Pages

Labels

DK PBB Gamang Menyikapi Suriah

DAMASKUS- Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam pertemuan kemarin masih gamang menentukan sikap mereka terhadap krisis Suriah. Amerika Serikat (AS) menekan PBB untuk mengambil sikap keras terhadap Suriah.

Perpecahan tetap terjadi antara 15 negara anggota Dewan Keamanan PBB dalam memutuskan apakah mereka akan mengecam Presiden Suriah Bashar al-Assad, atau harus mengeluarkan resolusi resmi, atau mengeluarkan pernyataan yang lebih lunak.

Negara-negara Eropa yang menyetujui perubahan draf resolusi untuk Suriah, menyatakan bahwa kemajuan telah terjadi. Tapi Rusia menegaskan bahwa draf pernyataan dalam versi terbaru masih belum seimbang. “Teks baru itu merusak upaya yang mungkin dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya perang sipil di mana Suriah sedang mencari caranya sendiri, malang, dan tragis,” ujar Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin, seperti dikutip AFP

Tekanan internasional terhadap Dewan Keamanan PBB untuk menyetujui kecaman terhadap Suriah, muncul sejak kekerasan akhir pekan silam yang diduga menewaskan 140 orang saat serbuan militer di kota Hama dan beberapa kota lainnya. Lusa kemarin, dalam pertemuan kedua Dewan Keamanan PBB, setiap negara mengajukan draf penyataan kembali ke pemerintah negara mereka, menjelang negosiasi baru kemarin.

Di Washington, para pembelot Suriah mendesak Presiden AS Barack Obama untuk mendesak Assad mengundurkan diri. Desakan itu diungkapkan dalam pertemuan pertama antara Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dan anggota oposisi Suriah.

“Saya dan pembelot lain mengatakan pada Hillary bahwa mereka membutuhkan Presiden Obama berpidato untuk rakyat Suriah dan meminta Presiden Bashar al-Assad mundur segera,” ujar Radwan Ziadeh, salah seorang pembelot Suriah yang berada di AS.

Hillary menjelaskan, “Washington bekerja untuk menambahkan sanksi-sanksi baru dan membahas perluasan sanksi yang akan mengisolasi rezim Assad secara politik dan ekonomi jika terus melanjutkan kekerasan.”

“AS akan terus mendukung rakyat Suriah dalam upaya mereka memulai perdamaian dan transisi menuju demokrasi,” papar Hillary dalam pernyataan setelah pertemuan.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon tidak dapat menahan kemarahannya atas penolakan Assad untuk memahami kritik internasional, khususnya setelah serangan militer akhir pekan di Hama.

Menegaskan banyak pernyataannya tentang krisis di Suriah dan upaya berbicara dengan pemimpin Suriah, Ban menekankan, “Assad harus menyadari bahwa berdasarkan hukum kemanusiaan internasional, ini tanggung jawabnya. Saya yakin dia kehilangan semua rasa kemanusiaan.”

Inggris, Prancis, Jerman, Portugal dan AS berusaha agar muncul resolusi dalam dua bulan. Tapi Rusia dan China, sebelumnya mengancam menolak veto semacam itu.

Brasil, India, dan Afrika Selatan juga menentang langkah sejumlah negara di Dewan Keamanan PBB. Menurut mereka, langkah PBB dapat memicu kampanye militer internasional terhadap Assad, seperti yang terjadi di Libya.

Uni Eropa dan NATO menyangkal tuduhan bahwa mereka hendak melakukan intervensi militer. Uni Eropa masih yakin bahwa resolusi PBB merupakan cara terbaik untuk mengirim pesan kuat pada Suriah.

Pasukan keamanan Suriah terus melakukan operasi melumpuhkan demonstran. Sedikitnya tiga orang tewas di Hama, sehari setelah tank-tank Assad membombardir kota tersebut setelah serangan berdarah pada Minggu (31/7) ketika lebih dari 140 orang tewas.

“Korban tewas pada Selasa (2/8) termasuk dua saudara kandung yang terkena roket saat mengendarai mobil mereka. Korban ketiga tewas akibat serangan penembak jitu,” kata Rami Abdel Rahman, kepala Pengawas HAM Suriah.

Pada Selasa malam (2/8) terjadi beberapa demonstran di Homs dan sejumlah desa di sejumlah wilayah, termasuk di kota-kota pesisir Latakia dan Banias. Homs merupakan kota ketiga terbesar di Suriah yang berada di selatan Hama. Sedikitnya 20.000 orang tewas di Homs saat pemerintahan Presiden Hafez, ayah Assad, meredam gerakan revolusi pada 1982.

Ketegangan hingga kini masih terasa di beberapa kota yang menjadi sasaran operasi militer. Jalanan tampak lengang dan aktivitas warga sangat terbatas untuk membeli kebutuhan pokok. (syarifudin)