BANGKOK- Korban tewas dalam pertempuran di perbatasan Thailand dan Kamboja mencapai 18 orang kemarin, setelah seorang tentara Thailand tewas dalam baku tembak terbaru.
Tiga tentara Thailand lainnya terluka dalam pertempuran pada Senin (2/5) dan kemarin pagi. Kamboja menyatakan satu tentaranya terluka dalam baku tembak tersebut.
“Kedua pihak saling menembakkan senjata dan mortir,” papar Kolonel Sukit Subanjui, juru bicara (jubir) militer Thailand di wilayah perbatasan, seperti dikutip kantor berita AFP.
Meski masih terjadi konflik sporadis, situasi cukup membaik pada Senin (2/5) sehingga banyak dari 85.000 warga sipil yang mengungsi dapat kembali ke rumah mereka. “Warga Thailand yang dievakuasi dapat kembali ke rumah karena baku tembak mereda. Tapi kita harus tetap waspada,” papar Deputi Perdana Menteri (PM) Thailand Suthep Thaugsuban.
Delapan tentara Thailand dan sembilan tentara Kamboja tewas sejak 22 April, dalam konflik di sekitar candi di perbatasan. Bangkok menyatakan, satu warga sipil Thailand juga tewas dan beberapa rumah hancur di kedua pihak.
Kedua negara bertetangga itu mendapat tekanan internasional untuk mengakhiri kekerasan. Hubungan kedua tetangga itu memburuk sejak Preah Vihear yang dianggap sebagai simbol kekayaan arsitektur kuno Khmer selain Angkor Wat di Kamboja, diberikan status Warisan Dunia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Juli 2008.
Pengadilan tertinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berada di The Hague itu pada 1962 menetapkan candi Khmer itu milik Kamboja. Tapi Phnom Penh dan Bangkok mengklaim kepemilikan wilayah 4,6 kilometer persegi di sekitar candi.
Kedua negara sepakat pada Februari silam untuk mengijinkan pengamat dari Indonesia di daerah dekat Preah Vihear, tapi militer Thailand menyatakan delegasi itu tidak disambut dan mereka belum berada di sana.
Kamboja kemarin meminta Pengadilan Internasional (ICJ) memerintahkan Thailand menarik pasukannya dari daerah konflik sekitar candi Preah Vihear karena langkah itu sangat penting. “Kamboja mendesak penarikan segera dan tanpa syarat bagi seluruh pasukan Thailand di beberapa wilayah Kamboja yang berada di daerah Candi Preah Vihear,” papar aplikasi Kamboja yang diajukan ke ICJ.
Kamboja pada Kamis (28/4) meminta ICJ mengklarifikasi keputusan tersebut. “Permintaan untuk penafsiran putusan pengadilan terkait candi Preah Vihear didorong oleh agresi bersenjata berulang kali oleh Thailand untuk mengklaim wilayah Kamboja,” papar pernyataan Kementerian Luar Negeri Kamboja pekan lalu.
“Kamboja ingin meminta penjelasan dari ICJ terkait arti dan cakupan keputusan, dan penjelasan itu akan mengikat terhadap Kamboja dan Thailand yang akan menjadi ladansan bagi resolusi akhir perselisihan ini melalui negosiasi atau cara-cara damai lainnya,” papar pernyataan pemerintah Kamboja.
Kamboja menambahkan, “Berbagai insiden bersenjata yang sangat serius terjadi saat pengajuan permintaan terbaru, di mana Thailand sepenuhnya bertanggung jawab.”
Pengadilan Internasional akan memeriksa desakan Kamboja dalam beberapa bulan mendatang, tapi tanggal pastinya belum bisa ditetapkan. “Pengajuan aplikasi Kamboja memberi alasan untuk membuka satu kasus baru,” papar pernyataan ICJ.
Ini merupakan ketujuh kalinya organisasi yudisial tertinggi PBB yang didirikan 1946 itu diminta untuk mengklarifikasi keputusannya. Enam permintaan sebelumnya diajukan satu atau dua tahun sebelumnya.
Konflik bersenjata tidak hanya terjadi di canti Preah Vihear, candi-candi Hindu Ta Moan dan Ta Krebey dan hutan di pegunungan Dangrek juga menjadi pusat perselisihan sejak penarikan Prencis dari Kamboja pada 1950-an. Thailand mengklaim bahwa candi-candi itu berada di Provinsi Surin, berdasarkan peta 1947. Sebaliknya, Kamboja juga menganggap candi-candi itu miliknya.
Pada Februari, Dewan Keamanan PBB menyerukan kedua negara menahan diri dan menyepakati gencana senjata permanen. Desakan itu diungkapkan pula oleh Indonesia yang menjadi ketua Asosiasi Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Indonesia meminta Thailand dan Kamboja segera mengakhiri kekerasan di perbatasan.
“Indonesia, sebagai ketua ASEAN sekarang, menyerukan agar segera diakhiri permusuhan antara Kamboja dan Thailand,” papar Menteri Luar Negeri (menlu) Indonesia Marty Natalegawa. Dia telah mengontak Menlu Thailand dan Kamboja, serta mendesak kedua negara untuk menyelesaikan perbedaan melalui cara-cara damai.
Kamboja menginginkan mediasi asing untuk membantu menyelesaikan kebuntuan masalah perbatasan. Tapi Thailand bersikeras bahwa perselisihan itu harus diselesaikan melalui perundingan bilateral. (syarifudin)