Pages

Labels

PBB Segera Kirim Misi ke Suriah

NEW YORK- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kemarin menyatakan satu misi kemanusiaan siap menuju Suriah pada akhir pekan ini. Pada saat bersamaan, kekuatan Eropa menekan Dewan Keamanan PBB untuk menerapkan sanksi keras terhadap rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.



Utusan Presiden Assad menuduh Barat menghembuskan perang diplomatik dna kemanusiaan terhadap pemerintahan di Damaskus yang dituduh menewaskan 2.000 orang sejak unjuk rasa pertengahan Maret silam.



Dewan Keamanan PBB mendapat informasi dalam briefing mengenai Suriah yang menerapkan kebijakan tembak mati terhadap demonstran, eksekusi dan anak-anak yang dikhawatirkan tewas dalam penjara pemerintah Suriah.



Inggris, Prancis, Jerman, dan Portugal menyatakan mereka mempersiapkan satu resolusi Dewan Keamanan PBB yang akan memerintahkan sanksi terhadap pemerintahan Assad. Amerika Serikat (AS) memberikan dukungan kuat terhadap langkah tersebut.



Kemarin, Spanyol menjadi negara terbaru yang secara terbuka mendukung sanksi terhadap rezim Assad. “Spanyol bergabung dengan seruan ini,” papar Menteri Luar Negeri (menlu) Spanyol Trinidad Jiminez pada radio Cadena Ser, seperti dikutip AFP.



Presiden AS Barack Obama dan para pemimpin Uni Eropa mendesak Assad untuk mundur sebagai bagian dari meningkatnya tekanan internasional terhadap Presiden Suriah tersebut.



Deputi Duta Besar Inggris untuk PBB Philip Parham mengumumkan sejumlah sanksi. “Kita tidak boleh membiarkan diri kita sendiri terlalu lama berunding,” ujarnya.



“Proposal sanksi dapat termasuk pembekuan aset dan larangan perjalanan terhadap sejumlah individu di Suriah dan embargo persenjataan,” kata Parham yang menyatakan tidak tahu kapan resolusi akan diajukan.



Utusan Prancis untuk PBB Martin Briens menyatakan, para pejabat tinggi PBB, termasuk Komisioner Tinggi HAM Navi Pillay dan Kepala Kemanusiaan Valerie Amos sudah memaparkan berbagai kejadian di Suriah dalam pertemuan Dewan Keamanan yang membahas krisis tersebut.



“Saya telah menyajikan bukti nyata kebijakan tembak mati oleh pemerintahan Assad dan sejumlah pembunuhan dan penghilangan manusia,” ujar Pillay yang mengatakan salah satu kejadian di sebuah stadium di kota Daraa, tempat sekitar 26 pria yang ditutup matanya, ditembak mati dengan gaya eksekusi pada 1 Mei. “Satu dari 13 anak laki-laki merupakan mereka yang hilang dan dikhawatirkan dibunuh di penjara-penjara pemerintah.”



Menurut Pillay, sejumlah rumah sakit kini menjadi target serangan militer dan beberapa dokter menolak merawat korban luka-luka karena takut dibunuh. “Dewan Keamanan harus membawa kasus kekerasan ini ke Pengadilan Kriminal Internasional untuk penyelidikan kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan,” katanya.



Sementara itu Rusia menentang seruan Barat agar Presiden Suriah mundur dan akan mengirimkan satu delegasi ke Suriah untuk bertemu pihak oposisi. “Kami tidak mendukung seruan semacam itu dan yakin inilah saatnya rezim Presiden Bashar al-Assad diberi waktu untuk mengimplementasikan semua proses reformasi yang telah diumumkan,” papar seorang sumber kementerian luat negeri Rusia yang dikutip Interfax.



Menurut Rusia, pengumuman Assad untuk memberikan amnesti pada tahanan politik dan kesiapannya untuk menggelar pemilihan umum pada akhir tahun, merupakan langkah-langkah reformasi.



Awal pekan ini Assad mengatakan pada Ban Ki-moon bahwa pasukan keamanannya telah mengakhiri operasi militer. “Ini merupakan langkah maju sangat penting dan ini menunjukkan keinginan Assad dan pemerintah Suriah untuk melaksanakan reformasi,” papar sumber pejabat Rusia. “Kami mendukung ini dan mendorong rakyat Suriah dalam segala cara untuk maju ke arah ini. Rezim Suriah harus diberi waktu untuk mampu melaksanakan semua langkah tersebut.”



Senator Rusia Aslambek Aslakhanov mengatakan pada Interfax bahwa satu delegasi Rusia akan menuju Suriah untuk melihat kejadian sebenarnya karena laporan media yang keluar dari negara itu sangat kontradiktif dan tidak dapat diverifikasi. “Tugas kami ialah menggelar pertemuan dengan sejumlah perwakilan otoritas terkait, termasuk oposisi,” papar senator Rusia yang menjadi anggota komite internasional majelis tinggi parlemen. “Kami merencanakan bertemu Presiden Bashar al-Assad yang saya kenal baik.” (syarifudin)