Pages

Labels

TEPCO Segera Bayar Kompensasi Awal

TOKYO- Operator pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi, Tokyo Electric Power (TEPCO), kemarin menjanjikan kompensasi awal sebesar USD12.000 pada tiap keluarga yang tinggal dekat fasilitas itu.

Puluhan ribu orang tinggal di radius 20 kilometer sekitar PLTN. Kini mereka harus mengungsi karena kebocoran radiasi nuklir. Sedangkan warga dalam radius 30 kilometer awalnya hanya diminta tetap tinggal di dalam rumah, tapi kemudian didorong untuk mengungsi.

“Kami telah memutuskan menawarkan pembayaran sebagai kompensasi awal sehingga kami dapat menyediakan sebanyak mungkin dukungan. Kami akan membayar tahap awal bagi setiap keluarga yang tinggal di wilayah yang mereka diperintahkan mengungsi atau tetap tinggal di dalam rumah,” papar Presiden TEPCO Masataka Shimizu dalam konferensi pers kemarin, seperti dikutip kantor berita AFP.

Menurut Shimizu, TEPCO berencana segera membayar kompensasi awal itu setelah semua prosedur diselesaikan.

Pemerintah Jepang berecana membentuk satu dana asuransi dengan dukungan pemerintah, untuk mengucurkan dana ke TEPCO dan membayar kompensasi akibat bencana di PLTN Fukushima.

Untuk menyelamatkan TEPCO dari kebangkrutan, rencana itu akan membebankan biaya kompensasi ke pundak pemerintah Jepang, kemudian TEPCO akan membayar lagi hutang tersebut selama beberapa tahun melalui dividen khusus. “Intinya ialah TEPCO terlalu besar untuk bangkrut,” ujar Jason Rogers, pengamat kredit di Barclays Capital, Singapura.

TEPCO yang menjadi salah satu suplaier listrik terbesar di Jepang, memiliki USD91 miliar utang sebelum krisis nuklir Maret, dan sejak itu mendapat pinjaman bank USD24 miliar. JP Morgan memperkirakan, TEPCO dapat menghadapi beban kompensasi sebesar USD24 miliar yang dimulai pada bulan ini. Sedangkan Bank of America-Merrill Lynch memperkirakan, tagihan kompensasi dapat mencapai USD130 miliar jika krisis terus berlanjut.

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yukio Edano menjelaskan, pembayaran sebesar USD12.000 akan diberikan bagi semua keluarga yang tinggal dalam radius 30 kilometer dari PLTN Fukushima. Ada lebih dari 200.000 orang yang tinggal dalam radius tersebut. TEPCO memperkirakan ada sekitar 50.000 keluarga yang layak menerima pembayaran awal kompensasi.

“Pemerintah ingin memulai pembayaran pada beberapa korban sebelum hari libur nasinal Pekan Emas yang dimulai Jumat (29/4),” ujar Edano, seperti dikutip kantor berita Reuters.

Ekonomi Jepang terpuruk akibat gempa bumi, tsunami, dan krisis nuklir. “Tapi Jepang tidak boleh memiliki masalah pendanaan rekonstruksi,” papar Gubernur Bank Sentral Jepang (BoJ) Masaaki Shirakawa saat berpidato di Dewan Hubungan Asing (CFR) di New York.

Shirakawa memaparkan masalah-masalah rantai suplai ekonomi, energi, pariwisata, dan sektor-sektor penting lainnya. Tapi dia menyatakan, sistem keuangan dapat mengatasinya.
“Sepanjang Jepang terus bekerja tanpa lelah untuk membangun kembali, masalah-masalah pendanaan tidak akan ada,” tuturnya.

Menurut Shirakawa, tiga macam bencana itu menerjang saat ekonomi Jepang beranjak menguat. “Gangguan yang tidak diundang ini mengakibatkan masalah produksi dan suplai,” katanya.

Shirakawa memperingatkan, negara-negara yang memiliki kaitan erat dengan Jepang, seperti China dan Amerika Serikat (AS), juga dapat terpengaruh. “Dampak rantai suplai dapat meluas secara internasional. Meski demikian, Jepang memiliki kemampuan untuk pulih,” ungkapnya.

“Masyarakat Jepang telah menunjukkan kegigihan. Kerja pembangunan kembali telah dimulai secara bertahap namun stabil. Tantangan pertama ialah memastikan pendanaan yang cukup untuk pembangunan kembali,” ujarnya.

Terkait kebutuhan dana untuk pembangunan kembali, menurut Shirakawa, Jepang memiliki simpanan investasi untuk masa yang panjang. Dari perspektif makroekonomi, pendanaan tersebut tidak akan sulit.

“Kapasitas Jepang untuk pendanaan mata uang asing sangat kuat, apalagi negara ini merupakan kreditor terbesar di dunia. Berbagai institusi finansial swasta sepenuhnya mampu memenuhi peningkatan dalam permintaan dana untuk pembangunan kembali. Sedangkan saham-saham pemerintah Jepang telah dikeluarkan dengan cukup lancar,” paparnya. (syarifudin)