat letih dan lusuh. Fakta yang sungguh mengejutkan. Mereka menghabiskan sebagian besar hari di perkebunan teh terdekat, memetih daun teh yang akan ditimbang sekitar dua sen per kilo, kurang dari cukup untuk memberi makan keluarga besar mereka.

Vivek Baid berpikir dia tahu cara membantu mereka. Dia mengelola Misi untuk Kontrol Populasi, satu proyek di timur India yang bertujuan menurunkan angka kelahiran dengan mendorong wanita setempat untuk disterilisasi setelah akan kedua lahir.

Saat dunia saat ini dihuni sekitar tujuh miliar orang, beberapa orang seperti Vivek emnganggap upaya untuk menurunkan populasi global harus dilanjutkan agar kehidupan manusia di Bumi dapat berlanjut dan kemiskinan serta kelaparan massal dapat dihindari.

Tidak ada pihak manapun yang meragukan tujuan baik mereka. Vivek, misalnya, telah menggunakan uangnya sendiri dalam proyek tersebut. Dia sangat bersemangat dalam menciptakan masa depan lebih cerah bagi India.

Namun kritik yang muncul menuduh pengkampanye seperti Vivek, seorang pengusaha sukses dan kaya, memiliki kehidupan yang sangat berbeda dengan keseharian orang-orang yang ingin mereka tolong, dalam hal ini para wanita miskin tersebut.

Para pengkritik mengatakan, orang-orang kaya berusaha mengontrol populasi warga miskin selama beberapa dekade. Menurut pengkritiknya, upaya untuk mengontrol populasi dunia itu seringkali menciptakan gejolak dan seringkali menyakitkan bagi warga miskin.

Sebagian besar sejarawan yang melacak kontrol populasi modern akan menemukan akarnya pada Reverend Thomas Malthus, pendeta Inggris yang lahir pada abad ke-18 yang percaya bahwa manusia akan selalu bereproduksi lebih cepat daripada kapasitas Bumi untuk memberi makan mereka. “Memberikan pertolongan yang menghasilkan keputusasaan massal hanya akan membahayakan orang lain,” tutur Malthus. Karena itu, realitas brutalnya ialah lebih baik membiarkan mereka kelaparan.

Kemajuan pertanian yang sangat cepat pada abad ke-19 membuktikan bahwa pendapatnya salah, karena produksi pangan secara umum lebih banyak daripada pertumbuhan populasi. Tapi ide bahwa kaum kaya terancam oleh kaum miskin yang putus asa, telah menghantui abad ke-20.

Sejak 1960-an, Bank Dunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan berbagai lembaga filantropi independen Amerika Serikat (AS), seperti yayasan Ford dan Rockefeller, mulai fokus pada apa yang mereka lihat sebagai masalah perkembangan jumlah Dunia Ketiga.
Mereka percaya bahwa populasi berlebihan sebagai penyebab utama kerusakan lingkungan, ekonomi terbelakang dan ketidakstabilan politik.

“Besarnya populasi di Dunia Ketiga dilihat sebagai ancaman bagi kapitalisme Barat dan akses menuju sumber daya alam,” papar Profesor Betsy Hartmann dari Hampshire College, Massachusetts, AS, pada BBC. “Pandangan tentang selatan itu sangat mendominasi kerangka kerja Malthusian. Ini menjadi ideologi yang kuat.”

Pada 1966, Presiden AS Lyndon Johnson memperingatkan bahwa Negeri Paman Sam mungkin dipenuhi oleh orang-orang putus asa. Dia pun menetapkan bantuan asing AS tergantung apakah negara-negara itu menerapkan program keluarga berencana (KB). Negara-negara kaya seperti Jepang, Swedia, dan Inggris, juga mulai menggelontorkan uang untuk mengurangi tingkat kelahiran bayi di Dunia Ketiga.

Kebutuhan Tak Terpenuhi

Apa yang sebenarnya disepakati semua orang ialah di sana ada tuntutan besar untuk kontrol kelahiran bagi warga termiskin di dunia. Karena itu, berbagai metode kontrasepsi diciptakan untuk menghentikan laju pertumbuhan populasi.

Namun dengan adanya berbagai manfaat, beberapa pihak menggunakan teori kebutuhan yang tidak terpenuhi untuk menyoroti tekanan berlebihan dalam kontrol kelahiran dan pengabaian terhadap berbagai kebutuhan serius lainnya. “Ini solusi top-down (dari atas ke bawah),” kata Mohan Rao, dokter dan pakar kesehatan publik di Universitas Jawaharlal Nehru, New Delhi. “Ada kebutuhan yang tidak terpenuhi untuk layanan kontrasepsi, tentunya. Tapi ada juga kebutuhan tak terpenuhi untuk layanan kesehatan dan segala jenis layanan lainnya yang tidak mendapat perhatian. Fokusnya hanya pada kontrasepsi.”

“Sudahkah para pakar demografi bekerja di level akar rumput, daripada memberlakukan solusi dari atas?” ujar Adrienne Germain, mantan pekerja di Ford Foundation dan kemudian di Koalisi Kesehatan Wanita Internasional (IWHC) pada BBC. “Tidak mendapatkan layanan kesehatan yang lengkap, berarti perempuan tidak mampu menggunakan KB, atau tidak mau juga KB karena mereka masih dapat memperkirakan bahwa setengah anak-anak mereka meninggal pada usia lima tahun.”

Kita dan Mereka

Pada 1968, pakar biologi AS Paul Ehrlich membuat heboh dengan buku terlarisnya, The Population Bomb, yang menyatakan bahwa saat ini sudah terlambat untuk menyelamatkan beberapa negara dari dampak buruk kelebihan populasi, yang akan berakhir dengan adanya bencana ekologi dan kematian ratusan juta orang pada 1970-an.

Karena itu, semua negara harus berkonsentrasi dalam pengurangan pertumbuhan populasi secara drastis. Dia menyatakan, bantuan finansial harus diberikan hanya pada negara-negara yang memiliki peluang realistis menurunkan tingkat kelahiran. Bahkan kalau perlu diwajibkan untuk KB.

Pakar Barat dan elit lokal di negara berkembang segera menetapkan target-target untuk pengurangan anggota keluarga, dan menggunakan analogi militer untuk menegaskan pentingnya hal tersebut. “Mereka menyebut perang terhadap pertumbuhan populasi, berjuang dengan senjata konstrasepsi. Perang akan membutuhkan pengorbanan dan kerugian,” kata Matthew Connelly, sejarawan kontrol populasi di Columbia University, New York.

Bahasa semacam itu menunjukkan kurangnya empati terhadap subyek mereka. “Orang tidak bicara tentang manusia. Mereka bicara tentang penerima dan pengguna KB,” tutur Germain.

Langkah Darurat

Kritik terhadap kontrol populasi diungkapkan pertama kali dalam konferensi populasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1974. Menteri Kesehatan India Karan Singh saat itu menegaskan, “Pembangunan merupakan kontrasepsi terbaik.”

Namun setahun kemudian, pemerintahan Singh memimpin salah satu episode paling kejam dalam sejarah kontrol populasi. Pada Juni 1975, PM India Indira Gandhi mendeklarasikan status keadaan darurat setelah tuduhan korupsi mengancam pemerintahannya. Putranya, Sanjay, menggunakan keadaan darurat untuk mengenalkan langkah-langkah kotnrol populasi radikal yang menargetkan kaum miskin.

Keadaan darurat di India berlangsung kurang dari dua tahun, tapi pada 1975 saja, sebanyak delapan juta warga India, yang sebagian besar pria miskin, disterilisasi atau dikebiri. Meski dengan adanya berbagai program dan paksaan itu, banyak wanita miskin tetap memiliki bayi.

Di India, perbedaan tingkat kelahiran bayi telah diteliti antara negara bagian utara yang miskin dan bagian selatan yang lebih maju seperti Kerala yang wanita di sana lebih terdidik dan sehat. Wanita mereka menyadari bahwa mereka dapat memiliki lebih sedikit anak dan tetap berharap melihat anak mereka tumbuh hingga dewasa.

Kontrol Total

Sekarang, fenomena ini dapat dilihat di negara lain juga. Kebijakan Satu Anak telah mencegah sekitar 400 juta kelahiran di China dan tetap diberlakukan hingga saat ini. Pada 1983 saja, lebih dari 16 juta wanita dan empat juta pria disterilisasi dan 14 juta wanita melakukan aborsi.

Dilihat dari angkanya saja, dapat dikatakan bahwa itu merupakan kontrol populasi paling sukses di dunia. Namun tetap saja menimbulkan kontroversi karena kebijakan itu menimbulkan penderitaan kemanusiaan.

Beberapa tahun setelah diterapkan, kebijakan itu sedikit dilonggarkan untuk mengijinkan pasangan di pedesaan memiliki dua anak jika anak pertama mereka bukan laki-laki. Anak laki-laki sangat dihargai, khususnya di daerah pedesaan di mana kaum pria menjadi tenaga kerja dan merawat orangtua di usia lanjut.

Namun teknologi modern membuat para orangtua dapat melihat jenis kelamin janin sehingga banyak yang memilih aborsi jika mereka mendapatkan janin perempuan. Di beberapa wilayah, sekarang ada ketidakseimbangan jumlah pria dan wanita.

Terlebih lagi, tingkat kesuburan di China menurun saat kebijakan diterapkan. Alasan ini menjadi argumen penyebab turunnya tingkat kelahiran bayi.

“Saya pikir mereka tidak ingin menurunkannya lebih jauh. Yang akan terjadi ialah angka tersebut akan tetap rendah dalam 10 tahun mendatang,” papar pakar demografi India AR Nanda pada BBC.

Pada awal 1980-an, penolakan terhadap gerakan kontrol populasi mulai berkembang, khususnya di AS. Di Washington, pemerintahan baru Reagan mencabut dukungan finansial bagi semua program yang melibatkan aborsi atau sterilisasi. Aliansi untuk mengurangi tingkat kelahiran bayi mulai dibubarkan dan perdebatan mulai lebih terkutub secara politis.

Jika kubu kanan politik mengajukan keberatan moral terhadap kontrol populasi, kubu kiri menganggapnya sebagai neo-kolonialisme. Sejumlah kelompok keyakinan juga mengecamnya sebagai serangan Barat terhadap nilai-nilai relijius.

Seirign waktu, konferensi PBB tentang populasi dan pembangunan di Kairo pada 1994, berbagai kelompok perempuan menyerukan hak asasi wanita dan mereka menang. Konferensi itu mengadopsi 20 tahun rencana aksi, yang dikenal sebagai konsensus Kairo yang menyerukan setiap negara bahwa pengakuan terhadap kebutuhan wanita lebih diutamakan daripada mementingkan rencana demografi. Kebutuhan wanita itulah yang menjadi inti dari strategi populasi.

Setelah Konsensus Kairo

Pemecahan rekor populasi global saat ini menyembunyikan tren jangka panjang rendahnya tingkat kelahiran, saat urbanisasi, pelayanan kesehatan yang lebih baik, pendidikan dan akses terhadap KB, semuanya mempengaruhi berbagai pilihan wanita.

Dengan pengecualian sub-Sahara Afrika dan beberapa wilayah termiskin India, kita sekarang memiliki lebih sedikit anak daripada sebelumnya. Meskipun jumlah total populasi tetap akan naik, tapi puncaknya dapat diamati.

Dengan mengasumsikan tren ini terus ada, total populasi suatu saat akan turun. Sebagai hasilnya, beberapa orang yakin bahwa pentingnya kontrol populasi telah sirna. Istilah kontrol populasi juga sudah tidak populer karena ada konotasi otoriter. Setelah konsensus Kairo, yang dibicarakan ialah hak asasi perempuan dan hak asasi reproduksi, yang berarti hak untuk memiliki atau tidak memiliki anak.

Menurut Adrienne Germain, itu merupakan pelajaran utama yang harus diambil dari 50 tahun silam. “Saya memiliki keyakinan penuh bahwa jika Anda memberikan perempuan peralatan yang mereka butuhkan, yakni pendidikan, pekerjaan, kontrasepsi, aborsi aman, mereka akan memiliki berbagai pilihan yang menguntungkan masyarakat,” tuturnya. “Jika Anda tidak punya, Anda hanya akan dalam lingkaran tanpa akhir untuk mengontrol kesuburan, meningkatkan atau menurunkan, menjaganya stabil. Dan itu tidak pernah memberikan hasil yang bagus. Tidak pernah.”

Selain itu, sisa dari program-program untuk sterilisasi, seringkali untuk mendapatkan insentif finansial. Dampaknya, menurut para pengkritik, ini menjadi bentuk paksaan, karena warga miskin sangat sulit menolak uang. “Orang mengatakan ‘Jangan khawatir, semuanya baik-baik saja sekarang kami mengikuti program dalam model Kairo’,” ungkap Betsy Hartmann. “Tapi apa yang mereka tidak pahami ialah perbedaan besar dalam kekuasaan antara kaum kaya dan miskin. Orang yang menyedikan berbagai layanan di daerah miskin telah memiliki penilaian terhadap orang yang mereka layani.”

Bagi Mohan Rao, ini merupakan contoh bagaimana konsensus Kairo gagal untuk dilaksanakan di negara-negara berkembang. “Kairo memiliki beberapa hal baik. Namun Kairo digerakkan oleh agenda-agenda feminis Dunia Pertama. Hak reproduksi sangat baik, tapi ada banyak jenis hak lainnya sebelum wanita dapat mengakses hak reproduksi. Anda perlu hak untuk pangan, pekerjaan, air, keadilan, dan gaji yang layak. Tanpa semua itu Anda tidak dapat memiliki hak reproduksi,” tegasnya.

Di tengah semua itu, cita-cita ideal konsensus Kairo tetap berfungsi. Sementara Paul Ehrlich juga mengubah pendapatnya tentang isu tersebut. Jika dia menulis bukunya saat ini, “Saya akan fokus pada mencegah kemiskinan massal. Saya akan fokus di sana terlalu banyak orang kaya. Ini kristal jelas bahwa kita tidak dapat mendukung tujuh miliar orang dalam gaya orang kaya Amerika.” (syarifudin)

Warga Bangkok Eksodus

BANGKOK – Luapan air bah yang terus merangsek ke pusat kota membuat ribuan penduduk Bangkok kemarin meninggalkan Ibu Kota untuk menyelamatkan diri.

orang memadati terminal bus,bandara, dan stasiun kereta api bersiap menuju ke daerah yang jauh dari jalur banjir dengan resor Pantai Hua Hin, Phuket, dan Pattaya menjadi tujuan. Lokasi wisata itu pun seketika penuh. “Semua tujuan tersebut dipenuhi warga Thailand yang pindah dari Bangkok,” kata Deputi Kepala Otoritas Pariwisata Thailand Sansern Ngaorungsi kemarin.

Dia menjelaskan, penerbangan domestik dari Bandara Suvarnabhumi masih normal. Namun, jumlah penumpang yang terbang meninggalkan Bangkok terus meningkat. Gelombang eksodus juga diikuti warga asing.“Saya melihat di berita bahwa banjir semakin dekat. Mungkintidakakandatang,tapi saya tidak ingin mengalaminya,” tutur warga Kanada Claude Kerrignan, 72, saat dia menunggu bus ke Pattaya.

Air sudah menggenangi lantai dasar Grand Palace setelah sungai Chao Phraya meluap akibat tidak mampu mengalirkan air ke laut yang sedang pasang tinggi. Sebagian besar warga yang bertahan mencoba melindungi rumah mereka dengan memasang karung-karung pasir.

“Ini krisis karena jika kita mencoba melawan air dalam jumlah yang sangat besar ini, satu kekuatan alam, kita tidak akan menang.Namun jika kita mengalirkan air ini dengan bebas, orang-orang di banyak wilayah harus bersiap,”tutur Perdana Menteri (PM) Thailand Yingluck Shinawatra sambil berurai air mata, kemarin, seperti dikutip AFP.

Saat wartawan bertanya mengapa dia menangis,Yingluck menjawab, “Tidak, saya tidak menangis dan saya tidak akan. Saya akan menjadi kuat untuk menyelesaikan masalah ini bagi rakyat Thailand. Sekarang kita perlu mengalirkan banjir menuju laut sesegera mungkin dan kita perlu rencana rehabilitasi cepat.”

Banjir terbesar dalam sejarah Thailand ini menjadi ujian terbesar bagi PM yang baru menjabat dua bulan tersebut. Kredibilitasnya memimpin upaya penanggulangan banjir dipertanyakan banyak pihak. “Sejujurnya, kita perlu membiarkan air mengalir wajar menuju laut dan apa yang bisa kita lakukan sekarang ialah mengaturnya sehingga alirannya lambat atau semua orang akan menderita,” kata Yingluck seperti dikutip Reuters.

Sebagian besar wilayah Thailand terkena banjir akibat musim hujan selama tiga bulan terakhir.Lebih dari 370 orang tewas dan jutaan rumah serta mata pencarian warga hancur. “Besarnya volume air yang kini mengalir dari utara menuju Bangkok sama dengan 480.000 air kolam renang standar Olimpiade. Air sebanyak itu akan mencapai Ibu Kota bersamaan dengan musim gelombang tinggi laut akhir pekan ini,” papar Badan Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNOCHA).

Banjir jelas merugikan industri pariwisata Thailand karena beberapa negara, termasuk Inggris, memperingatkan warganya agar tidak melakukan perjalanan ke Bangkok dan lokasi lain yang terkena banjir.Ribuan pabrik di Thailand juga sudah berhenti beroperasi sehingga lebih dari setengah juta orang berhenti bekerja sementara.

Dari Jakarta, Menteri Perindustrian MS Hidayat mengungkapkan, banjir yang melanda Thailand bisa dijadikan momentum bagi pemerintah untuk menarik investor asing. “Yah betul (banjir bisa memberi nilai plus ke Indonesia), tapi jangan sampai kita memanfaatkan musibah orang,” kata Hidayat,kemarin.

Akibat banjir,produsen automotif Jepang seperti Honda,Toyota, dan Mitsubishi telah memikirkan alternatif untuk melakukan relokasi pabrik,termasuk ke Indonesia. Namun,Hidayat menyadari relokasi bukan keputusan mudah. Kalaupun terjadi, kemungkinan besar lebih pada produksi suku cadang,bukan industri utama. syarifuddin/maesaroh/ sandra karina

Kompetisi Penulisan Esai HAM 2011

Panduan Tema Penulisan Kerangka Esai “Kekerasan, Perdamaian dan Keindonesiaan”

Sekapur Sirih

Tiba saat bagi kaum muda untuk terlibat dalam pengungkapan kebenaran. Tiga belas tahun sejak peristiwa kekerasan yang berlangsung di tahun 1998, hal-hal yang berakar pada nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan demokrasi terus diupayakan untuk ditumbuhkan kembali. Sejarah modern bangsa Indonesia yang dalam perjalanannya diwarnai oleh berbagai macam peristiwa kekerasan, dan pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia sejak awal periode Orde Baru hingga kini dapat memberikan pelajaran yang bermakna akan nilai-nilai kemanusiaan. Sehingga menjadi logis kemudian ketika pada tahun 2000, MPR menegaskan di dalam TAP MPR No.V/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional bahwa “diperlukan upaya mengidentifikasi masalah, menentukan kondisi yang harus diciptakan dalam rangka menuju rekonsiliasi nasional dan menetapkan arah pelaksanaan pemantapan persatuan dan kesatuan nasional”.

Oleh karena itu pula, sejak periode “Reformasi” telah banyak upaya yang dilakukan oleh berbagai organisasi masyarakat maupun individu untuk memperhatikan bagian dari bangsa Indonesia yang menjadi korban dari berbagai peristiwa kekerasan tersebut, baik yang berupa aktivitas pendampingan terhadap para korban peristiwa kekerasan, maupun pendokumentasian atas peristiwa-peristiwa kekerasan. Hal ini tidak mudah mengingat kuantitas peristiwa kekerasan maupun korban dari peristiwa kekerasan yang begitu besar, maupun kompleksitas ataupun kualitas dari berbagai peristiwa kekerasan tersebut. Terlebih lagi, tidak ada catatan ataupun tulisan yang cukup komprehensif mengenai, katakanlah, mulai dari peristiwa 1965 yang menunjukkan kekerasan massif di berbagai kota dan daerah di hampir seluruh wilayah Indonesia sampai dengan peristiwa Mei 1998 yang mendera etnik keturunan Tionghoa di Jakarta dan sejumlah kota di Jawa Tengah. Ini belum terhitung kasus kasus kekerasan yang menghantam komunitas Muslim di Tanjung Priok dan Lampung, ataupun yang berlangsung di Aceh dan Papua. Bahkan keragaman kasus tersebut mencakup juga berbagai peristiwa kekerasan yang berkait dengan hak-hak ekonomi sosial dan budaya masyarakat, sebagaimana yang ditunjukkan melalui, misalnya, peristiwa-peristiwa penggusuran tanah di pedesaan pada periode akhir 1980-an maupun yang berlangsung di perkotaan belakangan ini, yang sama tidak mudahnya dengan upaya membuat berbagai peristiwa kekerasan tersebut sebagai bagian dari kesejarahan bangsa Indonesia, maupun upaya banyak pihak untuk mengembalikan harkat dan martabat para korban kekerasan sebagai bagian dari warga negara Indonesia.

Begitu banyak problem, baik itu tercatat atau tidak tercatat, mengenai segala peristiwa kekerasan tersebut telah dialami oleh banyak orang di negeri ini yang telah menjadi bagian dari ingatan kolektif bangsa Indonesia. Problematik kekerasan dan penggunaan kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sosial, ekonomi dan politik tidak hanya berpengaruh terhadap diri korban, tetapi juga terhadap kerabat yang ditinggalkan ataupun terhadap kesadaran masyarakat yang berada di wilayah kekerasan. Persoalannya adalah pemahaman terhadap berbagai peristiwa tersebut beragam, bahkan, pemahaman dominan yang berkembang justru menyelubungi keberadaan berbagai peristiwa itu.

Oleh karena itu, upaya untuk mengungkapkan kebenaran, upaya untuk membuka kembali lembar-lembar peristiwa kekerasan dengan segala kekurangan dan kelebihannya, merupakan sesuatu yang tak terhindarkan, sebagai upaya untuk membangun sebuah keadaban publik. Upaya tersebut sebenarnya sudah dilakukan oleh berbagai individu maupun organisasi-organisasi sosial swadaya masyarakat, baik itu melalui jalur advokasi legal formal maupun melalui aktivitas-aktivitas kebudayaan. Namun, karena persoalan ini merupakan persoalan bangsa, maka penting bagi generasi muda, sebagai pemilik masa depan, untuk mulai menyadari sejarah bangsanya dan terlibat dalam upaya pengungkapan kebenaran.

Maraknya penerbitan dengan segmen generasi muda menjadi tanda minat mereka pada budaya literasi. Namun, di sisi lain budaya instan atau budaya pop cenderung menjadi pilihan di kalangan generasi muda. Oleh karena itu, penting untuk terus mendorong generasi muda agar menghasilkan karya-karya yang bermutu dan tidak hanya berhenti sebagai konsumen saja. Kaum muda mampu memahami hal-hal yang berkaitan dengan kesejarahan bangsanya yang sarat dengan berbagai peristiwa kekerasan, dan terdorong untuk mulai menuliskannya dalam bentuk esai. Kompetisi menulis esai ini merupakan aktivitas publik untuk pengungkapan kebenaran yang paling mungkin.

Peserta membuat sebuah kerangka esai sebanyak 2 halaman yang mengacu pada salah satu tema berikut:

1. Tragedi 1965
2. Penembakan misterius 1983
3. Peristiwa Tanjung Priok 1984
4. Peristiwa Talangsari Lampung 1989
5. Peristiwa Trisakti, Semanggi I dan II 1998
6. Tragedi dan kerusuhan Mei 1998
7. Peristiwa pelanggaran HAM di Aceh 1989-2005
8. Pelanggaran HAM di Papua (1963- sekarang)
9. Peristiwa pelanggaran terhadap hak asasi manusia lainnya yang terjadi di Indonesia

Kerangka esai dikembangkan dari pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa yang anda ketahui tentang salah satu peristiwa tersebut? (deskripsikan minimal dalam 7 kalimat)
2. Menurut anda apa yang menjadi penyebab peristiwa tersebut? (deskripsikan minimal dalam 5 kalimat)
3. Bagaimana pendapat anda atas peristiwa tersebut? (deskripsikan minimal dalam 7 kalimat)
4. Sepengetahuan Anda, langkah-langkah apakah yang sudah dilakukan pemerintah untuk menuntaskan kasus pelanggaran HAM tersebut? Jika ada, seberapa efektifkah langkah-langkah-langkah tersebut? (dekripsikan minimal 7 kalimat)
5. Terobosan/inisiatif apa sajakah yang bisa dilakukan masyarakat, khususnya generasi muda, untuk membantu mempercepat penuntasan kasus tersebut? (deskripsikan minimal dalam 7 kalimat)
6. Berikan saran anda agar peristiwa ini tidak terulang lagi! (deskripsikan minimal dalam 8 kalimat)

Keterangan: Peserta diminta memberikan jawaban dalam paragraf yang saling terkait.*

Kerangka esai yang dibuat harus mengacu pada “Panduan Menulis Kerangka Esai”

HADIAH

Kategori SMA:

1. Juara 1 Notebook Sony Vaio (11″)
2. Juara 2 Netbook Fujitsu lifebook (10.1″)
3. Juara 3 Netbook Asus (10.1″)

Kategori Mahasiswa

1. Juara 1 Notebook Sony VAio (14″)
2. Juara 2 Netbook Fujitsu lifebook (10.1″)
3. juara 3 Netbook Asus (10.1″)

Panduan Menulis Kerangka Esai

I. Keterangan Umum

A. Kerangka esai ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar
B. Karya orisinal dan belum pernah dipublikasikan
C. Setiap peserta hanya bisa mengirimkan satu buah esai
D. Naskah kerangka esai yang dikirimkan menjadi milik panitia
E. Tenggat waktu pengiriman kerangka esai adalah tanggal 1 Desember 2011
F. Pengumuman pemenang seleksi tahap I tanggal 10 Desember 2011
G. Pemenang yang lolos seleksi tahap I akan mengikuti program lokalatih penulisan tanggal 26-29 Januari 2012 di Jakarta*
H. Segala keputusan juri tidak dapat diganggu gugat

II. Peserta

A. Peserta adalah siswa sekolah menengah atas (SMA) atau mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu
B. Peserta menuliskan data diri dalam form yang telah tersedia dan dapat diunduh di blog
C. Peserta melampirkan scan kartu pelajar atau KTM
D. Peserta melampirkan foto diri baik dalam bentuk digital, scan ataupun hardcopy untuk pengiriman naskah langsung
E. Peserta melampirkan berkas pernyataan orisinalitas karya yang telah tersedia dan dapat diunduh di blog*

III. Syarat Penulisan

A. Judul bebas asalkan sesuai dengan tema yang telah ditentukan.
B. Format tulisan adalah esai, ditulis menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
C. Naskah wajib disimpan dalam format *doc (word 97-2004).
D. format penamaan dan pengiriman file adalah Nama-sekolah/universitas-judul kerangka esai
E. Format dokumen naskah:
- Ukuran kertas: A4
- Margin atas: 2 cm
- Margin bawah: 2,5 cm
- Margin kiri: 3 cm
- Margin kanan: 2 cm
- Huruf: Times New Roman; ukuran 12 poin; rata kiri-kanan; spasi 1,5

IV. Pengiriman Naskah

A. seluruh materi dan naskah terkait dapat dikirimkan ke panitia.esai@gmail.com atau panitia.esai@yahoo.com untuk format digital (softcopy)
B. Seluruh materi dalam format hardcopy dapat langsung dikirim ke:
Sekretariat PEC
Jl.Madrasah IX No. 9A, Cawang Kavling,
Jakarta Timur 13340,
INDONESIA
Telp./Fax (021) 8590-4403, Tel.300-72278

Info juga bisa dilihat di http://esaimelawanlupa.wordpress.com/

Ennahda Usulkan Kandidat PM Tunisia

TUNIS- Partai Ennahda yang memenangkan pemilihan umum (pemilu) di Tunisia akan mengajukan Hamadi Jbeli untuk jabatan Perdana Menteri (PM).

Hamadi merupakan sekretaris jenderal Ennahda dan mantan tahanan politik di era rezim Presiden Tunisia Zine al-Abidine Ben Ali. Partainya kemarin mencalonkan Hamadi sebagai PM sementara di negara tersebut.

“Sudah biasa karena sekretaris jenderal partai pemenang di semua negara demokrasi merupakan sosok yang menjabat posisi PM,” papar Hamadi, dikutip kantor berita TAP dan Reuters.

Hamadi dipenjara selama satu dekade bersama ribuan pendukung Ennahda lainnya. Insinyur itu merupakan sosok penting di partai yang dipimpin Rachid Ghannouchi.

Sedangkan kursi presiden akan diberikan pada Beji Caid Sebsi, tokoh teknokrat sekuler yang kini menjadi pejabat PM Tunisia. Posisi presiden lebih bersifat seremonial dan simbolis yang tidak memiliki banyak kewenangan. Pemberian kursi presiden pada Beji akan menjamin lawan-lawan politik Ennahda bahwa partai Islam moderat itu tidak akan terlalu dominan dalam menjalankan kekuasaan.

Terkait sikap moderat Ennahda, partai itu menegaskan tidak akan menerapkan aturan ketat dalam masalah pakaian, alkohol, dan praktek riba. Wisatawan asing merupakan sumber pendapatan utama bagi Tunisia. Para wisatawan biasanya mengenakan bikini.

“Sektor pariwisata merupakan salah satu yang tidak dapat kami sentuh. Bukankah akan mengganggu sektor strategis seperti pariwisata jika kami melarang wine atau pakaian bikini?” ujar Hamadi. “Ada kebebasan pribadi bagi rakyat Tunisia dan warga asing.”

Ennahda berdasarkan hasil perhitungan sementara, mendapatkan 40% kursi di parlemen yang akan menulis konstitusi baru, memilih pemerintahan sementara dan menetapkan tanggal untuk pemilu pada tahun depan atau awal 2013. Ennahda mendapat 53 kursi di parlemen dengan total 217 kursi. Partai Kongres untuk Republik yang sekuler meraih 18 kursi. Hasil penghitungan resmi belum diumumkan oleh komisi pemilu.

Tunisia merupakan tempat lahirnya Kebangkitan Arab saat Mohamed Bouazizi membakar diri hingga tewas untuk memprotes kemiskinan dan represi pemerintah. Kematiannya menyulut unjuk rasa yang memaksa Ben Ali melarikan diri dari negaranya pada Januari.

Keberhasilan revolusi di Tunisia menginspirasi gerakan unjuk rasa di dunia Arab hingga menggulingkan rezim Mesir dan Libya. Gerakan revolusi masih berlangsung di Yaman, Suriah, dan Bahrain.

Pemilu di Tunisia merupakan yang pertama kali digelar sejak Kebangkitan Arab muncul. Pemilu tersebut berlangsung damai, jauh dari perkiraan semua bahwa pesta demokrasi itu akan berujung kekerasan dan bentrok. Kelancaran pemilu di Tunisia dipuji para pengawas Barat.

Indek saham Tunisia naik pada Rabu (26/10) setelah Ghannouchi bertemu para eksekutif bursa saham dan mengatakan bahwa dia mendukung lebih banyak perusahaan masuk dalam bursa saham. Ghannouchi menjaga jarak dari pemerintahan sementara. Pengamat menduga tindakan itu untuk memberinya fokus dalam memenangkan pemilu presiden yang akan digelar pada awal 2013. (syarifudin)

Banjir Bangkok Memburuk

BANGKOK – Banjir di ibu kota Thailand semakin buruk sehingga bandara terbesar kedua di Bangkok, Don Muang Airport, ditutup sementara sejak kemarin pukul 17.00 waktu setempat.

Penutupan dilakukan lantaran penumpang pesawat dan pegawai mengalami kesulitan mencapai bandara itu akibat banjir. Bandara itu diperkirakan baru akan dibuka lagi pada 1 November mendatang. Adapun Bandara Internasional Suvarnabhumi beroperasi normal. Ratusan turis dari berbagai negara tetap terlihat datang melalui Bandara Internasional Suvarnabhumi.

”Bandara Don Muang ditutup sementara, tapi Bandara Suvarnabhumi tidak terpengaruh karena lokasinya lebih tinggi,”papar otoritas Bandara Thailand kemarin. Suvarnabhumi merupakan bandara terbesar di Thailand yang melayani rute domestik dan internasional. Maskapai Nok Air menghentikan penerbangan domestik dari Bandara Don Muang hingga 1 November.

Nok Air merupakan maskapai yang mayoritas sahamnya dimiliki Thai Airways International Pcl. Sebagian wilayah Don Muang,Lak Si dan Sai Mai, sudah terkena banjir sejak Sabtu (22/10). Pusat krisis banjir di Don Muang dan Perdana Menteri (PM) Thailand Yingluck Shinawatra menyatakan warga di wilayah tersebut sudah dievakuasi.

Sebanyak 4.000 orang yang telah mengungsi di sebuah bandara di utara Bangkok diminta untuk mengungsi lagi ke Provinsi Chon Buri. Ratusan orang dievakuasi pada akhir pekan saat air di Lak Si dan Don Muang mencapai ketinggian hingga dua meter, meluap dari kanal-kanal dan sungai-sungai.Beberapa buaya berhasil ditangkap atau dibunuh karena muncul di lokasi penduduk yang terkena banjir di Ayutthaya.

Buaya-buaya itu berasal dari penangkaran lokal yang banyak tersebar di Thailand. Banjir telah menewaskan sedikitnya 366 orang sejak pertengahan Juli dan mengacaukan kehidupan hampir 2,5 juta jiwa. Lebih dari 113.000 orang tinggal di tempat pengungsian dan 720.000 warga memerlukan bantuan medis.

”Masih sulit untuk mengatakan apakah air akan meluapi tanggul Sungai Chao Phraya,tapi situasi berubah setiap saat. Berbagai hal yang tidak kami perkirakan bisa saja terjadi,” papar Seri Supharatid, direktur Pusat Bencana dan Perubahan Iklim Universitas Rangsit, kemarin.

”Dalam skenario terburuk, jika semua tanggul roboh, semua wilayah Bangkok akan mengalami banjir.” ”Saat ini seluruh mesin pompa bekerja melebihi kapasitas. Masalahnya, air dalam jumlah besar mengalir melintasi Bangkok,bagaimana pemerintah mencari mesin yang cukup kuat untuk mengeringkan air?”kata Seri Supharatid.

Pemerintah Thailand mengumumkan libur lima hari kemarin untuk memberi kesempatan kepada warga mengungsi dari banjir yang mendekati pusat ibu kota.Kabinet Thailand mendeklarasikan hari libur 27–31 Oktober di Bangkok dan 20 provinsi lain yang terkena banjir.

”Hari libur itu ditetapkan karena gelombang tinggi laut dan untuk memberi warga kesempatan meninggalkan Bangkok,” papar Juru Bicara Pemerintah Thailand Thitima Chaisang kepada Reuters. Banjir terburuk di Thailand sulit diatasi karena bertepatan dengan gelombang tinggi laut sehingga air dari daratan yang seharusnya mengalir ke laut terhalang gelombang tinggi.

Otoritas sudah memerintahkan evakuasi sebuah kompleks perumahan di pinggiran Kota Bangkok setelah dinding penghalang tidak mampu menahan banjir. Sebanyak tujuh kawasan industri di Provinsi Ayutthaya, Nonthaburi, dan Pathum Thani ditutup hingga menyebabkan kerugian mencapai USD3,2 miliar.

Sebanyak 650.000 pekerja juga harus diliburkan. Seiring terus tingginya banjir, kawasan industri Lat Krabang dan Bangchan di utara dan timur Bangkok akan tergenang air.Padahal di sana ada 344 pabrik yang 49 pabriknya dioperasikan perusahaan-perusahaan Jepang, termasuk Honda Motor Co dan Isuzu Motors Ltd.

”Kondisi yang mengancam itu tidak bagus. Tembok penghalang banjir terlalu rendah, tapi pengelola kawasan industri tidak melakukan apa pun,” kata Tanapon Karakasikum, pejabat di pabrik komponen automotif di Lat Krabang. Kabinet Thailand mengumumkan anggaran USD10,6 miliar untuk membantu pemulihan pascabencana.

Dana tersebut untuk sebagian besar dialokasikan untuk usaha kecil dan menengah, pedagang kecil, dan individu.”Jika mereka dapat kembali normal segera, itu akan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi,” papar Menteri Keuangan Thailand Thirachai Phuvanatnaranubala.

Penduduk di kompleks perumahan Muang Ake, utara Bangkok, sudah dievakuasi kemarin setelah dinding penahan banjir di dekat Provinsi Pathum Thani roboh. Kondisi ini semakin meningkatkan risiko banjir di Ibu Kota. Gubernur Bangkok Sukhumbhand Paribatra mengeluarkan peringatan banjir baru untuk Distrik Bang Phlad, barat Sungai Chao Phraya dan dekat dengan pusat perdagangan Bangkok.

Bang Phlad merupakan lokasi sejumlah pusat perbelanjaan, universitas, dan rumah sakit. Rumah Sakit Siriraj tempat Raja Thailand dirawat jika sakit berada dekat lokasi itu. ”Hari libur akan memberi kesempatan otoritas menangani krisis dengan lebih baik,” ujar Sukhumbhand kepada Reuters.

Otoritas membuka sebagian besar pintu air di Bangkok pekan lalu sehingga meningkatkan tekanan air pada dinding penahan banjir di utara.Otoritas mengalirkan air ke sekitar wilayah timur dan barat Ibu Kota menuju ke laut, tapi meningkatkan risiko banjir di pusat kota. Sedikitnya 8 juta meter kubik air dipompa, tapi risiko banjir di pusat Bangkok tetap tinggi.

Apalagi saat ini ketinggian air di Sungai Chao Phraya semakin meningkat saat gelombang laut tinggi. Departemen Meteorologi Thailand memperkirakan hujan terjadi di beberapa wilayah Ibu Kota pada Selasa (25/10) dan Rabu (26/10) setelah tiga hari tidak ada hujan. Kondisi ini akan meningkatkan risiko banjir di Bangkok.

Kementerian Perdagangan Thailand menyatakan akan melunakkan tarif dan regulasi impor untuk makanan,air,dan barang kebutuhan pokok akibat sedikitnya suplai dalam negeri akibat banjir. Banjir juga memaksa 227 kantor cabang bank tutup, sebagian besar di provinsi-provinsi utara Bangkok.Jika Bangkok banjir, sektor perbankan akan menghadapi pukulan telak.

Bank sentral Jepang dan Thailand menyatakan mereka sedang mencari mekanisme untuk menawarkan dana dari dana Pemerintah Jepang untuk membantu perusahaanperusahaan Jepang yang terkena dampak banjir di Thailand. Bank sentral Thailand juga sedang mendiskusikan rencana serupa dengan negara-negara lain. Perusahaan-perusahaan Jepang seperti Toyota Motor Corp, Sony Corp, dan Nikon Corp sudah menghentikan operasi mereka di Thailand.

Belum Ganggu Pariwisata

Banjir Thailand yang meluas ke sejumlah wilayah di Kota Bangkok belum mengganggu aktivitas pariwisata di Negeri Gajah Putih ini. Ratusan turis tetap terlihat datang ke Bangkok. Saat SINDO mendarat di Bandara Suvarnabhumi,Senin (24/10) siang, turis dari Eropa, Amerika, dan Asia antre di loket Imigrasi.

Meski jumlah loketnya banyak, semua baris antrean cukup panjang. Butuh lebih dari setengah jam untuk menghabiskan satu baris antrean. Namun, saat keluar dari bandara terbesar di negeri yang dipimpin Perdana Menteri Yingluck Shinawatra ini, ada pemandangan yang cukup aneh.Hampir di semua ruas kiri jalan bandara dan tempat parkir dipenuhi mobil.

Berdasarkan keterangan petugas bandara, mobil-mobil itu merupakan milik warga yang memang sengaja diungsikan dari wilayah- wilayah terendam banjir. Dari dalam negeri, Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Firmansyah Rahim berpandangan, banjir di Thailand tidak akan berpengaruh besar terhadap kunjungan wisatawan mancanegara di Negeri Gajah Putih ini.

Demikian pula soal kemungkinan pengalihan tujuan wisata turis dari Thailand ke Indonesia.Banjir hanya berpengaruh jangka pendek sehingga pemulihannya juga cepat. ”Secara ekonomi mungkin dampaknya besar, tapi kalau pariwisata cenderung cepat pulih. Begitu banjir reda, mereka bisa membenahi objekobjek wisatanya dan langsung bisa dikembangkan lagi,”ucapnya saat dihubungi SINDO di Jakarta kemarin.

Kendati produk wisata Indonesia memiliki kemiripan dengan Thailand, terutama dalam hal kuliner,Firmansyah meragukan kemungkinan adanya pengalihan wisatawan mancanegara (wisman) dari Thailand ke Indonesia. Pasalnya, para pelancong umumnya sudah merencanakan kunjungan wisatanya jauh-jauh hari sebelumnya.

Kalaupun ada wisman yang telanjur datang di Thailand saat banjir, biasanya pihak biro perjalanan akan mengganti dengan mengalihkannya ke daerah lain, bukan ke negara lain. ”Berdasar pengalaman, kalau yang begitu (banjir) enggak akan terlalu besar pengaruhnya untuk pengalihan wisman,” ujarnya. syarifudin/inda

Saat Para Otokrat Jatuh, Nasib Akhir Mereka Makin Ekstrim

Saat beberapa rezim Arab terbuling sejak Januari, berbagai opsi akhir diuji, dengan Kolonel Muammar Khadafi sebagai bentuk paling dramatis dengan kematiannya pada Kamis (20/10).
“Khadafisme merupakan sejenis pemujaan,” ujar Juan Cole, professor sejarah Universitas Michigan yang menggambarkan momen terakhir di tempat kelahiran Khadafi, Sirte, sebagai tindakan fanatic. “Mereka minum Bantuan-Kolonel (Khadafi), dan mereka bertekad mati. Mereka percaya sedang melawan setan dunia (kekuatan Barat).”
Bahkan sebelum pemberontakan muncul, Saddam Hussein bertekad berjuang hingga mati. Tapi orang kuat Irak itu ditemukan bersembunyi di bawah tanah, dalam lubang sedalam enam kaki. Saddam lantas digantung pada 2006 setelah diadili.
Zine el-Abidine Ben Ali, presiden pertama Tunisia yang terguling oleh gerakan revolusi tahun ini, memilih mengasingkan diri di Arab Saudi. Ben Ali sengaja mengucilkan diri hingga kabarnya tidak terdengar sejak dia pergi dari negaranya.
Sedangkan Presiden Mesir Husni Mubarak memilih tetap berada di negaranya untuk menjalani pengadilan. Namun sosoknya kini hampir selalu diingat sebagai pesakitan yang tidur di atas ranjang di dalam kerangkeng besi di ruang pengadilan. Ini merupakan bagian dari pembelaannya bahwa dia terlalu sakit untuk mengalami penghinaan proses pengadilan.
Di antara otokrat yang masih bertahan di kekuasaan meskipun menghadapi gelombang unjuk rasa itu ialah Presiden Suriah Bashar al-Assad dan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh. Assad awalnya menunjukkan keinginan untuk konsesi, tapi segera berubah dan menolak semua bentuk kompromi dengan oposisi. Pasukan keamanannya juga dituduh menewaskan lebih dari 3.000 demonstran.
Sedangkan Saleh baru saja selamat dari sebuah serangan bom di mana dia mengalmai luka parah dan harus mendapat perawatan intensif di Arab Saudi. Tapi dia kembali lagi ke Yaman untuk melanjutkan kekuasaannya. Dia menolak mundur.
Tidak jelas, apa pelajaran yang dapat diambil, jika memang ada, terkait kejatuhan dan kematian Khadafi. Kabar kematiannya muncul tiba-tiba, meski sebelumnya dia bertekad berjuang sampai tetes darah terakhir. Rekaman video menunjukkan bagaimana Khadafi saat tertangkap masih hidup, dengan darah berlumuran di wajah dan bajunya. Tapi sesaat kemudian dia tewas oleh peluru yang bersarang di kepala dan tubuhnya.
Banyak yang memperkirakan Khadafi akan memimpin perlawanan terhadap pemberontak yang dibantu NATO selama bertahun-tahun. Atau dia mengarahkan perjuangan kontrarevolusi dari pengasingan. Tapi yang terjadi justru dia ditangkap dan dibunuh di dekat kota kelahirannya sendiri, Sirte.
“Banyak orang menduga dia akan berada di Niger atau di perbatasan, masuk dan keluar Libya,” papar Rob Malley, direktur program Timur Tengah di International Crisis Group.
Apalagi Khadafi sangat yakin dengan ajaran Islam bahwa tidak ada kemenangan lebih besar daripada mati syahid untuk memperjuangan kebenaran. Mereka yang syahid dapat langsung masuk surga.
Para ulama di Al Azhar, universitas tertua Sunni Muslim di Kairo, memperkirakan Khadafi dan para pendukungnya akan menggunakan dalil itu untuk meneruskan perlawanan terhadap Barat. Karena itu ulama Al Azhar mengeluarkan fatwa bulan ini bahwa Khadafi tidak akan mendapatkan kehormatan sebagai syahid. Karena menurut ulama Al Azhar, seorang syahid meninggal untuk membela agama dan bangsanya.
Namun tidak diragukan lagi, beberapa angota keluarganya yang masih hidup dan para pendukung Khadafi akan menganggap mantan pemimpin Libya itu sebagai syahid. Namun banyak pihak pula yang menyatakan, warisan kenangan buruk selama pemerintahannya akan dikenang dalam waktu lama setelah kematiannya.
“Saya piker sejarah Khadafi sangat hitam karenaitu sangat sulit memberikannya penghormatan apapun terkait kematiannya,” papar Mohamed el-Kheshen, professor hukum di Universitas Kairo.
Suasana di jalanan Kairo, seperti di Tripoli, Libya, dan banyak kota Arab lainnya, penuh kegembiraan dengan klakson-klakson mobil dibunyikan sepanjang malam setelah kematian Khadafi. Status di Facebook dan Twitter dipenuhi dengan komentar-komentar menanggapi kematiannya, ada pula yang menyesalkan Khadafi tewas sebelum menjalani proses pengadilan.
“Libya menghapus cerita terlucu dalam sejarah dengna bintangnya Muammar Khadafi,” salah seorang pemilik Twitter menulis di akunnya. Komentar lain muncul dari aktivis Mesir Nawara Negm, “Terima kasih Tuhan, pembunuhan merupakan cara yang harus dilakukan pada Khadafi.”
Salah satu web menampilkan gambar kartun dengna serang pria memegang cat warna merah, menulis X di atas potres Ben Ali, Mubarak, dan Khadafi. Dua orang lainnya, Presiden Saleh dan Assad, melihat ke bawah dengan ekspresi terkejut dan khawatir saat pria dengan cat itu mendekat.
Anggota parlemen Kuwait Walid al-Tabtabai menulis di Twitter, “Ben Ali melarikan diri, Mubarak dipenjara, Saleh terbakar, dan Khadafi tewas; perhatikan nasib para dictator semakin buruk setiap saat. Saya penasaran apakah nasib yang menunggu Bashar?”
Ada berbagai pertanyaan apakah kematian Khadafi akan mendorong Assad, Saleh, dan otokrat lainnya untuk menggunakan pasukan lebih besar terhadap rakyat mereka, atau akan menarik mundur pasukan. “Bagi para dictator Arab, ini menunjukkan bahwa seberapa banyak tekanan yang mereka lakukan terhadap rakyat mereka, akan ada reaksi yang seimbang, dan mereka tidka dapat bertahan selamanya,” tutur Yuseff Assad, pakar Libya dan pendukung pemberontakan di sana.
Meskipun sejumlah dictator memiliki kemirian, mereka unik sesuai lingkungan dan karakter masing-masing. Kolonel Khadafi mungkin yang paling unik dari semuanya. Meskipun Khadafi dialienasi Barat, tai dia tetap dapat memiliki banyak teman untuk menolak sanksi internasional saat masih berkuasa.
Bahkan jika Khadafi dimakamkan di mana pun, mungkin lokasinya tetap di Afrika, tempat dia memiliki banyak teman dari berbagai negara di benua itu. Di Bamako, ibu kota Mali, sebuah gedung pemeritahan menggunakan nama Kolonel Khadafi, dan semua hotel yang dimiliki rakyat Libya, memasang neon hijau raksasa di lantai paling atas.
Puncaknya, banyak yang berpikir bahwa warisan nyata kejatuhan Khadafi ialah rakyat Arab sudah berubah. “Pelajaran nyata di sini ialah ada gelombang baru politik popular di dunia Arab,” tutur Profesor Cole dari Universitas Michigan. “Rakyat tidak suka untuk hidup bersama para diktator.” (syarifudin)

Biara Kirti Dijaga Ketat Aparat

Thursday, 20 October 2011
ABA- Polisi bersenjata lengkap berjaga di luar kompleks biara Kirti di kota Aba, China baratdaya, kemarin. Biara itu merupakan lokasi serangkaian protes yang dilakukan beberapa biksu dengan membakar diri.

Penduduk di sekitar biara Kirti hidup seperti dalam pengepungan, sejak seorang biksu muda menggelar protes dengan membakar diri pada Maret dan meninggal dunia. Protes itu dilakukan untuk menuntut kebebasan beragama dan beberapa pelaku menyerukan kebebasan Tibet. Sejak saat itu, kelompok hak asasi manusia (HAM) menyatakan ada lima biksu yang membakar diri hingga mati di biara yang berada di kota Aba tersebut. Biara Kirti merupakan salah satu tempat yang sangat penting bagi penganut Budha Tibet.

Dengan adanya sejumlah aksi tersebut, biara itu seakan menjadi simbol perlawanan etnis Tibet terhadap rezim China. “Polisi yang sebagian besar membawa peralatan antihuruhara, bersenjata otomatis,pentungan dan besi,berbaris di jalanan kota yang berpenduduk 20.000 jiwa tersebut,”papar koresponden AFP kemarin. Tentara yang mengenakan pakaian biasa juga dikerahkan dengan senjata otomatis. Sejumlah bus, truk, dan mobil truk polisi diposisikan memblokade jalanan.Toko-toko dan restoran tetap buka dan orangorang beraktivitas seperti biasa di jalanan Aba.

Tapi polisi memeriksa semua kendaraan yang masuk dan keluar kota, memperlambat lalu lintas yang melalui jalan utama. Wartawan AFP tidak mendapat akses ke biara Kirti, tapi melihat sekelompok besar polisi ditempatkan di luar kompleks biara. Sedangkan beberapa biksu tampak berjalan di dalam kompleks biara. Kelompok Free Tibet dan Kampanya Internasional untuk Tibet (ICT) menyatakan, biara Kirti ditempati lebih dari 2.000 biksu.

Namun jumlah tersebut saat ini semakin berkurang menjadi tidak lebih dari 1.000 biksu. Dalam beberapa bulan terakhir, ratusan biksu meninggalkan biara. Beberapa biksu ditangkap otoritas China untuk menjalani program wajib pendidikan patriotisme. syarifudin

Iran Minta Saudi Tidak Terjebak

TEHERAN- Iran kemarin menyeru Arab Saudi agar tidak jatuh dalam jebakan dengan mempercayai tuduhan Amerika Serikat bahwa Teheran mendalangi rencana (plot) pembunuhan Duta Besar Saudi untuk Washington.

Menurut Iran, tuduhan itu hanya melayani kepentingan AS dan Israel. Saudi mempertimbangkan langkah tegas dalam menanggapi masalah tersebut.

“Saya meminta Arab Saudi untuk tidak jatuh dalam perangkap, karena segala gangguan dalam relasi antara negara-negara di kawasan Timur Tengah hanya akan menguntungkan AS dan rezim Zionis,” tegas Ali Ahani, deputi menteri luar negeri (menlu) Iran dalam urusan Eropa dan AS, seperti dilaporkan kantor berita IRNA dan AFP.

Ahani menambahkan, “Kami berharap Arab Saudi akan memahami tujuan rencana ini. Skenario menyedihkan dan penuh konspirasi ini sangat janggal, bahkan media dan lingkaran politik AS melihatnya dengan ragu. Penghasut skenario ini perlu mengatakan apa untung yang didapat Teheran dari pembunuhan Duta Besar (Dubes) Saudi untuk AS Adel al-Jubeir.”

Deputi menlu Iran mengulangi pesan pejabat Teheran lainnya bahwa tuduhan AS itu berupaya mengalihkan perhatian dari krisis ekonomi dan kemunduran kebijakan luar negeri Washington di Timur Tengah.

Menurut Ahani, sejumlah kemunduran kebijakan AS di Timur Tengah yakni Iran kembali menguatkan pengaruh di kawasan, Teheran dapat menangani isu nuklir tanpa masalah dan sanksi-sanksi internasional tidak berdampak besar terhadap Iran. “Karena itu AS menggunakan skenario ini untuk melemahkan Teheran,” paparnya.

Arab Saudi menyebut plot itu merupakan tindakan sangat berdosa dan menjijikkan. Tapi Saudi tidak menyebut Iran sebagai pelaku kejahatan. Saudi juga tidak secara jelas menyebut langkah-langkah tegas yang akan diambil terhadap Iran.

Abdullatif al-Zayani, kepala Dewan Kerjasama Teluk (DCC), yang mewakili negara-negara Arab di Teluk, menjelaskan bahwa keterlibatan Teheran sangat merusak hubungan antara negara-negara anggota DCC dan Iran.

Iran dan Saudi sejak lama memiliki hubungan yang kurang harmonis, karena keduanya berupaya menguatkan pengaruh di Timur Tengah. Hubungan mereka semakin memburuk setelah Iran memprotes keterlibatan militer Saudi yang membantu rezim Bahrain melumpuhkan gerakan oposisi Syiah.

Saudi menyatakan terus berkoordinasi dengan AS atas masalah plot tersebut. “Kerajaan mempertimbangkan langkah-langkah tegas yang akan diambil untuk menghentikan aksi-aksi kriminal ini dan menghadapi segala upaya merusak stabilitas kerajaan, mengancam keamanan dan menyebarkan hasutan terhadap rakyat,” papar pernyataan resmi pemerintah Saudi.

“Kerajaan akan terus berkoordinasi dengan otoritas AS tentang plot ini dan siapa yang berada di baliknya,” ungkap pernyataan pemerintah Saudi. Pangeran Saudi Turki al-Faisal yang mantan kepala intelijen, juga mengungkapkan ada banyak bukti keterlibatan pejabat Iran dalam plot tersebut.

Pada Selasa (11/10), AS mengumumkan plot yang dilakukan dua pria Iran yang terkait Pasukan Quds, Garda Revolusi Iran, yang menggunakan seorang pelaku lapangan untuk membunuh Dubes Saudi Adel al-Jubeir dengan menempatkan satu bom di sebuah restoran. AS menuduh Iran menyewa para pembunuh dari satu kartel narkoba Meksiko dengan imbalan USD1,5 juta.

Salah seorang tersangka, Manssor Arbabsiar, 56, merupakan naturalisasi warganegara AS yang berprofesi sebagai penjual mobil bekas. Dia ditahan pada 29 September di bandara John F. Kennedy, New York. Arbabsiar hadir di pengadilan pada Selasa (11/10) di manhattan. Pengacaranya menyatakan kliennya akan mengajukan pembelaan tidak bersalah, jika didakwa.

Tersangka lainnya, Gholam Shakuri, merupakan anggota lapangan Pasukan Quds yang diduga masih berada di Iran. Kementerian Keuangan AS pada Selasa (11/10) membekukan aset-aset Shakuri dan Arbabsiar, dan ketiga orang lainnya Qasem Soleimani, Hamed Abdollahi dan Abdul Reza Shahlai yang disebut sebagai pejabat senior Pasukan Quds yang dituduh terlibat plot.

Tuduhan AS itu menyebut bahwa Arbabsiar, dengan persetujuan Shakuri, memfasilitasi transfer uang, senilai USD100.000, pada Agustus, ke sebuah rekening bank AS sebagai pembayaran awal untuk upaya pembunuhan tersebut. Agen intelijen AS yang menyamar sebagai orang yang akan menjadi pembunuh itu mengatakan bahwa target lainnya, termasuk beberapa senator AS, mungkin akan tewas jika serangan itu lakukan di sebuah restoran.

Pemerintah AS mendesak dunia mengambil sikap terhadap Iran atas tuduhan plot tersebut. “Kami menyerukan bangsa-bangsa lain untuk bergabung kami mengecam ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional ini,” ujar Menlu AS Hillary Clinton, seperti dikutip AFP.

Kementerian Keuangan AS menjatuhkan sanksi terhadap Mahan Air, maskapai komersial yang berpusat di Teheran yang dituduh menerbangkan para anggota Garda Revolusi yang terkait plot ke penjuru Timur Tengah. Aset-aset Mahan Air di AS dibekukan dan warganegara AS dilarang berbisnis dengan maskapai tersebut. (syarifudin)

Tekanan AS Pada Pakistan Justru Merugikan Afghanistan

Peringatan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama terhadap Pakistan atas dugaan hubungan antara pejabat Islamabad dan militan, hanya akan meningkatkan reaksi anti-Amerika. Selain itu juga membuat Pakistan semakin enggan mendukung upaya AS menstabilkan Afghanistan.

Pendapat itu dilontarkan ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat Pakistan Salim Saifullah kemarin pada Reuters. Komentar Obama dianggap semakin memperkeruh hubungan Washington-Islamabad yang mencapai level terburuk setelah pasukan AS membunuh pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden di Pakistan.

“Ini tidak membantu AS, Afghanistan, atau pun Pakistan. Akan ada tekanan terhadap pemerintah Pakistan untuk keluar dari perang (melawan teror),” ujar Saifullah, seperti dikutip Reuters.

Menurut Saifullah, kritikan Washington terhadap Pakistan hanya akan mendorong grup-grup militan. “Perang di Afghanistan melalui fase kritis, fase evolusioner. Pada tahap ini, bukan saatnya memperkeruh air. Ini yang sebenarnya diinginkan para militan. Mereka memainkan keinginan mereka. Ini menambah kekuatan pada mereka,” tuturnya.

Pendapat Saifullah didukung beberapa pengamat. “Ini akan menciptakan ketegangan lebih tinggi dan apa yang diinginkan Amerika tampaknya tidak akan terwujud dalam waktu dekat,” kata pengamat politik Hasan Askari Rizvi.

Obama memperingatkan Pakistan bahwa hubungan Islamabad dengan “karakter-karakter tak baik” telah menempatkan relasi dengan AS dalam resiko. Pernyataan Obama itu muncul untuk meningkatkan tekanan terhadap Islamabad agar memutus hubungan dengan para militan yang melakukan serangan di Afghanistan. Komentar Obama dianggap justru memperdalam krisis antara dua aliansi strategis tersebut.

Presiden AS menuduh kepemimpinan Pakistan menghalangi masa depan Afghanistan. Tapi Obama tidak mengancam untuk menghentikan bantuan AS, meskipun mendapat seruan dari anggota parlemen untuk mengambil langkah lebih keras. Obama menjelaskan bahwa masa depan hubungan AS-Pakistan akan sangat tergantung pada tindakan Islamabad memenuhi permintaan Washington untuk memutus hubungan dengan pemberontak.

Pakistan menegaskan, negaranya sudah mengorbankan lebih banyak hal dibandingkan negara lain yang bergabung dalam perang melawan teror yang dicanangkan AS setelah serangan 11 September 2011. Pemerintah Pakistan menyatakan telah kehilangan 10.000 tentara dan pasukan keamanan serta 30.000 warga sipil akibat keterlibatannya mendukung AS.

Namun langkah Pakistan dalam melumpuhkan militan di wilayah perbatasan baratlaut sering menjadi sumber ketegangan antara Washington dan Islamabad. Pakistan sering dituduh menjalankan permainan ganda, berjanji membantu AS memerangi beberapa kelompok militan, namun menggunakan kelompok lain sebagai pelaku teror di Afghanistan.

Hubungan dua negara semakin memburuk setelah pasukan khusus AS melancarkan serangan rahasia yang menewaskan Osama di Pakistan pada Mei. Menurut Islamabad, tindakan AS itu melanggar kedaulatan Pakistan karena pemerintah Islamabad tidak diberitahu tentang operasi khusus tersebut.

Pada Kamis (6/10), seorang anggota komisi parlemen Pakistan mengatakan, seorang dokter asal pakistan yang dituduh menjalankan program vaksin yang membantu CIA melacak Osama, harus diadili sebagai pengkhianat negara yang dapat dihukum mati.

Hubungan kian mencapai level terendah setelah pejabat militer AS menuduh badan intelijen Pakistan, ISI, mendukung serangan 13 September yang dilakukan kelompok militan Haqqani di Kedutaan Besar AS di Kabul.

AS sejak lama menyerukan serangan ofensif terhadap jaringan Haqqani yang menurut Washington, berbasis di Waziristan Utara, pusat global bagi militan di perbatasan Afghanistan. Pengamat mengatakan, Pakistan menganggap jaringan Haqqani sebagai kekuatan untuk melawan menguatnya pengaruh India di kawasan itu. Jaringan Haqqani diyakini sebagai kelompok pemberontak paling ditakuti di Afghanistan.

Pakistan menyangkal memiliki kaitan dengan jaringan Haqqani. Islamabad menjelaskan, Haqqani tidak lagi beroperasi dari basisnya di Waziristan Utara.

Mahmud Ali Durrani, mantan Duta Besar Pakistan untuk AS yakin kedua pihak dapat memperbaiki hubungannya. “Di sana ada terlalu banyak isu dan terlalu banyak ketidakpercayaan untuk hubungan strategis ini,” katanya, seperti dikutip Reuters.

Namun desakan dari Washington akan membuat pemerintah Pakistan semakin enggan bertindak karena melaksanakan tekanan AS berarti bunuh diri politik. Pasalnya sentimen anti-Amerika Serikat di Pakistan terus meningkat dan pemerintahan saat ini tidak populer di mata rakyat.

Banyak rakyat Pakistan yakin mereka telah terjerumus dalam perang melawan militan yang hanya melayani kepentingan AS. Sentimen ini meningkat karena kian membabibutanya serangan rudal pesawat drone AS terhadap para militan di Pakistan selama pemerintahan Obama. Serangan pesawat AS itu sering menewaskan warga sipil Pakistan.

“Apakah kita milik AS? jika ya, tolong tetapkan kami sebagai budak dengan jelas, Obama, sehignga kami dapat melaksanakannya,” papar Mishayl Naek, pegawai bank di kota Karachi, memberikan komentar atas permintaan AS terhadap Pakistan.

Bagi Asad Ali Bangash, 45, komentar Obama itu menjadi bukti tentang apa yang sejak dulu dikhawatirkannya. “Amerika ingin menyerbu Pakistan. Ada waktu-waktu sulit bagi Pakistan, karena Amerika telah memutuskan bahwa Pakistan perlu dieliminasi karena mempertahankan Islam,” kata Bangash yang mengelola bisnis suplai medis.

Obama ingin menstabilkan Afghanistan saat pasukan AS harus mengakhiri misi tempurnya pada 2014. Menurut Saifullah, daripada melancarkan konfrontasi publik, Obama seharusnya bekerja lebih dekat dengan Pakistan untuk membantu Afghanistan.

“Bukan saatnya untuk tuduhan saat mereka harus segera pergi (dari Afghanistan). Mereka harus bekerja serius di akhir permainan,” ujar Saifullah.

Bahkan jika Pakistan ingin melumpuhkan jaringan Haqqani, langkah tersebut dapat sangat beresiko. Kelompok ini mengklaim memiliki lebih dari 10.000 pejuang yang telah bertahun-tahun membentuk aliansi dengan berbagai grup militan yang berusaha menjatuhkan pemerintahan Pakistan yang didukung AS.

Selain itu, jaringan Haqqani memiliki hubungan kuat dengan suku-suku berpengaruh. Kondisi ini juga menjadi masalah baru jika pemerintah Pakistan hendak melumpuhkan jaringan tersebut. Pejabat intelijen mengatakan, Pakistan khawatir, operasi militer untuk melumpuhkan jaringan Haqqani akan menyulut pemberontakan suku lebih besar di Waziristan Utara. (syarifudin)

10 Tahun Perang di Afghanistan

Afghanistan pada Jumat (7/10) memperingati 10 tahun perang yang dihadirkan Amerika Serikat (AS) untuk menggulingkan rezim Taliban. Satu dekade sejak pesawat-pesawat tempur NATO pimpinan AS membombardir negeri itu, ribuan nyawa melayang dan ratusan miliar dolar digelontorkan.

Pada 7 Oktober 2001, pesawat-pesawat AS menjatuhkan puluhan rudal penjelajah dan bom-bom berpemandu laser di beberapa target strategis di Kabul dan kota-kota lain di Afghanistan. Gempuran mesin-mesin perang tercanggih milik Negeri Paman Sam itu dilancarkan setelah Taliban menolak menyerahkan pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden pasca serangan 11 September 2001 (9/11) di AS.

Sejak saat itu, berdasarkan data Brown University di AS, sedikitnya 33.877 orang tewas, termasuk pasukan asing dan Afghanistan, rakyat sipil, pemberontak, dan lainnya. Selama perang, 2.748 pasukan asing tewas, termasuk 1.796 tentara AS. Sedangkan Kongres AS mengatakan, Negeri Paman Sam menghabiskan sedikitnya USD450 miliar untuk mendanai perang tersebut.

Namun hingga kemarin, bunyi mesin-mesin perang AS masih menyalak garang. Selama beberapa pekan terakhir, Taliban menjadi target Operasi Kebebasan Abadi (OEF). Para pejuang Taliban terus diburu hingga terdesak di wilayah perbatasan Afghanistan-Pakistan. Sedangkan rakyat Afghanistan dapat sedikit tersenyum merayakan tergulingnya salah satu rezim paling represif di era modern ini.

Sayangnya, Taliban juga berubah dari kelompok-kelompok pejuang yang terpecah-pecah menjadi milisi yang memiliki disiplin tinggi. Laskar yang pernah mengusir tentara Uni Soviet dari bumi Afghanistan itu terus memperbaiki sistem operasi dan jaringan yang tersebar hingga Pakistan.

Sepuluh tahun sudah berlalu, beberapa pejabat AS melihat stabilitas politik sebagai jawaban untuk menyelesaikan salah satu perang terlama dalam sejarah tersebut. Stanley McChrystal, komandan AS di Afghanistan hingga dia dipecat pada 2010, membuka pidato dalam malam peringatan 10 tahun perang itu dengan mengatakan, “Misi NATO pimpinan AS sedikit lebih baik dibandingkan separuh jalan untuk mencapai tujuan-tujuan militernya.”

“Kita tidak cukup tahun dan kita masih belum cukup tahun. AS dan aliansinya memiliki pandangan yang terlalu menyederhanakan sejarah saat ini,” papar McChrystal, seperti dikutip kantor berita AFP.

Di Afghanistan, peringatan 10 tahun situasi kelam itu berlalu tanpa acara publik oleh pemerintah Kabul ataupun NATO. Seperti halnya di garis depan pertempuran, 140.000 pasukan asing masih melakukan kegiatan normal.

Di Kabul, pejabat pemerintah meningkatkan keamanan untuk mencegah kemungkinan serangan oleh Taliban yang semakin meningkat di ibu kota. Bagi banyak rakyat Afghanistan yang menyambut perbaikan dalam kesehatan dan pemberantasan buta huruf selama satu dekade ini, mereka merenungkan apa makna perang ini bagi negara mereka dan berbagai implikasi penarikan pasukan asing pada 2014.

Hafizullah Ahmadi, 33, yang lancar berbahasa Inggris mengaku sebagai salah satu orang yang mendapat keuntungan dari berakhirnya rezim Taliban. “Dengan kedatangan AS dan aliansinya, perang dan pembunuhan berakhir di Afghanistan dan rakyat memiliki akses pada semua yang mereka inginkan, yang selama rezim Taliban mereka dilarang,” ujar pria yang bekerja sebagai penerjemah itu.

Tapi peringatan kali ini juga menegaskan kontras antara kemarahan ribuan warga sipil yang menjadi korban perang dan meluasnya korupsi dalam pemerintahan Presiden Afghanistan Hamid Karzai. “Kami akan sangat senang jika mereka (pasukan asing) pergi dari Afghanistan. Semua akan kemblai normal. AS dan aliansinya tidak melakukan tindakan baik saat mereka menginvasi (Afghanistan). Meskipun semua keadaan sulit, kami mendapat keamanan yang baik dalam pemerintahan rezim Taliban,” papar Khan Agha, 30, pedagang jalanan.

Pada malam peringatan, sekitar 200 demonstran menyerukan agar pasukan asing segera hengkang dari Afghanistan. Mereka meneriakkan “Kematian untuk Amerika”. Pengunjuk rasa membakar sebuah bendera Amerika di pusat kota Kabul.

Surat kabar Inggris, The Daily Telegraph, mengangkat tulisan mantan Duta Besar Inggris di Afghanistan Sherard Cowper-Coles yang berjudul “Satu fantasi untuk berpikir kita menang perang di Afghanistan.” Tulisannya itu menyoroti strategi Barat yang menyakitkan di Afghanistan.

Menurut Cowper-Coles, berbagai operasi militer tidak menyelesaikan masalah pemberontakan. Dia menekankan, hanya kerja keras melalui diplomasi pimpinan AS yang dapat memperbaiki berbagai kesalahan dan kelalaian pada dekade silam di Afghanistan.

“Tanpa produk politik yang kredibel yang ditawarkan, rakyat (Afghanistan) terjebak di pertempuran, tidak ada stabilitas yang tercipta. Itulah kecacatan fatal dalam keseluruhan intervensi,” tulis Cowper-Coles.

Berbagai upaya untuk memediasi perdamaian dengan Taliban tidak memberi banyak kemajuan, bahkan sebelum pembunuhan terhadap utusan damai Karzai, Burhanuddin Rabbani, pada 20 September yang menjadikan strategi pemerintah untuk memediasi perdamaian menjadi tidak menentu arah. Sejumlah pengamat khawatir negara itu dapat tergelincir dalam perang sipil yang pernah menewaskan dan mengusir ribuan orang pada 1992 hingga 1996.

Sejumlah pengamat terus mempertanyakan dalih-dalih yang digunakan AS untuk membenarkan misi perang di Afghanistan tersebut. “Waktu sudah habis untuk meninggalkan Afghanistan dalam bentuk yang dapat diterima yang akan membenarkan waktu, uang, dan nyawa yang hilang dalam perluasan misi dari kontra-terorisme menjadi pembangunan negara,” tulis Terry Pattar, konsultan senior di grup intelijen pertahanan IHS Jane.

Penarikan Pasukan 2014
Koalisi pasukan NATO pimpinan AS menjadwalkan 2014 sebagai saat penarikan mundur pasukan. Karena itu rekrutmen tentara Afghanistan terus digencarkan untuk memenuhi target pengamanan pasca penarikan pasukan.

“Saya dapat katakan pada Anda bahwa Desember 2014, mereka akan, faktanya, memiliki kemampuan untuk memimpin pengamanan di sini di Afghanistan,” papar Letnan Jenderal Bill Caldwell, komandan umum Misi Pelatihan NATO dan Kombinasi Transisi Komando Keamanan Afghanistan, seperti dikutip USA Today.

Warga Afghanistan antusias menyambut tawaran bekerja sebagai pasukan keamanan negara tersebut. “Keluarga saya ingin saya bergabung karena ini akan bagus bagi negeri kami. Seluruh teman saya bergabung dan berkata saya juga harus bergabung,” tutur Samir Khan, 18, tentara yang baru direkrut. Khan baru saja selesai berlatih menembakkan senapan M240 saat diwawancarai media lokal.

Jika Afghanistan dinilai cukup aman bagi pasukan AS untuk pergi, tentara seperti Khan akan berperan penting dalam menjaga keamanan. Bersama AS, ada pasukan dari 48 negara lainnya.

Saat ini stabilitas kawasan masih labil dan berbagai serangan teror masih terjadi. “Saat ini, Afghanistan tampak seperti berada di jalan buntu,” kata Seth Jones, pengamat di Rand Corp. dan penulis buku In the Graveyard of Empires: America's War in Afghanistan.

Jones berpendapat, situasi saat ini menunjukkan perkembangan dari beberapa tahun silam, ketika Taliban tampak berada di atas angin dan mengalami penguatan. Pasukan koalisi memang telah memukul mundur Taliban dan menekannya di wilayah perbatasan. “Tapi seberapa lama kondisi ini dapat dipertahankan?” ujarnya.

Kebangkitan Anbar

Militer AS mengklaim strategi kontrapemberontakan yang bertujuan melumpuhkan musuh, melindungi warga sipil dan membangun legitimasi pemerintahan Afghanistan, menunjukkan perkembangan. “Ada kemajuan sebenarnya, khususnya di wilayah selatan,” papar Jenderal Marinir John Allen.

Allen merupakan salah satu komandan ISAF. Di Irak, Allen membantu memimpin strategi yang meyakinkan para pemimpin suku berpengaruh untuk melawan Al Qaeda. Strategi ini kemudian dikenal sebagai “Kebangkitan Anbar.”

“Pemberontak efektif saat mereka mengakses populasi. Saat mereka dikucilkan dari populasi, pemberontak mengalami masa sangat sulit. Itulah apa yang terjadi di bagian selatan Afghansitan,” papar Allen dari Afghanistan.

Para pengamat dari beberapa lembaga yang mengamati perang, seperti American Enterprise Institute, menganggap perang menghasilkan beberapa hal positif. Salah satunya, tidak ada serangan Al Qaeda yang sukses di AS sejak 9/11. Menurut pengamat, keberhasilan ini sebagai hasil dari perang melawan terorisme di luar negeri. Pengamat mengatakan, penangkapan dan pembunuhan ratusan pemimpin Al Qaeda di Afghanistan memiliki dampak berkurangnya ancaman teror terhadap Barat.

Laporan terbaru Kementerian Pertahanan AS pada Kongres tentang Afghanistan memaparkan, penambahan pasukan ke Afghanistan yang dilakukan saat pemerintahan Presiden Barack Obama telah menghasilkan kemajuan keamanan yang dapat terlihat.

“Strategi koalisi berhasil merebut sebagian besar daerah yang menjadi persembunyian pemberontak, mengacaukan jaringan kepemimpinan mereka dan mengontrol banyak lokasi penyimpanan persenjataan dan suplai taktis di akhir musim pertempuran sebelumnya,” ungkap laporan kementerian pertahanan AS.

Fakta itu memang benar, tapi pengamat memperingatkan, kondisi tersebut dapat berubah cepat. “Dalam banyak hal, kondisi jutaan rakyat Afghanistan lebih baik dibandingkan 10 tahun lalu. Peluang ekonomi terbuka. Jutaan anak kembali ke sekolah dan memiliki akses yang lebih baik untuk layanan kesehatan,” kata Vanda Felbab-Brown, pengamat dari 21st Century Defense Initiative di Brookings Institution.

“Namun ketidakamanan dan kekerasan masih ada. Kemungkinan perang sipil lainnya setelah mayoritas pasukan AS meninggalkan Afghanistan, masih terbuka lebar,” papar Felbab-Brown. (syarifudin)