Pages

Labels

Pemberontak Suriah Ultimatum Assad

BEIRUT – Pemberontak bersenjata Tentara Suriah Bebas (FSA) memberi ultimatum pada rezim Presiden Suriah Bashar al- Assad hingga hari ini, untuk melaksanakan rencana damai Kofi Annan.

Pemberontak mengancam akan keluar dari kesepakatan gencatan senjata jika ultimatum itu diabaikan oleh Assad. Ultimatum itu muncul setelah lebih dari 100 korban tewas,termasuk anak-anak dan perempuan di Kota Houla,Suriah. “Jika rezim Suriah tidak memenuhi batas waktu pada Jumat siang, komando FSA mengumumkan tidak lagi terikat dengan komitmen apa pun terhadap rencana Annan dan tugas kami untuk membela warga sipil,” ungkap pernyataan FSA yang dibacakan Kolonel Qassim Saadeddine di Kota Homs,Suriah,dikutip AFP.

Gencatan senjata di Suriah berlaku sejak 12 April silam, setelah dimediasi oleh Utusan Liga Arab dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Kofi Annan. Namun, gencatan senjata ini tidak menghentikan pertempuran antara pasukan rezim dan pemberontak bersenjata. FSA menyatakan terjadi pembunuhan di dekat pusat Kota Houla pada 25–26 Mei, yang menewaskan lebih dari 100 orang, termasuk 49 anakanak dan 34 perempuan. Menurut Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, sebagian besar korban tewas akibat ditembak dari jarak dekat.

“Setelah pembantaian wanita dan anak-anak di Houla, kami mengumumkan di sana tidak ada lagi pembenaran bagi kita untuk secara sepihak menghormati gencatan senjata, karena Assad telah mengubur rencana damai Annan,” ungkap pernyataan FSA. Pemberontak mendesak rezim Suriah melaksanakan semua enam poin rencana damai Annan,yakni gencatan senjata segera, menghentikan semua bentuk kekerasan,

penarikan tank dan kendaraan bersenjata dari wilayah pemukiman, akses kemanusiaan untuk semua wilayah, pembebasan tahanan politik dan demonstran, serta akses untuk media ke semua wilayah di Suriah. FSA juga meminta komitmen rezim Assad untuk tidak menyerang tim pemantau PBB yang mengawasi gencatan senjata, dan membuka negosiasi melalui PBB untuk menyerahkan kekuasaan pada rakyat.

Namun, laporan tentang ultimatum dari FSA itu disangkal Kepala FSA Jenderal Riyad Asaad. Saat dihubungi al-Jazeera melalui telepon dari perbatasan Turki, Jenderal Asaad menegaskan bahwa FSA berkomitmen pada rencana damai Annan dan menghormati resolusi internasional serta pelaksanaan rencana damai ini.

“Tidak ada batas waktu. Namun,kami harap Kofi Annan akan mengeluarkan pernyataan untuk mengumumkan kegagalan rencana damai ini, sehingga kami bebas melancarkan operasi militer melawan rezim,”ujar Jenderal Asaad kepada al-Jazeera. Koresponden BBCmenyatakan, FSA merupakan kelompok yang kurang memiliki persenjataan kuat dan sering kalah saat menghadapi pasukan Suriah yang memiliki persenjataan berat serta tank-tank.

Sementara itu, pemerintah Suriah kemarin membebaskan 500 tahanan yang ditangkap karena dicurigai terlibat revolusi melawan rezim.Pembebasan ini dilakukan dua hari setelah Annan mendesak Assad membebaskan para tahanan. “Sebanyak 500 orang yang terlibat dalam berbagai kejadian di Suriah,tanpa darah di tangan mereka, telah dibebaskan,” ungkap laporan televisi pemerintah Suriah.

Di Beijing, pemerintah China mendesak komunitas internasional memberi waktu bagi pelaksanaan rencana damai Annan di Suriah.“China yakin situasi di Suriah sekarang sangat kompleks dan serius.Tapi pada saat yang sama,kami yakin upaya mediasi Annantelahefektif dan kita seharusnya memberikan lebih banyak kepercayaan padanya dan memberi dia lebih banyak dukungan,”papar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Liu Weimin, dikutip Reuters.

Menurut Weimin, masalah di Suriah memerlukan waktu untuk penyelesaiannya.“Kami tidak berpikir upaya mediasi Annan akan mudah dilaksanakan, dan di sana akan ada penolakan dan kerumitan,” ungkapnya. Pembunuhan yang terjadi di Houla membuat beberapa negara Barat mengusir para diplomat senior Suriah. Barat juga menekan Rusia dan China untuk mendukung aksi lebih keras dari Dewan Keamanan PBB. syarifudin