Pages

Labels

Barat Anggap Tidak Mungkin Khadafi Tetap Berkuasa

TRIPOLI- Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat (AS) menganggap masa depan Libya dengan tetap dipimpin Muammar Khadafi merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Pernyataan itu muncul kemarin, saat Khadafi berkeliling jalanan ibu kota Tripoli secara terang-terangan.

Kekuatan Barat tetap berupaya bersatu dalam kampanye udara yang dipimpin NATO, meski hingga saat ini gagal menggulingkan Khadafi. Di tengah kecaman terhadap Barat, Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron, Presiden Prancis Nicolas Sarkozy dan Presiden AS Barack Obama menulis artikel bersama yang menyatakan tidak mungkin Libya di masa depan tetap dipimpin Khadafi.

“Tidak mungkin, seseorangyang mencoba membunuh rakyatnya sendiri dapat memainkan peran dalam masa depan pemerintahan mereka,” tulis sebuah artikel yang terbit di harian London Times, The Washington Post dan Le Figaro, kemarin.

Menanggapi artikel itu, putri Khadafi, Aisha menegaskan, desakan agar ayahnya mundur merupakan penghinaan terhadap seluruh rakyat Libya. “Membicarakan pengunduran Khadafi merupakan penghinaan bagi seluruh rakyat Libya,” tegasnya di kediaman ayahnya di Tripoli.

Khadafi pagi kemarin melakukan tur keliling jalanan Tripoli di atas sebua mobil dengan kap terbuka. Dia melambaikan tangan dan disambut orang-orang yang melihatnya di jalanan. “Tuhan, Libya, Muammar, dan bukan yang lain,” teriak pendukungnya, saat ledakan keras menerjang wilayah dekat Bab al-Aziziya, kediaman Khadafi dan basis bagi sebagian wartawan asing di ibu kota.

NATO awalnya menyangkal pihaknya mengebom lagi Tripoli. Tapi juru bicara NATO mengakui bahwa seranagn itu menargetkan wilayah luar ibu kota. “Laporan misi terbaru dari pilot-pilot yang kembali dari Libya menyatakan ada dua serangan tambahan yang dilakukan di target-target terdekat kota Tripoli,” ujar pejabat NATO secara anonim, seperti dikutip kantor berita AFP.

Ketegangan kembali terasa di NATO saat Washington menolak permintaan Prancis untuk bantuan lebih banyak dengan dalih resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membenarkan semua cara untuk melindungi rakyat sipil.

Menteri Luar Negeri (menlu) Prancis Alain Juppe membuat permintaan personal pada Menlu AS Hillary Clinton agar Washington kembali melakukan serangan udara besar-besaran di Libya. Namun Juppe mengatakan bahwa permintaannya ditolak. “Saya katakan paadnya kami membutuhkan mereka lagi, kami ingin mereka kembali,” tutur Juppe yang mengutip pernyataan Hillary bahwa pesawat-pesawat AS akan terus terbang berdasarkan misi-misi tertentu.

Dengan adanya 100.000 pasukan AS dalam perang di Afghanistan, Washington menarik sekitar 50 pesawat tempur dari berbagai operasi di Libya pekan lalu, setelah menyerahkan kontrol misi pada NATO. Sejak saat itu, AS berpartisipasi dalam beberapa misi untuk menghancurkan pertahanan udara Khadafi.

Pejabat senior AS menjelaskan, Paman Sam melakukan seperempat dari seluruh misi dan menganggap tidak perlu lagi melakukan lebih banyak di fron militer. “Kami telah katakan kami ingin melihat NATO bangkit dan kami tentu melakukan paling tidak bagian kami secara adil,” ujarnya.

Di sebuah konferensi internasional yang dituanrumahi Liga Arab di Kairo, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menyerukan solusi politik dan gencatan senjata segera. Sedangakn kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton mendesak Khadafi segera mundur.

Sebuah deklarasi NATO menyatakan, mereka mendesak keras Khadafi untuk melepas kekuasaan. Tapi perbedaan sikap di NATO masih ada, terutama terkait serangan udara terhadap pasukan Khadafi yang dapat membahayakan nyawa warga sipil Libya.

Sementara kemarin pasukan Khadafi melakukan serangan ke kota Misrata dengan menembakkan puluhan rudal Grad dan misil dari tank. “Serangan itu menewaskan sedikitnya 13 orang dan melukai 50 orang lainnya,” kata juru bicara pemberontak.

Kota persimpangan jalan utama Ajdabiya yang berada di garis depan antara wilayah timur yang dikuasai pemberontak dan wilayah barat yang dikuasai pemerintah Libya, kembali dikontrol pasukan Khadafi selama sepekan. “Daerah itu tampak tenang kemarin, meski ada sekitar 30 mobil pemberontak di bagian barat,” papar seorang wartawan AFP.
(syarifudin)