JOHANNESBURG- Pemimpin Libya Muammar Khadafi tidak bersiap meninggalkan negaranya, tapi akan mendorong upaya mencari solusi politik bagi konflik yang terjadi.
Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma menyatakan hal tersebut setelah bertemu Khadafi di Tripoli pada Senin (30/5). Menurut Zuma, Khadafi mendesak diakhirinya pengeboman NATO untuk memungkinkan dialog dan menyerukan kembali gencatan senjata. Khadafi bersedia gencatan senjata, tapi menolak mundur.
“Dia menegaskan bahwa dia tidak bersiap meninggalkan negaranya, meski berbagai kesulitan,” papar Zuma, kemarin. “Dia siap mengimplementasikan peta jalan (damai).”
Seruan Khadafi untuk gencatan senjata itu ditolak pemberontak bulan lalu, setelah misi sebelumnya oleh Zuma. Presiden Afrika Selatan itu menjadi mediator atas nama Uni Afrika. Pemberontak menegaskan, Khadafi harus mengakhiri 41 tahun kekuasaannya sebelum ada gencatan senjata.
Zuma berkeliling Tripoli untuk melihat kerusakan yang diakibatkan pengeboman pasukan NATO. “Keselamatan pribadi Kolonel Khadafi menjadi perhatian,” katanya.
Para pemimpin Barat terus menggelar serangan udara NATO dan bertekad tidak akan menghentikan pengeboman hingga Khadafi mundur.
Pada Senin (30/5), NATO mencabut zona larangan terbang di Libya untuk mengijinkan pesawat yang ditumpangi Zuma mendarat di pangkalan udara dekat Tripoli. Pesawat NATO kembali melakukan pengeboman, beberapa jam setelah Zuma meninggalkan Libya.
Menurut Zuma, solusi terakhir terhadap konflik itu dapat tercapai hanya melalui keterlibatan semua pihak. “Kami serukan pada semua pemimpin di Libya untuk mencari solusi bagi krisis di negara itu dan meletakkan kepentingan negara di atas segalanya. Tidak ada selain dialog semua pihak di Libya yang dapat membawa solusi akhir,” tegasnya.
Dalam pernyataan terpisah, pemerintah Afrika Selatan mengungkapkan, Zuma berdiskusi dengan Khadafi tentang seorang fotografer freelance warga Afrika Selatan, Anton Hammerl yang tewas oleh pasukan Khadafi pada April silam. Pemerintah Libya berjanji membantu menemukan jasad Hammerl, 41, yang juga berkewarganegaraan Austria dan tinggal di London itu. Hammerl terluka di bagian perut pada 5 April. Dia diduga tewas setelah menghilang di gurun sekitar kota Brega.
Pengamat menilai kunjungan Zuma ke Libya tidak menciptakan banyak perubahan untuk menyelesaikan krisis Libya. NATO dan pemberontak Libya juga telah menolak rencana damai yang diusulkan Uni Afrika karena proposal itu tidak mendesak Khadafi mundur.
Seruan gencatan senjata oleh Khadafi langsung ditolak Menteri Luar Negeri pemberontak Libya Fathi Baja di Benghazi. “Kami menolak sepenuhnya. Kami tidak mempertimbangkan ini sebagai inisiatif politik, ini hanya taktik Khadafi yang ingin menyatakan tetap berkuasa,” tegasnya yang menambahkan, pemberontak bersiap melancarkan serangan terhadap Khadafi.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Italia Franco Frattini kemarin membuka konsulat Italia di basis pemberontak Libya, Benghazi. Dia berjanji memberikan dukungan finansial pada pemberontak yang berambisi menggulingkan Khadafi.
Perusahaan minyak Italia, Eni, merupakan perusahaan minyak asing terbesar di Libya yang memproduksi 270.000 barrel minyak per hari pada 2010. “Eni membantu dengan paket bahan bakar dan uang untuk Dewan Transisi Nasional,” papar Frattini.
Frattini merupakan pejabat tinggi Barat yang menandatangani memorandum dengan pemberontak Libya. Dalam memorandum itu disebutkan paket bantuan bahan bakar dan uang senilai ratusan juta euro.
“Dalam memorandum itu, Italia tidak hanya mengonfirmasi pengakuan pada dewan sebagai satu-satunya perwakilan rakyat Libya, tapi juga menyatakan komitmen dari Eni dan bank Italia, UniCredit untuk memberi dewan sejumlah kebutuhan rakyat Libya,” papar Frattini.
Sebanyak delapan pejabat militer Libya yang berada di Roma pada Senin (30/5) mengaku sebagai bagian dari 120 pejabat militer dan tentara yang membelot dari Khadafi dalam beberapa hari terakhir. “Saya pikir rezim Khadafi berakhir dan saya sangat yakin selesai dengan alasan sederhana. Kami mengatakan tentang orang yang merupakan teman-teman terdekat yang membelot. Dia kehilangan legitimasinya di Libya,” kata Frattini.
Sebelum kunjungan Frattini, pejabat lain yang datang ke Benghazi ialah kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton, Menteri Luar Negeri Polandia dan seorang diplomat senior Amerika Serikat. (syarifudin)