Pages

Labels

Kairo Kian Membara

KAIRO– Bentrok antara demonstran dan aparat keamanan di ibu kota Mesir hingga kemarin menewaskan sedikitnya 33 orang dan melukai ratusan orang. Upaya aparat mengusir demonstran di Lapangan Tahrir berlanjut hingga kemarin.Aparat menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa. Demonstran menghancurkan beton jalan dan melemparkan pecahannya ke arah polisi. Jumlah korban tewas terus bertambah.Petugas ruang mayat rumah sakit Zainhum menyatakan telah menerima 33 jasad dari korban tewas akibat bentrok antara demonstran dan aparat keamanan. ”Ruang mayat ini menjadi tempat utama korban tewas dibawa,” papar sumber medis di rumah sakit tersebut yang menolak disebutkan namanya pada Reuters. Sebelumnya Kementerian Kesehatan Mesir menyatakan, 22 orang tewas dalam kekerasan beberapa hari ini.”Kematian di Lapangan Tahrir dan beberapa provinsi mencapai 22 orang, sejak bentrok pecah pada Sabtu (19/11),”papar pernyataan kementerian, dikutip kantor berita MENA. Ratusan orang juga terluka dalam unjuk rasa di Kairo, Alexandria, dan Kota Suez. Surat kabar milik pemerintah, Al-Akhbar menulis headline berjudul ”Perang di Lapangan”, sedangkan harian liberal Wafd menulis judul ”Mesir Menduduki Gunung Berapi”. Kerusuhan yang terjadi saat ini membayangi pemilihan umum (pemilu) yang akan digelar pekan depan.Ini merupakan kerusuhan terlama dan terbesar, sejak Presiden Mesir Hosni Mubarak digulingkan dari kekuasaan pada Februari silam. ”Jelas tidak ada jalan kembali seperti yang Anda lihat bahwa kekerasan ini tidak bisa diselesaikan di balik meja,” tutur Essam Gouda, demonstran di Tahrir, kepada Reuters. ”Kami bertujuan mengontrol titik-titik masuk lapangan, sehingga aparat tidak bisa menghalangi demonstran untuk menuju Tahrir. ” Pengunjuk rasa mengaku khawatir Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata sebagai pelaksana pemerintahan Mesir, berupaya menguatkan kekuasaannya. Dewan yang dipimpinLaksamanaMohamed Tantawiitumendapat tanggung jawab mengawasi transisi menuju demokrasi setelah tiga dekade pemerintahan autokratik Mubarak. Tantawi yang menjadi menteri pertahanan selama dua dekade di era rezim Mubarak, menjadi target kecaman demonstran.” Saya tidakingin Tantawi. Saya tetap berada di sini tadi malam,”kata Ayman Ramadan, pegawai pengumpul data. Kerusuhan yang terjadi hanya sepekan sebelum pemilu parlemen pertama dalam beberapa dekade terakhir ini, membuat banyak pihak khawatir tentang kelancaran pesta demokrasi tersebut. Rakyat Mesir akan memilih parlemen baru dalam pemilu yang dimulai pada 28 November. Namun meski parlemen telah terbentuk, presiden tetap memiliki wewenang terhadap angkatan bersenjata hingga pemilu presiden digelar paling cepat pada 2012 atau 2013. Pengunjuk rasa mendesak transisi kekuasaan yang lebih baik.Polisi yang didukung tentara, menembakkan gas air mata dan menyerbu demonstran di Lapangan Tahrir,Minggu (20/11) malam. Penyerbuan itu membuat pengunjuk rasa berlarian. Demonstran menunjukkan peluru dan selongsongnya, namun polisi menyangkal menggunakan peluru tajam untuk mengusir pengunjuk rasa.Aparat keamanan membakar spanduk dan selebaran.Tayangan video di internet,yang tidak dapat dikonfirmasi secara independen, menunjukkan polisi memukuli demonstran dengan tongkat, menjambak rambut pengunjuk rasa dan membuang sesuatu mirip jasad manusia di tempat sampah. Pengunjuk rasa yang tercerai- berai akibat serangan itu, kembali berkumpul di beberapa bagian jalan.Mereka berhasil menguasai lagi lapangan Tahrir lusa malam,sebelum akhirnya polisi berupaya menyerbu lagi demonstran setelah fajar kemarin. Asap tebal membubung dari sebuah gedung apartemen lantai enam dekat Lapangan Tahrir,dan seorang perempuan berteriak minta tolong dari sebuah jendela di lantai paling atas.Pemadam kebakaran tiba, tapi polisi yang menembakkan gas air mata dari bagian jalan lainnya membuat marah warga. Beberapa warga mencoba membantu menyelamatkan penghuni apartemen tersebut. Di luar gedung apartemen yang terbakar itu demonstran berteriak, ”Tantawi membakarnya dan di sinilah pendukung revolusi!” Unjuk rasa berhari-hari itu dimulai sejak Jumat (18/11), yang awalnya dipimpin kelompok Islam yang marah dengan upaya kabinet yang didukung militer, untuk mencabut prinsip-prinsip pada konstitusi baru yang membuat militer tak bisa mengontrol pemerintahan sipil di masa depan. Namun, unjuk rasa itu kemudian menjadi semakin besar setelah sejumlah aktivis muda yang menggulingkan Mubarak, turut menyerukan agar kepentingan nasional didahulukan dari hal lain. Salah satu kelompok pemuda itu,Gerakan Pemuda 6 April menyatakan pada kantor berita Mesir, bahwa mereka akan tetap bertahan di Tahrir dan melanjutkan menduduki kota-kota lain hingga desakan mereka terpenuhi, termasuk seruan pemilu presiden paling lambat digelar April. Desakan lainnya termasuk menggantikan kabinet saat ini dengan pemerintahan penyelamat nasional ,dan segera menyelidiki bentrok yang terjadi di Tahrir dan mengadili mereka yang terlibat di dalamnya. Kandidat presiden Mesir Hazem Salah Abu Ismail dari kelompok Islam menegaskan, ”Kami mendesak kekuasaan diserahkan paling cepat dalam enam bulan.” Militer menyangkal hendak mempertahankan kekuasaan dan mengatakan tidak akan membiarkan kerusuhan menunda pemilu parlemen. ”Kami semua memastikan menggelar pemilu tepat waktu, termasuk pemerintah,partai politik, dan Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata,” ujar juru bicara kabinet Mesir Mohamed Hegazy kepada Reuters. syarifudin