Pages

Labels

Obama Kecam Langkah Suriah Melumpuhkan Demonstran

DAMASKUS- Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengecam tindakan pemerintah Suriah melumpuhkan demonstran di kota Hama pada Minggu (31/7). Aktivis mengklaim tindakan Suriah menewaskan lebih dari 140 orang.

Obama merasa ngeri melihat penggunaan kekerasan oleh rezim Suriah terhadap rakyatnya sendiri. Dia berjanji akan berusaha mengisolasi Presiden Suriah Bashar al-Assad. Selain warga sipil, puluhan aparat keamanan juga tewas di kota Hama.

Obama mengatakan, laporan dari Hama engerikan dan menunjukkan karakter rezim Suriah sebenarnya. “Sekali lagi, Presiden Assad menunjukkan bahwa dia sepenuhnya tidak mampu dan tidak ingin merespon legitimasi rakyat Suriah,” paparnya, seperti dikutip BBC dan AFP.

Pemerintah Suriah menyatakan, pasukan dikirim ke Hama untuk memindahkan barikade yang dipasang demonstran. Kemarin, Presiden Assad memuji militer atas keberhasilan menggagalkan upaya musuh-musuh negara. “Upaya dan pengorbanan militer akan dikenang,” ujar Assad.

Namun seorang pejabat di Kedutaan Besar AS di Damaskus menyangkal klaim tersebut dan mengatakan, pemerintah Suriah melancarkan serangan berkekuatan penuh terhadap rakyatnya sendiri.

Dalam wawancara dengan BBC kemarin, Menteri Luar Negeri AS William Hague menyerukan tekanan internasional lebih keras terhadap Suriah. “Kami ingin melihat sanksi-sanksi tambahan. Kami ingin melihat tekanan internasional lebih kuat. Tentu saja, untuk efektif, itu tidak hanya tekanan dari bangsa-bangsa Barat, itu termasuk dari negara-negara Arab, termasuk dari Turki,” katanya. Menurut Hague, aksi militer asing terhadap Suriah, dengan otoritas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bukan sesuatu yang mustahil.

Menteri-menteri dari Prancis dan Jerman juga mengecam kekerasan yang dilakukan rezim Suriah. Jerman yang saat ini anggota Dewan Keamanan PBB, mendesak digelar diskusi darurat di New York kemarin.

Rami Abdel Rahman, kepala Pengawas Hak Asasi Manusia Suriah menyatakan, “Ini merupakan salah satu hari-hari paling berdarah sejak protes meletus.”

Militer Suriah telah ditarik keluar Hama sebulan silam, dan masih berada di pinggiran kota tersebut sehingga menjadikan wilayah itu seperti dikepung. Tank-tank dan pasukan Suriah kembali masuk Hama pada Minggu fajar (31/7). Menurut saksi mata, militer Suriah menyerang warga sipil dengan senjata mesin dan meriam.

Sejumlah rumah sakit langsung dibanjiri korban tewas dan terluka. Warga lokal menyatakan, mereka mendapatkan permintaan untuk donor darah. Aktivis dan warga menyatakan, lebih dari 100 orang tewas saat tank-tank menyerbu Hama.

Sedangkan di wilayah lain Suriah, laporan mengatakan, sekitar 30 orang tewas pada Minggu (31/7) saat kekacauan meluas. Pasukan keamanan melumpuhkan demonstran di dua wilayah pinggiran Damaskus. Dilaporkan terjadi penangkapan massal dan penembakan di kota Hirak dan timur ibu kota provinsi Deir al-Zour. Pemerintah menyatakan, lima tentara, termasuk seorang kolonel, tewas dalam bentrok melawan demonstran di penjuru negeri.

Unjuk rasa di Suriah terjadi sejak pertengahan Maret karena terinspirasi revolusi di Mesir dan Tunisia. Meskipun Assad telah menawarkan kompensasi dan reformasi, pemerintah juga menggelar operasi melumpuhkan demonstran. Aktivis menyatakan, lebih dari 1.500 warga sipil dan 350 personil keamanan tewas sejak Maret.

Lebih dari 12.600 orang juga ditahan dan 3.000 orang lainnya dilaporkan hilang. Banyak demonstran berubah menjadi lebih radikal saat menghadapi represi pemerintah. Pengunjuk rasa tetap mendesak Presiden Assad mundur.

Pemerintah Suriah berulang kali menuduh kekuatan asing mendukung geng-geng penjahat bersenjata untuk menyulut kerusuhan. Dalam pernyataan di kantor berita Sana, pemerintah Suriah menyatakan, kelompok bersenjata membakar kantor polisi, merusak properti publik dan swasta, memasang penghalang jalan dan barikade, serta membakar roda di pintu masuk Hama.

“Unit-unit militer memindahkan barikade dan penghalang jalan yang dipasang kelompok bersenjata di jalan masuk kota,” papar pernyataan pemerintah Suriah. Sebagian besar wartawan asing dilarang masuk ke Suriah sehingga sulit memverifikasi laporan yang ada. (syarifudin)