Pages

Labels

Isu Nuklir Jadi Bencana Pemilu bagi Merkel

BERLIN- Kekhawatiran atas krisis nuklir Jerman menjadi bencana bagi Partai Demokrat Kristen (CDU) yang dipimpin Kanselir Jerman Angela Merkel dan kemenangan bagi Partai Hijau. Namun pengamat mengatakan, pemerintahan Merkel yang lemah akan mampu bertahan.

CDU sudah berkuasa selama 58 tahun. Tapi kini partai itu menghadapi pasang surut dukungan publik atas isu energi nuklir menjelang pemilihan umum (pemilu) yang penting.

Partai Hijau yang menentang nuklir memenangkan rekor suara 24% pada pemilu Minggu (27/3), dua kali lipat dari perolehan mereka pada 2006. Tampaknya, ini per tama kali bagi Partai Hijau untuk memimpin koalisi bersama Partai Sosial Demokrat yang meraih suara 23%. Oposisi berhasil mengalahkan CDU dan partai Demokrat Bebas (FDP), di level nasional dan negara bagian, yang mengklaim meraih suara 44%.

Sebanyak 45% pemilih menganggap energi nuklir sebagai isu utama seiring bencana alam yang merusak pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Jepang. Karena itu pula, Pemimpin FDP dan Menteri Luar Negeri (menlu) Jepang Guido Westerwelle menjanjikan pengkajian ulang energi nuklir di Berlin.

“Kejadian mengerikan di Jepang, kecelakaan nuklir di Fukushima dan konsekuensi bagi kami di Jerman: ini merupakan topik paling menentukan dalam pemilu negara bagian ini. Ini merupakan referendum atas masa depan energi atom,” kata Westerwelle, seperti dikutip kantor berita AFP.

Kandidat Partai Hijau Winfried Kretschmann, 62, yang diperkirakan menjadi pemimpin negara pertama dari partainya di Jerman, mengklaim kemenangan bersejarah tersebut. Apalagi hasil pemilu di negara bagian yang berbatasan dengan Prancis dan Swiss juga menjadi titik balik memalukan bagi Merkel, 56, setelah kalah di North Rhine-Westphalia pada Mei dan Hamburg pada Februari.

Tapi pengamat mengatakan, koalisi Merkel akan tetap berkuasa karena oposisi masih terlalu lemah di level nasional dan partai berkuasa kurang memiliki lawan yang setara dengan wanita politisi itu.

“CDU tidak memiliki siapa pun. Ini mengikat Merkel, paling tidak hingga pemilu federal yang dijadwalkan pada 2013. Koalisi tidak akan jauh, atau tidak akan ada pemilu baru,” ujar penulis biografi Merkel, Gerd Langguth.

Menurut Langguth, “Kedua kubu, Union dan FDP, tidak akan mendapat keuntungan dari pemilu federal yang lebih awal, sehingga mereka tidak tertarik untuk menyerukannya.”

Meski demikian, kekalahan Merkel kali ini akan menyulitkannya meloloskan undang-undang di majelis tinggi Bundesrat dan telah mendorong desakan baginya untuk menyerahkan mandatnya.

Merkel menyebut kondisi darurat nuklir di Jepang sebagai titik balik. Dia menunda tiga bulan untuk membuat keputusan penutupan seluruh reaktor nuklir Jepang, yang empat diantaranya berada di Baden-Wuerttemberg. Dia juga menutup sementara tujuh reaktor nuklir tertua di Jerman untuk mengkaji keamanannya.

Energi nuklir tidak populer di Jerman. Tapi pemilu kali ini menegaskan bahwa pemilih menganggap strategi Merkel sebagai taktik pemilu. Kondisi ini meningkatkan dukungan publik bagi Partai Hijau. (syarifudin)