Pages

Labels

Suu Kyi Kembali di Myanmar

YANGON – Pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi kembali ke tanah airnya kemarin, setelah melakukan lawatan luar negeri pertama dalam dua dekade terakhir.

Lawatan Suu Kyi ke luar negeri merupakan upaya untuk menguji kebebasan bergeraknya di era reformasi politik Myanmar saat ini. “Kunjungan saya ke Thailand sangat memuaskan,”kata Suu Kyi saat tiba di Bandara Yangon,dikutip AFP. Ikon demokrasi Myanmar itu sebelumnya menolak meninggalkan negeri itu,karena khawatir junta tidak akan mengizinkannya kembali. Padahal, saat itu suami Suu Kyi sedang sakit keras di luar negeri.

Suu Kyi pekan lalu mengunjungi Thailand selama enam hari. Ini merupakan pertama kalinya dia melakukan perjalanan luar negeri sejak 1988. Peraih penghargaan Nobel Perdamaian itu menghadiri pertemuan pemimpin bisnis global di Bangkok dan mengunjungi warga Myanmar di Thailand. Setelah lawatan ke Thailand,Suu Kyi akan meninggalkan Yangon menuju Eropa untuk berpidato di Jenewa dan menuju Oslo untuk menerima Penghargaan Nobel. Suu Kyi juga sangat ingin ke Inggris, tempat dia pernah tinggal beberapa tahun bersama keluarganya. Dia akan berpidato di depan parlemen Inggris di London.

Sementara itu, pemerintah Myanmar menyatakan telah meninggalkan riset program nuklir yang tidak pernah mengalami kemajuan berarti sejauh ini.Myanmar juga menegaskan telah membatasi hubungan dengan aliansi militer dan politiknya, Korea Utara (Korut). Sejumlah laporan media dua tahun silam menyatakan Myanmar mendapatkan teknologi untuk pengayaan uranium dari Korut, serta sejumlah peralatan untuk program senjata nuklir. Laporan ini berdasarkan wawancara dengan petinggi miltier yang terlibat dalam program tersebut dan sejumlah dokumen yang menjelaskan proyek tersebut.

“Kami telah dengan sangat jelas mengatakan bahwa itu bukan untuk pertahanan, itu bukan untuk senjata,itu hanya riset di masa lalu,”ujar Menteri Pertahanan Myanmar Letnan Jenderal Hla Min saat Dialog Shangri-La,forum keamanan tahunan di Singapura yang dihadiri para pemimpin militer dan sipil di kawasan. Para delegasi yang hadir dalam forum itu menganggap bahwa pernyataan Myanmar itu jujur dan menunjukkan reformasi di negara tersebut setelah beberapa dekade mengalami isolasi.

Reformasi Myanmar menarik perhatian para investor asing dan membuat beberapa negara Barat m e n c a b u t sanksinya. Hla Min yang berbicara melalui penerjemahnya mengatakan, Myanmar mempertahankan hub u n g a n politik dan militer dengan Korut di masa lalu.“Tapi karena upaya baru kami dan upaya membuka diri, kami telah menghentikan hubungan semacam itu dengan Korut,” tegasnya, dikutip Reuters. ● syarifudin