Pages

Labels

Kabinet Mesir Mengundurkan Diri

KAIRO – Kabinet Mesir yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Essam Sharaf mengumumkan pengunduran diri kemarin, seiring memburuknya bentrok antara polisi dan demonstran.

Bentrok berdarah sejak Sabtu (19/11) yang menewaskan sedikitnya 33 orang itu menciptakan krisis terburuk sejak tergulingnya Presiden Mesir Hosni Mubarak pada Februari silam. Sebanyak 20.000 orang kembali berunjuk rasa di Lapangan Tahrir pada malam Selasa (21/11).

“Pemerintahan Perdana Menteri (PM) Essam Sharaf telah menyerahkan pengunduran diri pada Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (yang berkuasa),” papar juru bicara kabinet Mesir Mohammed Hegazy pada kantor berita MENA, dikutip Reuters.Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF) berkuasa saat Mubarak digulingkan melalui gerakan revolusi. Pengunduran diri Sharaf, jika diterima, dapat mengancam mundurnya jadwal pemilihan umum (pemilu) parlemen pada 28 November mendatang.

Pemilu ini akan menjadi yang pertama digelar sejak jatuhnya Mubarak. “Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata mengundang semua kekuatan politik dan nasional untuk dialog darurat untuk melihat penyebab di balik krisis yang terjadi sekarang dan cara menyelesaikannya secepat mungkin,” papar pernyataan SCAF yang dirilis MENA. SCAF menyatakan, pihaknya sudah meminta Kementerian Kehakiman untuk membentuk satu komite yang menyelidiki kekerasan yang barubaru ini terjadi.

“Kami menyerukan semua kekuatan dan warga negara untuk memulihkan ketenangan dan menciptakan suasana stabilitas dengan tujuan mendorong proses politik,”ungkap SCAF. Amnesty International menilai SCAF gagal melaksanakan janji-janjinya dan melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) lebih buruk dibandingkan rezim Mubarak.

Puluhan ribu orang memenuhi Lapangan Tahrir di Kairo pada Senin malam (21/11) setelah bentrok sebelumnya di sekitar lokasi tersebut.Mereka menyambut berita pengunduran kabinet. Demonstran terus menyerukan pembubaran dewan militer saat bentrokterus terjadi di dekat kantor pusat Kementerian Dalam Negeri. Polisi antihuru-hara menembakkan peluru karet dan gas air mata saat demonstran melemparkan batu dan bom molotov.

Pengunjuk rasa lain membentuk barikade untuk membawa korban luka-luka menuju mobil-mobil ambulans yang sudah menunggu. Amerika Serikat (AS) menyatakan keprihatinan mendalam atas kekerasan yang terjadi. Juru bicara Gedung Putih Jay Carney menyatakan, penting bagi Mesir untuk menggelar pemilu demokratis.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Victoria Nuland mendukung seruan Gedung Putih untuk pemilu yang adil dan jujurdiMesir.Nulandberharap, pemilu tetap digelar sesuai jadwal. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon mendesak dewan militer menjamin kebebasan sipil. “Sekjen sangat mencemaskan kekerasan di Mesir selama beberapa hari ini, khususnya di Kairo.

Dia menyesalkan hilangnya nyawa dan banyaknya korban lukaluka,” tutur Juru Bicara PBB Martin Nesirky. “Sekjen menyeru otoritas transisi untuk menjamin perlindungan HAM dan kebebasan sipil bagi semua rakyat Mesir,termasuk demonstran damai.” Kekuatan politik yang menggerakkan revolusi Mesir menyerukan pawai massal untuk mendesak dewan militer menyerahkan kekuasaan pada pemerintahan sipil.

Koalisi Revolusi Pemuda dan gerakan 6 April mendorongunjukrasakemarinpada pukul 16.00 waktu setempat di LapanganTahrir. Ketua Liga Arab Nabil al- Arabi menyerukan semua pihak untuk tenang dan meminta seluruh kekuatan politik melanjutkan proses demokratis. “Mari menciptakan ketenangan dan kembali ke proses politik serta melanjutkan proses perubahan demokratis berdasarkan prinsip kebebasan, martabat, dan keadilan sosial yang telah diletakkan dalam revolusi 25 Januari,” papar Nabil.

Pernyataan dari 140 diplomat dari berbagai negara menyerukan dihentikannya kekerasan dan serangan oleh pasukan keamanan pada demonstran damai. Bentrok tidak hanya terjadi di Kairo. Pasukan keamanan bentrok dengan sekitar 4.000 demonstran di kota pelabuhan Ismailia di Terusan Suez.“Dua demonstran tewas di sana,” papar seorang paramedis kepada Reuters.

“Sebanyak 5.000 orang mengepung kantor pusat keamanan di kota pantai Alexandria dan polisi merespons dengan menembakkan peluru tajam,” papar beberapa saksi mata.Kantor berita MENAmenyatakan, 40 petugas keamanan terluka dalam bentrok di Alexandria. Sumber medis di kamar mayat di sebuah rumah sakit di Kairo menyatakan menerima 33 jasad sejak Sabtu (19/11), yang sebagian besar mengalami luka akibat peluru tajam. Namun,Kementerian Kesehatan Mesir menyatakan korban tewas hanya 24 orang dan 1.250 terluka.