WASHINGTON- Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengetahui bahwa ratusan tahanan di Guantanamo tidak bersalah atau beresiko rendah untuk melakukan teror. Paman Sam justru membebaskan puluhan tahanan Guantanamo yang beresiko tinggi melakukan teror.
Informasi itu terungkap dalam dokumen rahasia yang dirilis di laman WikiLeaks. “Menurut dokumen itu, para tahanan dipenjara tanpa pengadilan dan seringkali hanya berdasarkan informasi yang kurang dapat dipercaya, misalnya dari orang yang sakit mental atau rekan tahanan yang tak dapat dipercaya atau pernyataan dari tersangka yang disiksa,” tulis harian The New York Times yang mengutip WikiLeaks.
Selain itu, menurut WikiLeaks, seorang tahanan mengklaim bahwa sebuah bom nuklir disembunyikan di suatu tempat di Eropa yang akan diledakkan jika pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden ditangkap atau ditahan.
Times merupakan satu dari beberapa media di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, termasuk The Daily Telegraph, NPR, El Pais, Le Monde, Der Spiegel dan La Repubblica yang menerima 779 dokumen dari WikiLeaks.
“Sedikitnya 150 tahanan Guantanamo merupakan warga Afghanistan atau Pakistan yang tidak bersalah, termasuk yang berprofesi sebagai sopir, petani, dan chef,” tulis Telegraph.
Menurut harian Inggris itu, “Para tahanan Guantaamo dituduh menjadi bagian pengumpul data intelijen di zona perang yang kemudian ditahan di Guantanamo selama bertahun-tahun hanya akibat salah identitas, atau sederhananya, berada di tempat yang salah pada saat yang salah.”
“Seluruh analis militer AS mempertimbangkan hanya 220 orang dari seluruh tersangka ‘perang melawan teror’ pemerintahan presiden George W. Bush yang ditahan di Guantanamo sebagai orang berbahaya,” tulis Telegraph.
Sedangkan 380 tahanan merupakan orang level rendah yang melakukan perjalanan ke Afghanistan atau bagian dari Taliban. Dalam puluhan kasus, para komandan senior AS mengatakan bahwa mereka telah menyimpulkan bahwa tidak ada alasan yang kuat untuk pemindahan tahanan level rendah ke Guantanamo.
“Para petugas penjara sadar bahwa sedikitnya dua kasus yang mereka menahan pria tidak bersalah dan hal itu ditulis dalam dokumen penjara mereka. Namun membutuhkan waktu berbulan-bulan bagi mereka (yang tidak bersalah) untuk dikembalikan ke negara asalnya,” ungkap stasiun radio NPR.
The New York Times menambahkan, sepertiga dari 600 pria yang dipindahkan ke negara ketiga, dianggap “beresiko tinggi” sebelum dibebaskan atau diserahkan pada negara lain. “Sebanyak 172 tahanan yang tetap berada di Guantanamo, sebanyak 130 orang dianggap memiliki resiko tinggi,” papar Times, berdasarkan dokumen WikiLeaks.
Menurut Times, kasus yang terdokumentasi dengan baik tentang kekerasan selama interogasi di Guantanamo terjadi saat pemeriksaan terhadap Mohammed Qahtani pada 2002 dan 2003. Warga Arab Saudi itu dituduh terlibat dalam perencanaan serangan 11 September di beberapa lokasi di AS. “Qahtani diikat seperti seekor anjing, mendapat pelecehan seksual dan dipaksa mengencingi dirinya sendiri,” tulis Times berdasarkan dokumen WikiLeaks.
“Meskipun publikasi tentang tahanan itu sebagian besar fokus pada teknik interogasi yang sangat kasar di awal tahan penahanan, dokumen Qahtani menyatakan bahwa pengakuannya sepertinya benar dan sesuai dengan pernyataan sumber-sumber lain,” tulis Times. Namun, sejumlah tahanan lain mengatakan bahwa mereka mengatakan pernyataan palsu akibat disiksa.
Telegraph melaporkan, komandan senior Al Qaeda Khalid Sheikh Mohammed mengklaim bahwa kelompok teroris menyembunyikan sebuah bom nuklir di Eropa dan akan terjadi neraka nuklir jika Bin Laden ditangkap atau dibuduh.
Dalam pengakuan tahanan paling rahasia, pengamat militer mengungkapkan informasi terbaru tentang Khalid Sheikh Mohammed yang mengaku dia sebagai dalang serangan 11 September. Dia mengatakan telah memerintahkan seorang penduduk Baltimore pada 2002 untuk mengenakan bom bunuh diri dan melakukan serangan martir terhadap Presiden Pakistan Pervez Musharraf saat itu.
Pemerintahan Presiden AS Barack Obama menyangkal bocornya dokumen rahasia oleh WikiLeaks tersebut. Dokumen itu merupakan bagian dari ribuan memo yang dimuat WikiLeaks. (syarifudin)