Pages

Labels

Seif Yakin Rezim Libya Bertahan

MISRATA- Putra pemimpin Libya Muammar Khadafi, Seif al-Islam yakin pemberontakan akan gagal dan pemerintah dapat bertahan.

Sikap Seif itu diungkapkan kemarin, saat pemberontak meminta Inggris dan Prancis agar mengirimkan pasukan untuk melawan tentara Khadafi. Prancis sejauh ini hanya mengirimkan tim penasehat militer ke basis pemberontak Dewan Nasional Transisional (TNC) di Benghazi, Libya.

“Saya sangat optimistis dan kami akan menang. Situasi berubah setiap hari yang menguntungkan kami,” tegas Seif di televisi Allibya tanpa memberi rincian lebih banyak, seperti dikutip kantor berita AFP.

Seif berjanji rezim ayahnya tidak akan membalas dendam pada pemberontak yang memerangi pemerintahan untuk menggulingkan Khadafi. Tapi Seif memperingatkan, “Penggunaan persenjataan dan pasukan hanya akan bertemu pasukan, dan mereka yang melintasi empat garis merah yang ditetapkan pada 2007 (Khadafi, Islam, keamanan negara dan persatuan nasional) akan menanggung konsekuensinya.”

Seorang anggota oposisi TNC Nuri Abdullah Abdullati dari Misrata menyatakan, mereka meminta pengiriman pasukan asing berdasarkan prinsip-prinsip kemanusiaan. Ini merupakan permintaan pertama pemberontak agar koalisi barat mengirimkan pasukan darat.

“Kami sebelumnya tidak menerima ada tentara asing mana pun di negara kami, tapi sekarang, saat kami menghadapi Khadafi, kami meminta berdasarkan prinsip-prinsip Islam dan kemanusiaan agar seseorang datang dan menghentikan pembunuhan,” papar Abdullati.

Permintaannya itu diungkapkan saat pasukan Khadafi dan pemberontak bertempur sengit di Misrata bagian tenggara. Pertempuran sempat terhenti sebentar saat pesawat-pesawat tempur NATO terbang di atas wilayah itu, tapi baku tembak kembali terjadi setelah pesawat-pesawat itu berlalu.

Pemberontak di Misrata telah dikepung pasukan Khadafi selama lebih dari sebulan dan tampaknya ratusan orang tewas dalam konflik tersebut. Pemberontak Misrata juga tidak memiliki kontak langsung dengan pasukan koalisi. “Permintaan ini telah dikirimkan pekan lalu pada TNC di Benghazi, tapi hingga kini belum ada jawaban,” ujar Abdullati.

Menteri Luar Negeri (menlu) Inggris William Hague mengatakan, London akan mengirim 12 penasehat militer ke Benghazi, Libya bagian timur. Tapi mereka tidak akan terlibat dalam pelatihan, mempersenjatai pemberontak, atau pun membantu dalam merencanakan berbagai operasi bersenjata.

“Mereka bukan pasukan darat, ini bukan pasukan tempur Inggris yang pergi ke sana. Di sana bukan invasi darat ke Libya,” kata Hague pada televisi BBC yang menjelaskan, penasehat militer Inggris akan membantu pemberontak membangun struktur organisasi, komunikasi, logistik, dan mengkoordinir bantuan kemanusiaan serta suplai medis.

Sedangkan Prancis kemarin menyatakan telah mengirimkan penasehat militer untuk TNC di Benghazi. “Prancis telah menempatkan sejumlah kecil pejabat penghubung bersama utusan khusus kami ke Benghazi yang melakukan misi penghubung dengan TNC,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri (kemlu) Prancis Christine Fage.

“Tujuan pastinya ialah memberikan nasehat pengelolaan, logistik, dan teknis, untuk menguatkan perlindungan sipil dan memperbaiki distribusi bantuan medis dan kemanusiaan,” papar Fage.

Barat tetap menolak tuduhan bahwa mereka bersiap memecahkan tabu untuk menempatkan pasukan asing ke Libya. “Kurang dari 10 pejabat terlibat. Kami tidak menempatkan pasukan di darat, dalam bentuk apa pun,” ujar juru bicara pemerintah Prancis Francois Baroin kemarin.

Baroin menjelaskan, Prancis tidak menginginkan langkah baru Dewan Keamanan PBB yang akan memberi mandat lebih luas bagi aliansi barat untuk intervensi di Libya. “Kami tidak mengambil inisiatif untuk meminta resolusi baru Dewan Keamanan. Posisi Prancis stabil dan tidak berubah dalam masalah penerapan Resolusi 1973,” katanya.

Menlu Libya Abdelati Laabidi menganggap tindakan asing mengirimkan penasehat militer akan merusak peluang perdamaian di negara itu dan memperpanjang pertempuran. “Kami pikir kehadiran militer mana pun merupakan langkah mundur dan kami pastikan, jika pengeboman ini dihentikan dan ada gencatan senjata nyata, kita dapat melakukan dialog antar semua rakyat Libya tentang apa yang mereka inginkan, demokrasi, reformasi politik, konstitusi, pemilu. Ini tidak dapat dilakukan dengan apa yang terjadi sekarang,” tegasnya.

Laabidi menambahkan, jika pengeboman NATO dihentikan, setelah enam bulan dapat digelar pemilu di Libya dengan pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa. “Pemilu akan mencakup apa pun isu yang diungkapkan rakyat Libya dan semua dapat dibicarakan, termasuk masa depan Khadafi sebagai pemimpin,” paparnya. (syarifudin)