Pages

Labels

Sarkozy dan Hollande Bersaing Ketat

PARIS – Prancis kemarin menggelar pemilu presiden putaran pertama. Nicolas Sarkozy bersaing ketat dengan lawan utamanya, Francois Hollande. 


Tempat pemungutan suara (TPS) dibuka pukul 8 pagi hingga 6 sore. Namun di sejumlah kota besar,TPS ditutup pada pukul 8 sore.Lebih dari 44 juta pemilih terdaftar, namun diperkirakan 25% dari jumlah tersebut akan bersikap abstain. Lemahnya kondisi ekonomi di Prancis dapat membuat Sarkozy kalah dalam pemilu presiden kali ini.

Meski pada pemilu putaran pertama Sarkozy dapat bertahan,jika pemilu putaran kedua dia kalah, Sarkozy akan menjadi presiden pertama yang gagal terpilih lagi dalam 30 tahun terakhir. Sarkozy dan Hollande diperkirakan dapat lolos pemilu putaran pertama dan bertarung lagi pada putaran kedua 6 Mei. Hasil survei menunjukkan Hollande memimpin perolehan suara pada putaran pertama dengan 28% suara, dan Sarkozy meraih 26,4%.

Perolehan ini membuat keduanya diperkirakan maju lagi pada putaran kedua. Hollande, 57, menjanjikan pemotongan anggaran yang tidak terlalu drastis.Dia juga menyerukan pajak yang lebih tinggi pada kalangan kaya untuk mendanai upaya pemerintah menciptakan lapangan pekerjaan. Dia mendukung peningkatan pajak penghasilan tinggi hingga 75% bagi warga berpendapatan di atas USD1,32 juta.

Jika Hollande berhasil mengalahkan Sarkozy, dia akan menjadi presiden sayap kiri pertama di Prancis sejak Francois Mitterand yang mengalahkan incumbentValery Giscardd’Estaing pada 1981. Sarkozy,57,menyatakan dia telah menciptakan fondasi untuk menghadapi krisis ekonomi di masa depan. Namun, banyak pemilih dari kalangan pekerja dan pemuda yang menagih janji Sarkozy pada 2007 untuk pemulihan ekonomi.

Apalagi, saat ini tingkat pengangguran mencapai level tertinggi dalam 12 tahun terakhir. Banyak warga Prancis menyatakan tidak suka pada Sarkozy, yang menjadi semakin terkenal setelah pernikahannya dengan supermodel Carla Bruni pada awal masa jabatannya. Ditambah lagi Sarkozy yang kadang bersikap kasar di depan publik dan kedekatannya dengan kalangan eksekutif kaya.

”Kami akan menggeser Sarkozy. Rakyat hanya menginginkan pekerjaan,” tutur Marc Boitel, pemain terompet yang ikut berunjuk rasa menjelang pemungutan suara, kepada kantor berita Reuters. Boitel mengaku memilih sayap kiri radikal Jean-Luc Melenchon yang menyerukan revolusi antikapitalis pada putaran kedua.Dia akan memilih Hollande pada putaran kedua.

Meski mendapat tantangan berat, Sarkozy merupakan pengampanye yang lebih hebat dibandingkan Hollande. Sarkozy sempat ketinggalan dalam jajak pendapat bulan lalu. Namun, dia kembali menguatkan pengaruhnya dan meninggalkan Hollande sebanyak 10 poin atau lebih dalam survei pemilu putaran kedua. Jajak pendapat menyatakan Hollande meraih dukungan 28% pada putaran pertama, dan Sarkozy 27%.

Pemimpin sayap kanan Marine Le Pen jauh di urutan ketiga dengan 16% suara.Marine Le Pen selama kampanye menyerukan pembatasan imigrasi dan membawa Prancis keluar dari zona euro. Melenchon yang berjanji mengakhiri kekuatan pasar dalam ekonomi nasional membuatnya menjadi bintang pemilu.Dia menempati urutan keempat dengan 14% suara. Adapun sayap tengah Francois Bayrou di posisi kelima dengan 10% suara.

Media massa Prancis membanggakan tradisi demokrasi republik di negara tersebut. Media menulis seruan bagi para pemilih untuk memberikan suara.”Menuju TPS!”tulis surat kabar Ouest de France dan Voix du Nord. ”Akhirnya, kita bisa memilih!” tulis harian L’Alsace. Pemilu presiden putaran pertama ini diikuti sepuluh kandidat. Kampanye telah dilakukan beberapa bulan sebelum pemilu digelar kemarin.

Survei dan kampanye dilarang sejak dini hari pada Jumat (20/4) dan akan dimulai lagi pada hari ini untuk membangun dukungan pemilu pada pemilu putaran kedua 6 Mei. Hollande diperkirakan menang pada pemilu putaran kedua dengan meraih 55% suara, dan Sarkozy hanya 45% suara. Namun, berbagai prediksi itu masih dapat berubah karena keduanya masih melancarkan kampanye setelah pemilu putaran pertama.

Mereka juga akan berhadapan dalam debat televisi yang akan menjadi peluang akhir bagi Sarkozy untuk mengubah keberuntungannya. Hollande menuding Sarkozy telah membawa Prancis dalam spiral kekerasan dan hilangnya lapangan kerja. Sebaliknya, Sarkozy menganggap Hollande tidak berpengalaman, tidak bertekad kuat, dan akan menciptakan kepanikan pasar finansial dengan janji anggaran yang sembrono. syarifudin