Pages

Labels

Warga Bangkok Eksodus

BANGKOK – Luapan air bah yang terus merangsek ke pusat kota membuat ribuan penduduk Bangkok kemarin meninggalkan Ibu Kota untuk menyelamatkan diri.

orang memadati terminal bus,bandara, dan stasiun kereta api bersiap menuju ke daerah yang jauh dari jalur banjir dengan resor Pantai Hua Hin, Phuket, dan Pattaya menjadi tujuan. Lokasi wisata itu pun seketika penuh. “Semua tujuan tersebut dipenuhi warga Thailand yang pindah dari Bangkok,” kata Deputi Kepala Otoritas Pariwisata Thailand Sansern Ngaorungsi kemarin.

Dia menjelaskan, penerbangan domestik dari Bandara Suvarnabhumi masih normal. Namun, jumlah penumpang yang terbang meninggalkan Bangkok terus meningkat. Gelombang eksodus juga diikuti warga asing.“Saya melihat di berita bahwa banjir semakin dekat. Mungkintidakakandatang,tapi saya tidak ingin mengalaminya,” tutur warga Kanada Claude Kerrignan, 72, saat dia menunggu bus ke Pattaya.

Air sudah menggenangi lantai dasar Grand Palace setelah sungai Chao Phraya meluap akibat tidak mampu mengalirkan air ke laut yang sedang pasang tinggi. Sebagian besar warga yang bertahan mencoba melindungi rumah mereka dengan memasang karung-karung pasir.

“Ini krisis karena jika kita mencoba melawan air dalam jumlah yang sangat besar ini, satu kekuatan alam, kita tidak akan menang.Namun jika kita mengalirkan air ini dengan bebas, orang-orang di banyak wilayah harus bersiap,”tutur Perdana Menteri (PM) Thailand Yingluck Shinawatra sambil berurai air mata, kemarin, seperti dikutip AFP.

Saat wartawan bertanya mengapa dia menangis,Yingluck menjawab, “Tidak, saya tidak menangis dan saya tidak akan. Saya akan menjadi kuat untuk menyelesaikan masalah ini bagi rakyat Thailand. Sekarang kita perlu mengalirkan banjir menuju laut sesegera mungkin dan kita perlu rencana rehabilitasi cepat.”

Banjir terbesar dalam sejarah Thailand ini menjadi ujian terbesar bagi PM yang baru menjabat dua bulan tersebut. Kredibilitasnya memimpin upaya penanggulangan banjir dipertanyakan banyak pihak. “Sejujurnya, kita perlu membiarkan air mengalir wajar menuju laut dan apa yang bisa kita lakukan sekarang ialah mengaturnya sehingga alirannya lambat atau semua orang akan menderita,” kata Yingluck seperti dikutip Reuters.

Sebagian besar wilayah Thailand terkena banjir akibat musim hujan selama tiga bulan terakhir.Lebih dari 370 orang tewas dan jutaan rumah serta mata pencarian warga hancur. “Besarnya volume air yang kini mengalir dari utara menuju Bangkok sama dengan 480.000 air kolam renang standar Olimpiade. Air sebanyak itu akan mencapai Ibu Kota bersamaan dengan musim gelombang tinggi laut akhir pekan ini,” papar Badan Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNOCHA).

Banjir jelas merugikan industri pariwisata Thailand karena beberapa negara, termasuk Inggris, memperingatkan warganya agar tidak melakukan perjalanan ke Bangkok dan lokasi lain yang terkena banjir.Ribuan pabrik di Thailand juga sudah berhenti beroperasi sehingga lebih dari setengah juta orang berhenti bekerja sementara.

Dari Jakarta, Menteri Perindustrian MS Hidayat mengungkapkan, banjir yang melanda Thailand bisa dijadikan momentum bagi pemerintah untuk menarik investor asing. “Yah betul (banjir bisa memberi nilai plus ke Indonesia), tapi jangan sampai kita memanfaatkan musibah orang,” kata Hidayat,kemarin.

Akibat banjir,produsen automotif Jepang seperti Honda,Toyota, dan Mitsubishi telah memikirkan alternatif untuk melakukan relokasi pabrik,termasuk ke Indonesia. Namun,Hidayat menyadari relokasi bukan keputusan mudah. Kalaupun terjadi, kemungkinan besar lebih pada produksi suku cadang,bukan industri utama. syarifuddin/maesaroh/ sandra karina