NEW YORK- Pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden berencana menyerang kereta di lokasi yang tidak dijelaskan, di Amerika Serikat (AS), sebagai peringatan 10 tahun serangan 11 September 2001 atau 9/11.
Rencana itu terungkap dari dokumen yang ditemukan di kompleks kediaman Osama di Abbottabad, Pakistan. Namun para pejabat AS menepis adanya ancaman teror dalam waktu dekat, karena rencana serangan dalam dokumen itu hanya aspirasi. Dokumen itu menunjukkan bahwa Osama tetap menjalankan organisasi Al Qaeda setiap hari, tidak seperti dugaan sebelumnya bahwa pengaruhnya sudah mulai berkurang.
“Salah satu rencana itu menargetkan satu rute kereta AS, meski tidak ada ancaman dalam waktu dekat yang terdeteksi,” papar laporan buletin FBI dan Keamanan Dalam Negeri AS, seperti dikutip BBC.
Para pejabat AS memeriksa komputer, DVD, dan sejumlah dokumen yang disita dari rumah Osama di Abbottabad, lokasi yang diduga menjadi persembunyian pemimpin Al Qaeda selama lebih dari enam tahun.
Informasi tentang rencana serangan itu awalnya muncul di Pakistan dalam buletin FBI dan Keamanan Dalam Negeri AS. Buletin itu beredar di kalangan pejabat penegak hukum. “Ide untuk merusak satu rute kereta AS ditemukan dalam tulisan tangan yang diambil dari kompleks kediaman Osama,” ungkap tulisan di buletin tersebut.
Menurut buletin itu, anggota lapangan Al Qaeda berencana menggelincirkan kereta sehingga terjatuh ke lembah atau dari sebuah jembatan. “Meski jelas bahwa di sana ada beberapa level rencana untuk operasi jeni ini pada Februari 2010, kami tidak memiliki informasi terbaru yang menunjukkan kegiatan aktif untuk menjalankan rencana yang menargetkan transportasi dan tidak ada informasi tentang kemungkinan lokasi atau target khusus,” tulis buletin tersebut.
Seorang pejabat intelijen mengatakan, tulisan tangan itu mengungkap ambisi untuk menyerang AS dengan skala besar di kota-kota utama dan di tanggal-tanggal penting seperti hari peringatan teror dan hari libur.
“Dia terus membuat rencana, dengan ide-ide tentang target-target, dan mengomunikasikan ide-ide itu pada pemimpin senior Al Qaeda lainnya,” ungkap pejabat AS secara anonim, seperti dikutip harian New York Times.
Sementara itu, detail baru muncul tentang kehidupan Osama di kompleks Abbottabad dan kejadian yang membawa Osama merenggut ajal. “Salah satu istri Osama mengatakan pada para investigator bahwa dia tinggal di kompleks tersebut selama lima tahun, bersama suaminya,” papar seorang pejabat militer Pakistan.
Laporan baru tentang penyerbuan pasukan AS itu pun tampak bertentangan dengan informasi awal tentang serangan tersebut. Penasehat kontra-terorisme Gedung Putih John Brennan awalnya menyatakan bahwa Osama merupakan salah seorang yang bersenjata di dalam kompleks tersebut.
Tapi para pejabat AS sekarang mengatakan hanya satu orang yang menembak pasukan AS. Orang itu diyakini merupakan kurir Osama, Abu Ahmed al-Kuwaiti, yang tewas pertama saat serangan terjadi.
Para pengkritik mempertanyakan legalitas operasi itu setelah AS menyatakan bahwa Osama tidak bersenjata saat ditembak mati oleh pasukan AS. Namun AS tetap menganggap Osama merupakan target militer yang dibunuh sebagai tindakan AS membela bangsa.
“Penyerbuan AS terhadap Osama dilancarkan setelah berbulan-bulan CIA melakukan pengamatan dari sebuah rumah aman di Abbottabad,” tulis Washington Post kemarin. Mengutip sejumlah pejabat AS, Washington Post menulis, “Operasi CIA menggunakan satelit dan berupaya merekam suara di dalam kompleks, tapi dihentikan sebelum operasi militer dilancarkan.”
Sementara itu, Presiden AS Barack Obama memberikan penghormatan untuk para korban serangan 11 September 2001 di Ground Zero, lokasi hancurkan menara kembar World Trade Center. Dalam momen yang sangat simbolis di New York itu, Obama meletakkan satu karangan bunga, sebelum memeluk kerabat korban tewas saat Al Qaeda membajak pesawat dan menabrakkannya ke World Trade Center dan Pentagon.
Obama yang melakukan kunjungan pertamanya ke Ground Zero sebagai presiden itu, tidak memberikan pidato sepatah kata pun, tapi hanya mengheningkan cipta sambil menundukkan kepala, setelah meletakkan karangan bungan bersama para pejabat lokal.
Dia berbicara sebelumnya di sebuah gedung pemadam kebakaran yang kehilangan 15 petugasnya saat berusaha memberikan pertolongan korban serangan 11 September. Obama melontarkan pesan tegas pada musuh-musuh Amerika di penjuru dunia. “Saat kami katakan kami tidak akan pernah melupakan, kami maksudkan seperti apa yang kami katakan,” katanya.
Obama juga mengunjungi Fort Campbell di Kentucky pada Jumat (6/5) waktu setempat untuk bertemu komando elit AS yang melakukan penyerbuan ke kompleks kediaman Osama. Komando elit itu berasal dari pasukan angkatna laut yang dikenal sebagai “Tim Enam” yang masuk ke Pakistan dengan sejumlah helikopter siluman dan membawa jasad Osama pada malam itu juga.
“Presiden akan memiliki peluang untuk secara pribadi mengucapkan terima kasih pada beberapa pelaksana khusus yang terlibat dalam operasi tersebut,” papar pejabat AS secar anonim.
Sementara itu, investigator hak asasi manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak AS untuk mengungkapkan seluruh fakta dalam pembunuhan Osama. Pelopor khusus PBB dalam eksekusi ekstrayudisial, cepat, dan sewenang-wenang, Christof Heyns, dan pelopor khusus HAM PBB dalam kontra terorisme Martin Scheinin menyatakan, dalam kasus-kasus tertentu, kekuatan mematikan mungkin digunakan dalam operasi melawan terorisme.
“Meski demikian, norma seharusnya ialah teroris dianggap sebagai kriminal, melalui proses hukum penahanan, pengadilan, dan hukuman yang diputuskan melalui pengadilan,” papar dua pakar independen tersebut dalam pernyataan bersama. “Terkait penggunaan pasukan mematikan terhadap Osama bin Laden, AS harus mengungkap fakta-fakta pendukung untuk menentukan apakah operasi itu sesuai standar hukum HAM internasional.”
“Sangat penting untuk mengetahui apakah rencana misi itu merupakan upaya untuk menangkap Osama. Informasi ini penting dibuka,” papar pernyataan ketua pakar tersebut.
Sementara di Pakistan, partai politik relijius terbesar, Jamaat-e-Islami, menyerukan unjuk rasa mengecam membunuhan terhadap Osama. Ratusan orang turun ke jalan di kota Quetta, dekat perbatasan Afghanistan untuk memberikan penghormatan pada Osama. Mereka juga menyerukan perang melawan Amerika.
Massa meneriakkan “Panjang umur Osama” dan membakar bendera AS. Sedangkan tokoh di partai tersebut, Abdul Qadir Looni menegaskan, “Jasa Osama bagi Muslim akan diingat selamanya. Dia menantang Setan besar dan perebuat kekuasaan seperti Amerika dan membangkitkan Muslim di penjuru dunia. Ini perkumpulan untuk memberi penghormatan padanya.”
Polisi dan tentara Pakistan saat ini melarang media internasional menuju rumah Osama di Abbottabad, dengan memasang pos pemeriksaan dan mengerahkan aparat tambahan. “Kehadiran media mengganggu investigasi. Di sana juga ada sejumlah masalah keamanan, sehingga kami menutup daerah sekitarnya,” kata komandan polisi distrik Mohammad Kareem Khan.
Di Kota Bilal, tempat rumah Osama berada, orang-orang menulis di tembok-tembok, “Kota Osama bin Laden.”
Pemerintah Pakistan marah terhadap AS yang melakukan operasi penyerangan tanpa memberi tahu Islamabad. Serangan itu dianggap melanggar kedaulatan Pakistan. Militer Pakistan pun mendesak AS mengurangi kehadiran pasukannya di negara tersebut hingga dalam jumlah minimal. Kepala staf militer Pakistan Jenderal Ashfaq Kayani mengancam meninjau ulang kerja sama dalam penyerangan AS lainnya.
Sedangkan di Manila, massa juga menggelar unjuk rasa untuk mengecam pembunuhan terhadap Osama. “Kami mengecam pembunuhan brutal terhadap Osama bin Laden. Amerika merupakan teroris nomor satu di dunia. Amerika musuh nomor satu Islam,” ungkap ulama Filipina Sheikh Jamil Yahya saat memimpin unjuk rasa di luar Masjid Emas di pusat Manila, setelah salat Jumat. Demonstran hendak menuju Kedutaan Besar AS di Manila, tapi akhirnya kembali ke depan masjid karena diblokade polisi. (syarifudin)