SANAA (SINDO)- Massa memenuhi jalanan ibu kota Yaman, Sanaa, kemarin, dalam unjuk rasa terbesar menentang Presiden Ali Abdullah Saleh. Aksi itu membuat Saleh semakin berang dan menuduh Israel dan Amerika Serikat (AS) sebagai penghasut demonstran.
Saleh lantas memecat lima gubernur provinsi yang menjadi basis unjuk rasa anti pemerintah, sebagian besar di bekas Yaman Selatan. Pengumuman resmi menyatakan, Saleh memecat gubernur Aden, Lahij, dan Abyan di selatan, serta Hadramut di tenggara dan Hudayda di barat.
“Setiap hari kita mendengar pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama yang berbunyi, Mesir jangan lakukan ini, Tunisia jangan lakukan itu. Apa yang telah dilakukan Obama pada Oman, apa yang telah dilakukannya pada Mesir? Anda presiden AS,” tegas Saleh.
Musuh-musuh Saleh berkumpul sejak kemarin pagi di jalanan menuju lapangan dengan Sanaa University, tempat mahasiswa dan demonstran anti pemerintah membangun kamp selama lebih dari sepekan. “Rakyat ingin Ali Abdullah Saleh pergi. Rakyat ingin menggulingkan rezim,” teriak demonstran.
Banyak pengunjuk rasa yang mengenakan kain putih bertuliskan, “Hidup bahagia atau mati sebagai martir.” Oposisi menegaskan, setengah juta orang turun ke jalan, meski koresponden AFP menyatakan jumlah tersebut terlalu dibesar-besarkan.
“Sejak kami menduduki lapangan dekat universitas Sanaa, kami belum pernah melihat jumlah sebanyak ini,” kata salah seorang penggerak unjuk rasa Hashem al-Sufy.
Sedangkan Kongres Rakyat Umum menyatakan jumlah massa di Lapangan Tahrir, Yaman, mencapai 1,5 juta jiwa. Seorang koresponden menjelaskan, ada perbedaan jumlah pengunjuk rasa.
Beberapa tokoh oposisi ikut berpidato, termasuk ulama terkenal Abdul Majeed al-Zendani, yang disebut sebagai teroris global oleh Washington. “Gerakan protes yang terjadi di dunia Arab merupakan pengubah rezim yang baru, efektif, cepat, dan tidak merusak,” katanya.
Sementara di Oman, tank-tank dikerahkan pemerintah untuk membubarkan blokade demonstran di pelabuhan kota industri Sohar dan jalan pantai menuju Muscat, kemarin. Operasi pembubaran blokade itu berlangsung damai dan pasukan Oman membubarkan demonstran yang bermalam di Earth Roundabout, sebuah persimpangan tempat tewasnya seorang demonstran pada bentrok Minggu (27/2).
Aparat keamanan awalnya membubarkan demonstran dari jalan raya utama tepi pantai yang menghubungkan Muscat dan Sohar, 200 kilometer baratlaut ibu kota. Namun demonstran terus mengerahkan truk-truk yang memblokir akses dari pelabuhan Sohar menuju pabrik-pabrik aluminium dan petrokimia. Kendaraan lapis baja milik militer kemudian dikerahkan di Earth Roundabout.
Di Bahrain, ribuan demonstran turun ke jalan kemarin, menuju Lapangan Mutiara. “Kami saudara kandung, Sunni dan Syiah,” teriak pengunjuk rasa yang didominasi Syiah saat berpawai dari distrik Salmaniah, beberapa kilometer dari lapangan.
Para demonstran yang cacat dan duduk di kursi roda, memimpin pawai melintasi jalan tempat polisi menyerang dua demonstran hingga tewas, dua pekan silam. Sejumlah ulama turut berunjuk rasa. “Kita berpawai untuk menunjukkan persatuan antara Syiah dan Sunni di Bahrain,” papar Sheikh Mohammed Habib al-Muqdad, ulama yang diadili bersama 25 aktivis atas tuduhan terorisme. Dia dibebaskan pekan lalu atas ampunan kerajaan. (syarifudin)