TOKYO- Perdana Menteri (PM) Jepang Naoto Kan menghadapi tekanan baru kemarin, karena Partai Demokrat Jepang (DPJ) yang dipimpinnya kalah bersaing melawan oposisi Partai Demokrat Liberal (LDP) dalam pemilu sela di wilayah Aichi.
LDP memenangkan mayoritas kursi di majelis rendah, mengalahkan empat lawannya. Beberapa kandidat yang didukung DPJ juga mengalami kekalahan dalam pemilu lokal putaran kedua yang digelar Minggu (24/4) di Aichi. Kekalahan ini setelah DPJ gagal meraih kursi gubernur dan mayoritas di dewan perwakilan rakyat daerah Aichi pada awal bulan ini.
DPJ memang masih mengontrol majelis rendah di tingkat nasional, tapi PM Kan mendapat kritis baru di parlemen kemarin, terkait cara penanganan krisis di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukuchima Daiichi. Krisis nuklir terjadi akibat gempa bumi dan tsunami pada 11 Maret.
Kemunduran hasil yang diraih DPJ mencerminkan ketidakpercayaan publik terhadap pemerintahan Kan dalam mengatasi bencana gempa bumi, tsunami dan krisis nuklir. Kan menyoroti hasil pemilu tersebut tapi mengesampingkan kritik publik terhadapnya. Dia menegaskan bahwa pemerintah sedang melakukan segala cara untuk mengatasi bencana tersebut.
“Hasil pemilu yang berat itu dihadapi secara serius. Pemerintah akan melanjutkan melakukan segala cara untuk rekonstruksi dan mengatasi bencana nuklir,” papar PM Kan pada pertemuan komite anggaran majelis tinggi, kemarin, seperti dikutip kantor berita AFP.
Beberapa kandidat anti-nuklir memenangkan kursi dalam pemilu Minggu (24/4), yang memperebutkan 73 kursi walikota, 63 pemimpin kota dan desa, serta ratusan kursi dewan lokal. Di wilayah Setagaya, Tokyo, mantan anggota parlemen Nobuto Hosaka, 55, terpilih sebagai walikota setelah menyerukan perubahan ke energi terbarui dari ketergantungan terhadap energi nuklir.
Sementara itu, Jepang meluncurkan pencarian massal korban tsunami di pantai timur dengan mengerahkan 25.000 tentara. Mereka akan mencari ribuan jasad yang masih hilang selama lebih enam pekan setelah terjadinya bencana.
Puluhan helikopter dan pesawat dikerahkan bersama polisi, penjaga pantai, dan pasukan Amerika Serikat (AS) untuk misi pencarian. Ini merupakan pencarian massal ketiga setelah sebelumnya berhasil menemukan total 438 jasad.
Kantor penyiaran NHK menayangkan tentara Jepang mengenakan topeng wajah dan kaos tangan saat membersihkan gundukan tanah di lokasi rumah yang masih berdiri. “Puing ini sulit dibersihkan,” kata salah satu tentara.
Ratusan tentara dan pemadam kebakaran mencari di antara reruntuhan sebuah sekolah dasar di daerah Miyagi, untuk mencari 74 anak-anak yang hilang sejak diterjang bencana. Total 14.340 orang tewas akibat gempa dan tsunami pada 11 Maret, dan 11.889 orang masih dinyatakan hilang. Banyak yang percaya, puluhan ribu korban itu terseret ke Samudera Pasifik dan tidak akan pernah ditemukan.
Para petugas juga memasuki zona larangan huni dalam radius 20 kilometer di sekitar PLTN Fukushima Daiichi. “Ini pertama kalinya kami masuk ke dalam zona 20 kilometer. Jika kami melihat ternak mati, kami mungkin berhenti dan menaburkan bubuk kapur padanya,” ujar seorang dokter hewan yang menjelaskan dekat zona evakuasi, lokasi 370 peternakan yang beroperasi sebelum bencana dengan 4.000 sapi, 30.000 babi, dan 630.000 ayam. (syarifudin)