Pages

Labels

PBB Segera Keluarkan Surat Penangkapan Khadafi

NEW YORK- Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) segera mengeluarkan surat penangkapan internasional untuk para pejabat senior Libya, termasuk Pemimpin Libya Muammar Khadafi dan putranya Saif al-Islam.

Surat penangkapan itu merupakan bentuk tekanan baru terhadap rezim Libya. Surat penangkapan itu dikeluarkan terkaut tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan rezim Libya.

Kepala jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) Luis Moreno-Ocampo akan segera membeberkan berbagai tuduhan kejahatan yang dilakukan pasukan Khadafi sejak pemberontakan muncul pada pertengahan Februari. “Lima surat penangkapan itu tampaknya dikeluarkan dalam beberapa pekan lagi dengan pengesahan majelis pra-pengadilan ICC,” paparnya, seperti dikutip laman Guardian.

“Kita memiliki bukti kuat di awal konflik, tentang penembakan warga sipil. Selain itu, kita memiliki bukti kuat kejahatan penganiayaan,” kata Ocampo.

Nama-nama orang yang masuk dalam daftar surat penangkapan itu akan diungkapkan segera. Namun TV Al Arabiya melaporkan, surat penangkapan itu bisa termasuk Khadafi dan putranya. “Mereka yang ditargetkan termasuk mantan menteri luar negeri Libya Moussa Koussa yang membelot ke Inggris, dan direktur jenderal Organisasi Keamanan Eksternal Libya Abu Zeyd Omar Dorda,” ungkap laporan Al Arabiya.

Koussa merupakan pembelot paling penting dari rezim Libya saat ini. Para pejabat Inggris berharap pembelotannya akan membujuk petinggi Libya lainnya untuk meninggalkan Khadafi, meski para pengamat memperingatkan, ajakan membelot akan bertentangan antara pendekatan pragmatis untuk melemahkan rezim dan komitmen terhadap hukum kriminal internasional.

Para diplomat barat mengatakan, keluarnya surat penangkapan itu untuk meningkatkan tekanan internasional terhadap Tripoli.

Dewan Keamanan PBB melakukan voting terttuup pada Februari terkait kekerasan yang dilakukan rezim Khadafi terhadap demonstran anti pemerintah. Langkah tersebut dikritik terlalu dini, sehingga membuat pemimpin Libya dan petinggi lain tidak memiliki strategi jalan keluar.

Perdana Menteri (PM) Turki Recep Tayyip Erdogan mendesak Khadafi segera mundur. Desakan itu sama seperti seruan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, PM Inggris David Cameron dan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy.

Swiss sudah membekukan aset senilai 585 juta poundsterling terkait Khadafi dan mantan presiden Mesir serta Tunisia. Presiden dan Menteri Luar Negeri (menlu) Swiss Micheline Calmy-Rey menjelaskan, total aset yang dibekukan 957 juta franc Swiss dan 246 juta poundsterling terkait Khadafi dan orang-orang dekatnya, 280 juta poundsterling terkait Presiden Mesir Hosni Mubarak, dan 41 juta poundsterling terkait Presiden Tunisia Zine al-Abidine Ben Ali.

Sementara itu, rezim Khadafi mengajukan perpanjangan batas waktu bagi pemberontak di kota Misrata, Libya, untuk meletakkan senjata. Perpanjangan waktu ini setelah deputi menlu Libya Khaled Kaim menjelaskan, ada beberapa pemberontak yang menyerah.

“Sekitar 400 pejuang pemberontak menyerahkan persenjataan mereka di Misrata,” kata Kaim. “Saya harap menteri kehakiman akan mendengarkan seruan kami untuk memperpanjang sedikitnya sehari atau dua hari, karena ada sinyal baik dari orang-orang di Misrata.”

Misrata merupakan kota ketiga terbesar di Libya dan basis utama pemberontak di bagian barat negara tersebut. Misrata telah dikepung pasukan Khadafi selama dua bulan.

Menurut Kaim, batas waktu untuk menyerah dengan imbalan amnesti itu berakhir pada dinihari kemarin. Tapi batas waktu itu diabaikan oleh pemberontak yang tetap menginginkan Khadafi mengakhiri lebih dari 40 tahun kekuasaannya.

Koresponden AFP menyatakan tidak mendengar pertempuran sepanjang kemarin malam, tapi paramedis mengaku sedikitnya satu orang tewas dan 30 orang terluka dalam bentrok di sekitar Misrata pada Selasa (3/5). Jumlah korban tewas menurun dibandingkan pada Senin (2/5) saat 14 orang tewas.

Pertempuran saat ini berpusat di kota barat dan pinggiran baratdaya, dekat dengan pangkalan pasukan Khadafi di bandara. Pemberontak berusaha menguasai bandara Misrata karena sangat strategis bagi perlawanan mereka selanjutnya. (syarifudin)