MANAMA- Bahrain menangkapi aktivis oposisi kemarin, saat dunia internasional menekan pemerintah agar mengakhiri kekerasan terhadap demonstran. Lima aktivis Syiah dan seorang Sunni, ditahan kemarin malam, saat terjadi bentrok yang menewaskan lima orang.
Di antara aktivis yang ditahan ialah Hassan Mashaima, pemimpin kelompok Syiah, Haq, yang berupaya menggulingkan monarkhi Sunni yang memerintah di negara mayoritas Syiah selama 230 tahun. Mashaima kembali ke Manama dari luar negeri pada 26 Februari, setelah tuduhan terorisme terhadapnya dicabut, sebagai tawaran damai dari pemerintah pada oposisi.
“Mereka ditahan pada malam hari,” papar Khalil Marzouk, deputi pemimpin gerakan oposisi Al-Wefaq.
Aktivis hak asasi manusia (HAM) dan anggota Haq, Abduljalil al-Singace, yang baru dibebaskan pada Februari silam setelah enam bulan dipenjara, juga ditahan bersama aktivis sayap kiri Ibrahim Sharif. Pemerintah Bahrain tidak bersedia mengonfirmasi berita penahanan tersebut.
“Empat pria datang sekitar pukul dua pagi. Salah satu dari mereka mengarahkan sepucuk revolver di pelipis suami saya dan membawanya pergi tanpa memberi kami waktu untuk memanggil pengacaranya,” papar istri Sharif, Farida Gulam, seperti dilansir kantor berita AFP.
Pasukan keamanan semakin brutal dalam meredam unjuk rasa oposisi. Aparat menembakkan gas air mata dan senapan untuk mengusir demonstran yang menduduki Lapangan Mutiara, Manama, pada Rabu (16/3), di hari terburuk kekerasan sejak aktivis turun ke jalan bulan lalu.
Oposisi mengatakan, tiga demonstran tewas dalam serangan aparat, sedangkan pemerintah menjelaskan, dua polisi tewas saat bentrok melawan demonstran yang mengendarai sepeda motor.
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama yang merupakan aliansi Bahrain, menelpon Raja Hamad untuk mengungkapkan keprihatinan mendalam. Sedangkan Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron mendesak raja untuk melakukan reformasi, bukan represi.
Demonstran Bahrain mendesak monarkhi konstitusional, pembubaran pemerintah, dan diakhirinya represi serta korupsi. Elemen Syiah lainnya, seperti Haq, menuntut pembentukan republik.
Sementara itu, Kepala HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Navi Pillay mengecam pasukan keamanan Bahrain yang mengambil alih banyak rumah sakit dan fasilitas medis di negara itu. Tindakan aparat itu, menurut Pillay, merupakan pelanggaran berat hukum internasional.
“Saya memperingatkan ekskalasi kekerasan oleh pasukan keamanan di Bahrain, terutama laporan tentang pengambilalihan berbagai rumah sakit dan pusat-pusat medis di negara. Ini merupakan pelanggaran berat hukum internasional,” tegas Pillay.
Rumah sakit utama di Manama dikelilingi polisi bersenjata. Menteri Kesehatan Bahrain Nizar Baharna dari Syiah, mengumumkan pengunduran diri setelah polisi diduga menyerbu sebuah rumah sakit di Manama.
“Pemerintah berkewajiban melindungi hak hidup dan kesehatan rakyat, tapi kita mendengar laporan yang sangat kredibel yang menunjukkan bahwa mereka menutup akses ke hak-hak tersebut,” ujar Pillay. (syarifudin)