RAS LANUF- Amerika Serikat (AS) menganggap seruan Liga Arab agar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberlakukan zona larangan terbang di Libya merupakan langkah penting.
Saat ini tentara pemerintah Libya yang didukung pesawat tempur dan tank bergerak untuk mengusir pasukan pemberontak di basis-basis yang dikuasai. Operasi militer rezim bisa dihalangi dengan pemberlakuan zona larangan terbang.
“Pertemuan Liga Arab di Kairo memutuskan bahwa kejahatan serius dan kekerasan yang dilakukan pemerintahan Muammar Khadafi terhadap rakyatnya telah menghapus legitimasinya,” tegas Sekretaris Jenderal Liga Arab Amr Moussa.
Washington yang akan memainkan peran memimpin pemberlakuan zona larangan terbang menjelaskan, keputusan Liga Arab menguatkan tekanan terhadap Khadafi. Tapi AS tetap tidak berkomentar tentang komitmennya menggelar aksi militer dan tidak mengajukan usulan untuk pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB.
Tidak jelas, apakah seruan Liga Arab untuk zona larangan terbang itu akan mendorong NATO melakukan aksi militer terhadap rezim Khadafi. Menteri Luar Negeri (menlu) Inggris William Hague menjelaskan, keputusan Liga Arab sangat penting.
Para diplomat di New York juga mengatakan, masih ada kemungkinan pertemuan akhir pekan Dewan Keamanan PBB untuk menggelar voting tentang itu tersebut. Tapi kemungkinan itu pun juga belum pasti.
Kelompok pemberontak di Libya menyatakan, zona larangan terbagn sangat penting untuk melumpuhkan angkatan udara Khadafi. Sementara itu, ada 32 tentara rezim yang membelot bergabung dengan pemberontak yang menguasai kota Misrata. Salah seorang pembelot itu berpangkat jenderal.
Juru bicara pemberontak, Gamal, menambahkan, para tentara itu membelot setelah menolak ide untuk membunuh warga sipil di selatan kota Misrata. Kebenaran informasi ini memang belum dapat dikonfirmasi secara independen. Para wartawan masih dilarang menuju kota tersebut oleh pemerintah.
Sementara itu, juru bicara pemerintah Libya Mussa Ibrahim tidak mengonfirmasi atau menyangkal adanya operasi militer di Misrata. “Ada kekuatan inti pejuang al Qaeda di sana. Ini tampak seperti skenario Zawiyah. Beberapa orang akan menyerah, beberapa akan menghilang. Para pemimpin suku berbicara pada mereka. Pada siapa yang masih bertahan, kami akan bernegosiasi dengannya,” katanya.
Selama sepekan terakhir, pasukan pemerintah yang didukung tank-tank dan pesawat tempur melumpuhkan pemberontakan di Zawiyah, 50 kilometer barat Tripoli. Jumlah korban tewas di Zawiyah tidak diketahui tapi sebagian besar wilayah kota itu hancur. Gedung-gedung di sekitar lapangan utama tampak berlubang oleh serangan tank dan roket.
Para pemberontak di Misrata tampaknya kekurangan persenjataan. “Kami menghadapi pembantaian. Kami tahu ini akan terjadi dan Misrata akan seperti Zawiyah, tapi kami yakin pada Tuhan. Kami tidak memiliki kemampuan untuk melawan Khadafi dan pasukannya. Mereka memiliki tank-tank dan persenjataan berat. Sedangkan kami punya keyakinan pada Tuhan,” papar Mohammad Ahmed, pejuang pemberontak.
Lebih ke timur lagi, pasukan Khadafi semakin menekan pemberontak di Ras Lanuf, sehari setelah melakukan serangan amphibi di kota pelabuhan minyak tersebut. Tank-tank dan pesawat tempur dikerahkan untuk menghadapi persenjataan ringan pemberontak.
Puluhan tentara melambaikan poster-poster Khadafi dan melukis di atas grafiti yang dibuat pemberontak di sebuah kompleks perumahan karyawan industri minyak. Saat itu wartawan asing tiba dari Tripoli untuk mengikuti lawatan yang dikoordinir pemerintah.