MANILA- Radiasi dalam jumlah kecil dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Jepang yang bocor telah menyebar ke penjuru Asia. Kabar ini kian meresahkan jutaan orang yang sudah khawatir dengan produk pangan dari Negeri Matahari Terbit.
Pemerintah China, Korea Selatan (Korsel), Filipina, dan Vietnam kemarin melaporkan bahwa radiasi nuklir itu sudah menyebar di wilayah mereka, meski levelnya masih sangat kecil sehingga tidak beresiko bagi kesehatan manusia.
“Kami meminta publik tidak panik. Ada jumlah sangat kecil (radiasi) di udara,” papar juru bicara Institut Riset Nuklir Filipina Tina Cerbolis, senada dengan pernyataan negara lain yang telah mendeteksi adanya radiasi.
“Saya dapat menjamin Anda bahwa jumlah radiasi ini tidak akan memiliki dampak sekecil apa pun terhadap kehidupan warga Korea,” papar kepala Institut Keamanan Nuklir Korea Yun Choul-Ho di Seoul, seperti dirilis kantor berita AFP.
Kendati demikian, perkembangan ini mengingatkan kembali warga di Asia Pasifik tentang dampak kerusakan PLTN Fukushima selama lebih dari dua pekan setelah gempa bumi dan tsunami menghancurkan fasilitas itu.
“Pelacakan radiasi menunjukkan fakta bahwa radiasi itu dengan segala cara menuju Amerika Serikat (AS), dengan air hujan di Ohio ditemukan telah terkontaminasi pada Senin (28/3),” ujar otoritas setempat.
Orang-orang dan pemerintah di negara-negara tetangga Jepang sudah mengambil berbagai langkah pencegahan saat menyaksikan krisis nuklir memburuk. Mereka mulai menguji kadar radiasi di bahan pangan yang diimport dari Jepang. Sedangkan sebagian sayuran yang tumbuh dekat Fukushima sudah dilarang.
Para pelancong dari Jepang juga mulai dipindai dengan peralatan khusus pendeteksi radiasi, di beberapa bandara. Di China, dua pelancong Jepang dibawa ke rumah sakit pekan lalu setelah petugas bandara menemukan radiasi di tubuh mereka, meski keduanya kemudian diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Dewan Energi Atom Taiwan kemarin melaporkan, partikel radioaktif jumlah kecil terdeteksi pada 43 penumpang pesawat dari Jepang sejak krisis terjadi.
Industri pengiriman juga kian khawatir dengan kapal-kapal yang berlayar melintasi perairan yang terkontaminasi radiasi di sekitar Jepang. Otoritas China pekan lalu mengatakan, radiasi terdeteksi di sebuah kapal dagang jPenag yang berlabuh di kota Xiamen.
Tidak hanya itu, pemerintah Korsel mulai memindai ikan yang tertangkap di perairan mereka sendiri. Ikan, termasuk mackerel dan hair tail juga dideteksi kandungan caesium, iodine, dan material radioaktif lainnya. Meski hingga kemarin belum ada ikan yang terdeteksi mengandung radioaktif.
Beberapa pembeli asal Eropa untuk produk pertanian Korsel juga mulai meminta semua pengiriman melalui tes radiasi. “Permintaan ini membuat para petani berbondong-bondong ke badan keamanan nuklir untuk uji bebas radiasi,” tulis kantor berita Yonhap.
Sementara itu, plutonium ditemukan di tanah tempat lokasi PLTN Fukushima. “Plutonium ditemukan dalam level rendah resiko di dua dari lima sampel tanah di fasilitas PLTN tersebut,” papar Tokyo Electric Power Co, pengelola PLTN Fukushima, seperti dirilis kantor berita Reuters.
Menurut pakar, plutonium merupakan produk antara dari serangkaian reaksi atom dan digunakan untuk bom nuklir. Plutonium dapat mengakibatkan kanker dan salah satu substansi paling berbahaya di bumi.
Mereka menduga, sejumlah plutonium mungkin ditemukan dari beberapa batang bahan bakar nuklir di Fukushima atau dari kerusakan reaktor No. 3, satu-satunya yang menggunakan plutonium sebagai bahan bakar campuran.
Badan Keamanan Industri dan Nuklir Jepang (NIS) menjelaskan, level plutonium itu tidak membahayakan kesehatan manusia. Penemuan plutonium dapat berarti mekanisme penahanan reaktor telah tertembus. “Plutonium merupakan substansi yang keluar saat suhu tinggi dan ini juga berat sehingga tidak dapat bocor keluar dengan mudah,” kata deputi direktur NIS Hidehiko Nishiyama.
“Jadi jika plutonium keluar dari reaktor, itu menunjukkan pada kita terjadi kerusakan pada bahan bakar (nuklir). Dan jika itu menembus sistem penahanannya, berarti menunjukkan seriusnya insiden ini,” tutur Nishiyama.
Sementara itu, Jepang mungkin menasionalisasi Tokyo Electric Power atau dikenal dengan sebutan TEPCO. Masa depan TEPCO kian tidak jelas sejak gempa bumi dan tsunami menerjang PLTN Fukushima Daiichi pada 11 Maret. Sahamnya merosot hingga tiga perempat dan biaya perbaikan USD92 miliar dalam bentuk hutang, meningkat 10 kali lipat dari jumlah awal.
“Biaya perbaikan semua reaktor yang rusak dan kompensasi bisnis serta rumah tangga, terus membengkak,” kata Menteri Strategi Nasional Jepang Koichiro Gemba. Seorang manajer keuangan di perusahaan manajemen aset Jepang mengatakan, “Saya tidak melihat ada pilihan lain selain menasionalisasi TEPCO.” (syarifudin)