Pages

Labels

Dunia Waspadai Provokasi Baru Korut

Kegagalan peluncuran roket Korea Utara (Korut) sangat memalukan. Namun, kegagalan itu tampaknya justru mendorong pemimpin muda Kim Jongun segera melakukan tes nuklir ketiga atau provokasi lainnya.

Roket Korut meledak 90 detik setelah peluncuran. Hal itu sangat mencoreng muka rezim Pyongyang. Negeri komunis itu pun menyia-nyiakan dana sekitar satu miliar dolar untuk membangun roket tersebut pada saat jutaan rakyatnya kelaparan. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengecam Korut atas peluncuran roket pada Jumat (13/4) itu.DK PBB menyatakan Pyongyang melanggar dua resolusi sebelumnya.

Amerika Serikat (AS) juga menegaskan tidak akan melaksanakan janjinya menyediakan 240.000 metrik ton bantuan pangan untuk negara tersebut. Presiden AS Barack Obama membela keputusannya membatalkan bantuan kemanusiaan ke Korut yang mengalami krisis pangan. Pemerintahannya memang belum pernah mengirimkan bantuan apa pun ke negara tersebut.

“Mereka melakukan semua investasi, puluhan juta dolar,untuk roket yang tidak dapat berfungsi saat rakyat mereka kelaparan. Kita akan bekerja sama dengan komunitas internasional untuk lebih mengisolasi Korut,” papar Obama pada jaringan TV berbahasa Spanyol,Telemundo. “Sebelumnya setiap peluang bagi kami untuk menyediakan mereka bantuan pangan, seiring kesediaan mereka mematuhi aturan dan norma internasional. Jadi kami akan terus menekan mereka dan mereka akan terus mengisolasi diri hingga mereka menempuh jalur berbeda,” kata Obama,dikutip AFP.

Deputi Penasihat Keamanan Nasional AS Ben Rhodes menyatakan, pemerintahannya sangat khawatir dengan sejumlah indikasi bahwa Korut berencana melakukan tes nuklir di bawah tanah.Tindakan itu serupa saat Pyongyang gagal meluncurkan roket pada 2006 dan 2009. Beberapa pakar mengatakan, citra satelit di Punggye-ri, bagian timur laut Korut, menunjukkan terowongan yang dalam dan persiapan lain yang diduga untuk tes nuklir ketiga.

Punggye-ri merupakan lokasi uji coba nuklir pertama dan kedua. Saat ini Korut diduga memiliki program pengayaan uranium. “Uji coba nuklir bulan depan tampaknya dapat dipastikan,” tutur Marcus Noland, pakar Korut di Peter G Peterson Institute for International Economics, Washington. Menurut Noland,Pemerintah Pyongyang mengalami penghinaan yang luar biasa atas kegagalan meluncurkan roket untuk merayakan seabad ulang tahun pendiri Korut Kim Il Sung.

Noland menduga rezim Korut akan mencoba meraih kembali kredibilitasnya di dalam dan luar negeri dengan menguji coba nuklir. Beberapa pengamat memperingatkan bahwa kegagalan yang memalukan itu akan semakin membuat rezim Korut gelap mata dan melakukan provokasi lebih berani. “Sulit untuk mengetahui apakah reaksi internasional akan membuat mereka seperti harus segera melakukan tes nuklir yang telah mereka persiapkan. Jika itu yang terjadi,sangat sulit untuk membuat kemajuan dalam beberapa tahun,” ungkap David Wright, pakar kontrol persenjataan di Union of Concerned Scientists, kelompok riset nonprofit.

Pejabat intelijen AS yakin Korut telah membangun paling banyak delapan bom nuklir berbasis plutonium.Pada 2010 rezim mengumumkan satu fasilitas pengayaan uranium di Yongbyon.Secara teori fasilitas itu dapat memproduksi bahan baku senjata nuklir untuk persenjataan lebih besar. Korut melakukan tes nuklir pertama pada 2006, tapi hanya sukses sebagian.Tes nuklir kedua pada 2009 diklaim mengalami kesuksesan lebih besar.

Rezim menguji rudal jarak jauh pada 1998,2006,dan 2009. Semua rudal itu meledak selama penerbangan meskipun yang terakhir telah terbang 2.500 mil sebelum meledak. Pejabat intelijen AS pada masa lalu memprediksi rudal Korut dapat mengancam benua Negeri Paman Sam pada 2015. Kegagalan peluncuran roket pada Jumat (13/4) itu tampaknya mengubah prediksi awal.

“Rudal Unha-3 yang diluncurkan pada Jumat (13/4) memiliki tahap tiga yang lebih besar dibandingkan versi sebelumnya yang gagal. Rudal ini meledak 90 detik setelah lepas landas kemudian pecah menjadi beberapa bagian yang jatuh ke laut,”ungkap pejabat AS. Korut bersikeras bahwa roket itu membawa satelit cuaca sipil di orbit. Namun, AS, Jepang, dan Korea Selatan (Korsel) menuduh roket itu memiliki tujuan militer dan jika berhasil, dapat digunakan untuk membawa hulu ledak nuklir.

“Korut sukses meluncurkan rudal Scud jarak pendek dan rudal Nodong.Tapi,kesuksesan peluncuran rudal jarak jauh masih belum menghampiri mereka,”kata Bruce Klingner, mantan pengamat CIA yang sekarang bekerja di Heritage Foundation, lembaga think tank Washington. Setelah kegagalan peluncuran roket pada 2009,Korut menyatakan kepada rakyat bahwa roketituberhasilmenempatkan satu satelit kecil di orbit dan telah menyiarkan lagu-lagu patriotik.

Saat itu rezim sangat mengontrol ketat media. Kali ini rezim mengundang para wartawan internasional ke Korut demi membantu memublikasikan peluncuran pada Jumat (13/4). Saat roket itu terbukti gagal,media pemerintah mengumumkan secara terbuka kegagalan tersebut.“Bagi saya,ini mencerminkan bahwa mereka tidak memiliki kepercayaan bahwa mereka dapat menyembunyikan rahasia besar lagi,” papar Victor Cha, mantan direktur urusan Asia di pemerintahan Presiden AS George W Bush.

Kantor berita Korsel, Yonhap, melaporkan roket yang gagal itu menghabiskan dana USD850 juta. Sedangkan muatan roket itu saja bernilai USD450 juta. Ada beberapa pengamat yang memperdebatkan proses pembuatan keputusan di Korut.

Beberapa pengamat mempertanyakan apakah kegagalan peluncuran roket ini akan merusak otoritas Kim Jong Un yang menggantikan ayahnya, Kim Jong Il,pada Desember silam. “Siapa yang sebenarnya memerintahkan tes rudal ini? Apakah Kim Jong Un mengikuti buku panduan ayahnya? Atau apakah ini contoh awal bahwa militer bertindak atas kemauan sendiri,” ungkap John Park, pakar Korea di Institute for Peace yang didanai Kongres AS.

Propaganda Berlanjut

Meskipun kegagalan peluncuran roket itu baru beberapa jam terjadi,Korut melanjutkan propaganda mereka untuk memuji pemerintahan keluarga Kim Jong Un dilantik sebagai ketua baru Komisi Pertahanan Nasional yang sangat berkuasa. Ini merupakan jabatan puncak di militer dan partai berkuasa untuk Jong Un. Dalam upacara besar-besaran yang digelar Jumat (13/4), Kim Jong Un dan pejabat senior lainnya menyaksikan pembukaan patung baru Kim Jong Il yang sangat megah.Patung baru itu berdiri di samping patung Kim Il Sung yang ukurannya sama besar.

Kemarin Jong Un mempromosikan puluhan jenderal untuk memperingati satu abad kelahiran kakeknya. Petinggi militer, Choe Ryong Hae, juga dipilih sebagai anggota Komisi Pertahanan Nasional dalam perombakan terbaru untuk menguatkan kekuasaan Jong Un. Kegagalan peluncuran Korut tampaknya memang tidak melunturkan kesetiaan rakyat mereka pada rezim militer tersebut. Di pusat ibu kota Pyongyang, mahasiswa bernama Kim Kwang Jin menyatakan optimistis meskipun roket itu gagal.

“Saya tidak terlalu kecewa. Selalu ada peluang gagal. Bangsa-bangsa lain, termasuk China dan Rusia, mengalami kegagalan saat membangun program antariksa mereka jadi mengapa kami tidak boleh gagal? Saya harap pada masa depan kita dapat membangun satelit yang lebih baik,”katanya.

Kegagalan peluncuran roket itu memang menunjukkan Korut belum menguasai teknologi yang diperlukan untuk membangun rudal jarak jauh yang dapat mengancam AS. Meski demikian,kekhawatiran masih tersisa untuk program nuklir Korut karena muncul berbagai dugaan bahwa negara komunis itu segera menguji coba nuklir. syarifudin