WASHINGTON- Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama kemarin yakin Pemimpin Libya Muammar Khadafi akhirnya akan mundur. Bersamaan itu, poling terbaru menunjukkan hampir setengah rakyat Amerika menentang keterlibatan militer Paman Sam di Libya.
Obama memperingatkan, dia tidak menolak untuk mengirimkan persenjataan pada pemberontak Libya yang hendak menggulingkan Khadafi. Menurut Obama, Khadafi belum menunjukkan hendak menegosiasikan cara pergi dari Libya, meski militer koalisi internasional membombardir pasukannya.
“Harapan kami ialah kami melanjutkan tekanan, tidak hanya militer tapi melalui cara-cara lain, sehingga Khadafi pada akhirnya mundur,” papar Obama dalam wawancara dengan NBC.
Obama memberikan wawancara pada tiga jaringan televisi untuk membela strateginya di Libya. Dia juga telah berpidato untuk rakyat Amerika dan bersama tim keamanan nasional, akan berbicara di Kongres AS.
Komentar Obama kemarin menegaskan bahwa AS dan aliansinya terus memberi tekanan pada Khadafi hingga dia menyerahkan kekuasaan. Saat wawancara dengan ABC News, Obama mengatakan, orang-orang di lingkaran dekat Khadafi memiliki alasan untuk memikirkan lagi posisi mereka, saat rezim Libya mendapat tekanan keras dari luar.
“Saya pikir kita sedang melihat bahwa lingkaran dekat Khadafi memahami bahwa hari-hari mereka mungkin sudah dapat dihitung dan mereka berpikir apa langkah mereka selanjutnya,” papar Obama, seperti dikutip kantor berita AFP.
Obama juga membeberkan rahasia bahwa dia sedang memikirkan ide mempersenjatai pemberontak Libya, meski ide itu belum menjadi keputusan akhir. “Kami sedang mengamati semua opsi pada saat ini. Kami mengkaji seluruh pilihan untuk mendukung oposisi,” tuturnya.
“Saya tidak menolaknya. Tapi saja juga tidak menyetujuinya,” kata Obama pada NBC. Dia memperingatkan bahwa pengetahuan AS tentang identitas, tujuan, dan tak-tik pemberontak belum komprehensif.
Menurut Obama, beberapa anggota oposisi Libya yang telah bertemu pejabat tinggi AS, termasuk Menlu AS Hillary Clinton, sudah dikenal. Tapi beberapa individu oposisi mungkin tidak terlalu suka dengan Paman Sam.
“Itulah mengapa saya pikir, penting bagi kita untuk tidak melompat dengan semua kaki. Tapi kami berhati-hati mempertimbangkan apa tujuan oposisi,” papar Obama.
Awal pekan ini, militer AS mengumumkan pengalihan dari serangan rudal kendali jarak jauh yang menargetkan pusat-pusat komando dan pertahanan anti pesawat Khadafi, dengan pesawat tempur yang didesain untuk terbang rendah dan serangan jarak dekat terhadap pasukan darat Khadafi. Namun pasukan koalisi masih menolak anggapan bahwa mereka mendukung langsung aksi pemberontak Libya.
Pesawat tempur A-10 didesain untuk memberi dukungan udara jarak dekat, khususnya menyerang tank dan kendaraan bersenjata. Sedangkan pesawat pengangkut AC-130 dimodifikasi untuk pertempuran jarak dekat.
Poling yang dilakukan Quinnipiac University menunjukkan, sebagian besar responden yakin misi AS untuk melindungi warga sipil dari Khadafi dapat sukses, meski ada keraguan tentang lamanya peperangan. Poling itu juga memperingatkan Obama karena popularitas Presiden AS merosot menjadi 42%, turun dari 46% pada bulan ini. Ini merupakan popularitas terendah bagi Obama.
Responden juga mengatakan, marjin 50 hingga 41% menganggap Obama tidak terpilih lagi pada 2012. “Obama mendapat nilai negatif dalam mengatasi defisit anggaran, ekonomi, kebijakan luar negeri, pelayanan kesehatan dan energi,” papar Peter Brown, direktur poling Quinnipiac University.
Sementara itu, pemberontak Libya yang melarikan diri dari kota minyak Ras Lanuf meminta pasukan koalisi melancarkan serangan udara terhadap pasukan Khadafi. Kelompok pemberontak yang terpecah belah dan berkumpul lagi dekat Brega, 240 kilometer selatan markas oposisi di Benghazi, mengaku memerlukan persenjataan untuk menghadapi pasukan Khadafi.
“Kami menginginkan dua hal: pesawat-pesawat mengebom tank-tank dan artileri berat Khadafi dan mereka (pasukan koalisi) memberi kami persenjataan sehingga kami bisa bertempur,” kata pemberontak Yunes Abdelghaim, 27, yang memegang senapan AK-47 dan bendera Prancis.
Saat ini ada sekitar 200 pemberontak di pos pemeriksaan luar Brega, yang berdiri mengawasi gurun. Mereka sudah meninggalkan Ras Lanuf dan mundur dari garis depan Uqayla, sekitar 20 kilometer menuju timur. “Kami menghadapi satu masalah besar. Kami mundur. Pasukan Khadafi menembakkan roket-roket dan bom dari tank,” kata Salama Dadida, saat ratusan mobildan truk pick up pergi dari Uqayla menuju Brega.
Pada Selasa (29/3), pemberontak dalam jarak 100 kilometer dari Sirte, kota kelahiran Khadafi, hingga akhirnya mendapat perlawanan dari pasukan Khadafi. Pemberontak kemudian mundur lagi dan melarikan diri dengan mengendarai truk-truk pick up.
Semua bentuk keputusan mempersenjatai pemberontak Libya akan menyulut perdebatan internasional terkait embargo persenjataan di Libya yang akan menghalangi aksi itu. Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron mengatakan, kata embargo tidak mengijinkan suplai persenjataan.
Sedangkan Gedung Putih mengatakan, yakin kata itu memberi kebebasan untuk mengirim persenjataan pada pemberontak. Menlu AS Hillary Clinton mengatakan, meski sanksi PBB melarang pengiriman persenjataan ke Libya, larangan itu tidak lagi berlaku. “Ini penafsiran kami bahwa (resolusi Dewan Keamanan PBB) 1973 diubah atau menolak larangan mutlak persenjaan bagi siapapun di Libya, sehingga ada legitimasi mengirim persenjataan jika sebuah negara harus memilih melakukannya,” tuturnya.
Sedangkan Menlu Prancis Alain Juppe menjelaskan, negaranya segera membahas bersama aliansi untuk kemungkinan menyuplai bantuan militer bagi pemberontak.
Bersamaan itu, Menteri Luar Negeri (menlu) Italia Franco Frattini mengatakan, semua yang terlibat dalam operasi militer di Libya sepakat bahwa Khadafi harus pergi dari negaranya. “Tapi saat ini belum ada satu negara pun yang mengajukan proposal resmi untuk menawarkan cara Khadafi pergi dari Libya,” kata Frattini.
Menlu Rusia Sergei Lavrov yakin kekuatan asing tidak berhak mempersenjatai pemberontak, berdasarkan mandat yang disetujui Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). “Saat ini Menlu Prancis mengatakan, Prancis mendiskusikan untuk menyuplai persenjataan bagi oposisi Libya,” kata Lavrov di London.
“Setelah itu, Sekretaris Jenderal NATO Fogh Rasmussen mendeklarasikan bahwa operasi di Libya mencapai tahap melindungi populasi dan tidak untuk mempersenjatainya, dan di sini, kita sepakat sepenuhnya dengan Sekjen NATO,” tegas Lavrov.
Sedangkan juru bicara Kementerian Luar Negeri Italia Maurizio Massari memperingatkan, mempersenjatai pemberontak Libya merupakan langkah ekstrim yang memecah komunitas internasional. “Mempersenjatai pemberontak akan menjadi langkah kontroversial, langkah ekstrim yang jelas memecah komunitas itnernasional,” tegasnya saat diwawancarai Radioanch'io.
Juru bicara pemberontak Libya dari Dewan Nasional Transisional Mustafa Ghuriani menegaskan, “Akan naif untuk berpikir kami tidak mempersenjatai diri kami untuk menyamai persenjataan yang dikerahkan pasukan Khadafi.” Tapi dia menolak membenarkan atau menolak bahwa Prancis dan AS menawarkan suplai persenjataan. Dia hanya menyebut negara-negara sahabat tertentu mendukung pemberontak. (syarifudin)