Pages

Labels

Jepang Deklarasikan Zona Larangan Masuk

TOKYO- Pemerintah Jepang kemarin melarang semua orang berada dalam radius 20 kilometer dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi. Pelarangan itu memberikan kekuatan hukum yang lebih besar terhadap aturan zona pengeluaran yang ada sebelumnya.

Kebijakan itu muncul setelah polisi menemukan lebih dari 60 keluarga masih menghuni daerah terlarang dan warga kembali ke rumah-rumah yang ditinggalkan untuk mengumpulkan barang-barangnya.

Perdana Menteri (PM) Jepang Naoto Kan mengumumkan, zona larangan masuk itu mulai berlaku sejak dinihari kemarin, dalam kunjungan ke tempat ribuan orang kini berada di pengungsian di wilayah Fukushima. Krisis nuklir di Jepang tampaknya akan berlangsung lama setelah pemerintah menetapkan level darurat ketujuh, setara dengan insiden nuklir di Chernobyl 25 tahun silam.

Kan meminta warga memahami keputusan pemerintah tersebut. “Kami telah melakukan yang terbaik agar mereka dapat kembali ke kota kediaman dan kembali tinggal di sana. Dan kami akan melakukan berbagai upaya lain untuk merealisasikannya,” tuturnya, saat dia terbang menggunakan helikopter militer dan bertemu Gubernur Fukushima Yuhei Sato, sebelum mengunjungi tempat pengungsian warga.

“PLTN tidak stabil. Kami telah meminta warga untuk tidak masuk wilayah yang sangat beresiko bagi keamanan mereka,” tutur tangan kanan Kan sekaligus juru bicara pemerintah Jepang Yukio Edano dalam konferensi pers di Tokyo, kemarin, seperti dikutip kantor berita AFP.

Larangan itu diperkuat dengan sanksi berupa penahanan atau denda sebesar USD1.200. Setiap keluarga dalam radius 20 kilometer zona larangan masuk, diijinkan pergi ke rumah mereka untuk mengambil keperluan pribadi, tapi hanya selama dua jam dan harus mengenakan pakaian pelindung radioaktif serta alat pengukur radiasi, dosimeter.

Sejumlah perjalanan menuju rumah-rumah itu dilakukan menggunakan bus dan akan dimulai dalam beberapa hari kedepan, selama satu hingga dua bulan. Tapi perjalanan tetap dilarang untuk wilayah dalam radius tiga kilometer dari PLTN Fukushima, tempat resiko radiasi terlalu tinggi.

“Mereka disarankan untuk mengambil barang milik mereka secara minimal,” papar kepala sekretaris kabinet Edano yang menambahkan, seluruh pengunjung yang masuk zona larangan akan dipindai setelah kembali untuk mengetahui paparan radiasi.

Ada sekitar 27.000 keluarga yang tinggal dalam radius 20 kilometer dari PLTN Fukushima yang terpaksa mengungsi. Mereka tampaknya akan tetap berada di pengungsian selama beberapa waktu mendatang. Apalagi operator PLTN Fukushima, Tokyo Electric Power Company (TEPCO) menyatakan bahwa mereka memperkirakan dapat menormalkan keenam reaktor nuklir dalam waktu enam hingga sembilan bulan.

Gubernur Fukushima Yuhei Sato menyatakan dia meminta TEPCO serta pemerintah untuk membayar biaya kompensasi, termasuk kerusakan yang diakibatkan berbagai rumor, sehingga pengungsi dapat kembali ke rumah mereka.

Banyak pengungsi yang menyatakan frustrasi. “Kami semua khawatir karena kami tidak tahu seberapa lama ini akan berlangsung. Saya ingin pemerintah menjelaskan kapan ini akan berakhir,” ujar seorang wanita di tempat pengungsian, pada NHK.

Seorang pria dari Narahamachi mengatakan, “Saya ingin kembali. Saya memerlukan bahan-bahan studi saya. Saya bermain baseball, sehingga saya ingin membawa peralatan baseball saya.”

TEPCO menjelaskan, sebanyak 520 ton air yang bocor ke laut dari rekatan di sebuah kolam penampungan di PLTN telah mencapai sekitar 4.700 terabecquerel, atau 20.000 kali di atas ambang batas tahunan legal PLTN.

Kelompok lingkungan Greenpeace mengumumkan telah mengirim kapal berbendera Rainbow Warrior dari Taiwan ke Jepang untuk menguji air laut dan kehidupan laut dekat PLTN.

Saat tsunami menerjang, empat PLTN dekat pantai terkena dampaknya. Pemerintah juga mendeklarasikan zona evakuasi 10 kilometer di sekitar PLTN Fukushima Daiichi (No. 1), dan PLTN Fukushima Daini (No. 2).

Karena Daini sudah stabil saat ini, pemerintah mengurangi zona evakuasi menjadi radius delapan kilometer pada Kamis (21/4). “Resiko yang terjadi di sana sudah berkurang,” kata Edano. (syarifudin)