Pages

Labels

Pentagon Buka Lomba Robot Penanganan Bencana

WASHINGTON – Pentagon membuka kompetisi terbuka untuk mengembangkan robotrobot generasi baru yang mampu menyelamatkan nyawa manusia di zona bencana. Kompetisi itu digelar laboratorium riset canggih Pentagon, Darpa. 


”Kami menginginkan robot dengan kemampuan menggunakan peralatan manusia, mulai peralatan tangan hingga kendaraan,” papar pernyataan Darpa, dikutip BBC. Pentagon berencana menggelar sejumlah tantangan fisik untuk respons darurat. Uang sebesar USD2 juta ditawarkan bagi tim yang memiliki teknologi terbaik.

Kompetisi ini dimulai pada Oktober. Darpa berharap sejumlah perancang software, pengembang video game,dan pakar lain dari berbagai bidang selain robotic, dapat ikut berkompetisi untuk meningkatkan keragaman dalam solusi-solusi inovatif. Saat ini robot-robot telah dikerahkan ke berbagai zona bahaya.

Setelah krisis di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima pada 2011, otoritas Jepang menggunakan kendaraan tanpa awak dan robot-robot yang dikembangkan perusahaan Inggris, Qintetiq, untuk memindahkan puing dan mengukur level radiasi nuklir.Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) juga menggunakan robot-robot di Irak dan Afghanistan untuk membersihkan gedung-gedung dari bahan peledak.

Meski perkembangan robot telah sedemikian maju, Darpa menyatakan masih perlu dilakukan lebih banyak hal untuk membuat mesin-mesin yang mampu berinteraksi dengan manusia secara lebih alami. ”Tantangan ini untuk menguji kemampuan robot dalam melakukan penilaian dan pembuatan keputusan,melakukan mobilisasi, ketangkasan, kekuatan, dan ketangguhan di lingkungan yang didesain untuk manusia, tapi menurun standarnya akibat bencana,” tutur manajer program Darpa, Gill Pratt.

Menurut Pratt, kemampuan beradaptasi sangat penting karena tidak ada yang tahu di mana bencana selanjutnya akan terjadi. Jeremy Wyatt, peneliti di unit robotic University of Birmingham, menyatakan upaya ini harus fokus dengan membuat mesin-mesin yang tidak tergantung pada operator manusia. ”Robot-robot yang dioperasikan manusia telah digunakan sejak bencana di World Trade Center (WTC), tapi bukan robot yang sepenuhnya dapat bergerak sendiri di lokasi bencana sesungguhnya,” paparnya.

”Robot yang mampu bergerak sendiri terus dikembangkan, tapi sering kali lebih mudah dan lebih dapat digunakan jika dioperasikan manusia dari jarak jauh. Masalah robot yang dapat bergerak sendiri itu terkait keamanan dan kelayakannya,” ungkap Wyatt. Wyatt berharap dapat melihat penggunaan robot-robot yang bergerak secara otonom untuk pemetaan dan pengkajian di wilayah bencana pada dekade ke depan.

Tantangan yang pernah diumumkan Darpa sebelumnya ialah sebuah mobil yang dapat bergerak tanpa sopir sepanjang 241 kilometer di gurun. ”Perlombaan ini mendorong pengembangan di bidang itu,” kata Noel Sharkey, professor robotic dan intelektual buatan di University of Sheffield. Namun, dia juga mengkhawatirkan perlombaan terbaru Darpa kali ini.”Saya yakin ada perkembangan positif dari ini.

Tapi saat kita melihat kompetisi itu lebih dekat,dan fakta bahwa Darpa mendanai tantangan itu, kita perlu lebih realistis tentang niat mereka sebenarnya,”ujarnya. ”Ini bagian dari mesin perang AS yang bertujuan mengembangkan robot-robot untuk medan perang. Saat di sana mungkin ada penerapan yang sangat bagus bagi kepentingan sipil, mesin-mesin itu mendorong kita mengembangkan industrialisasi mesin perang otomatis,” papar Sharkey. syarifudin