WASHINGTON –Dua senatorAmerika Serikat(AS) kemarin mengajukan Resolusi mendesak Presiden Barack Obamamengakui pasukanoposisi Libya.
Resolusi itu juga meminta Obama mendukung usulan zona larangan terbang di Libya untuk melindungi pemberontak. Resolusi ini tidak akan menjadi undang-undang jika berhasil diloloskan di parlemen. Desakan dua senator ini muncul seiring serangan pasukan Khadafi yang terus memukul mundur pemberontak dari wilayah-wilayah yang direbutnya.
”AS harus mengakui dewan nasional transisi pemberontak Libya sebagai pemerintahan yang sah, seperti yang dilakukan Prancis,” papar Senator John McCain dari Partai Republik yang menulis resolusi itu bersama Senator Joseph Lieberman. Prancis merupakan negara pertama dan hingga kemarin, satu-satunya, yang mengakui Dewan Nasional Transisi sebagai perwakilan resmi Libya di kancah internasional.
Mc- Cain, kandidat presiden pada pemilu 2008 itu mengecam sikap sebagian pejabat di Washington karena AS belum mengakui kelompok oposisi Libya. McCain yang berpidato di ruang Senat menyeru Obama agar mendukung kata-katanya dengan tindakan. ”Libya menjadi ujian nyata. Ini menguji apakah kita akan memberikan dukungan kita, tidak hanya di masa mudah, tapi juga di saat sulit. Ini memerlukan lebih dari kata-kata dan ekspresi solidaritas,” katanya, seperti dirilis kantor berita AFP.
Menurut McCain,AS harus mempertimbangkan bantuan untuk pemberontak,termasuk membagi informasi intelijen. ”Bahkan,membentuk bantuan keamanan jika mereka memintanya, dan jika kita dapat menyediakannya dengan cara yang paling memungkinkan,” tuturnya. McCain mengutip pernyataan terbaru mantan Presiden AS Bill Clinton bahwa terjadi pertarungan tidak seimbang antara pemberontak dan pasukan Khadafi.”Presiden, jendela peluang kita untuk mendukung rakyat Libya tertutup dengan cepat,”paparnya.
Obama hanya mengeluarkan peringatan baru pada pemimpin Libya Muammar Khadafi.” Khadafi sudah kehilangan legitimasinya dan dia harus mundur,”ujar Obama. Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton yang berada di Paris untuk bertemu perwakilan kelompok oposisi Libya tetap belum menjelaskan pengakuan resmi Paman Sam. Saat ini pasukan pemberontak terpukul mundur sekitar 200 kilometer oleh tentara Khadafi yang bersenjata lengkap pada pekan lalu.
Dan, kini pemberontak hanya berjarak 170 kilometer dari Benghazi, basis wilayah mereka. Kelompok hak asasi manusia (HAM) menyebutkan, ribuan orang tewas di Libya sejak Khadafi mulai menyerang demonstran dan pasukannya melancarkan serbuan ofensif terhadap wilayah-wilayah pemberontak. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyetujui sanksi terhadap rezim Libya.Sedangkan Liga Arab bergabung dengan Inggris dan Prancis menyeru PBB untuk memerintahkan zona larangan terbang di Libya.
Utusan khusus PBB dalam konflik Libya Abdul Ilah Khatib tiba di Tripoli kemarin. Mereka mendesak diakhirinya kekerasan dan dibukanya akses bagi warga sipil.”Khatib bertemu Menlu Libya Mussa Kussa dan menegaskan desakan Dewan Keamanan PBB dan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon agar segera diakhiri kekerasan terhadap oposisi,” papar deputi juru bicara PBB Farhan Haq. Dalam pertemuan itu, pejabat Libya menjamin bahwa pemerintah akan bekerja sama penuh dengan komisi penyelidikan revolusi Libya yang dibentuk Dewan HAM PBB.
Sementara itu, pasukan pemberontak mempertahankan kota Ajdabiya dari serangan tentara Khadafi. ”Satu serangan udara menewaskan seorang pejuang oposisi dan melukai beberapa orang lainnya,” kata saksi mata dan paramedis, setelah terjadi beberapa ledakan dan tembakan senapan antipesawat di Ajdabiya bagian barat. Warga menjelaskan, pemberontak masih mengontrol sebagian kota minyak Brega, 80 kilometer ke barat, tapi pos pemberontak terakhir di barat Ajdabiya hanya tinggal berjarak 6 kilometer.
Sebulan setelah gejolak Libya,negara-negara Grup Delapan (G8) dan Dewan Keamanan PBB masih berbeda pendapat tentang usulan pemberlakuan zona larangan terbang di Libya. Pemberontak sudah putus harapan dengan rencana pemberlakuan zona larangan terbang di Libya yang masih diperdebatkan di PBB. Sedangkan Khadafi semakin percaya diri untuk tetap berkuasa.
”Pemberontak tidak memiliki harapan, kini kekalahan bagi mereka,” kata Khadafi dalam wawancara dengan harian Italia, Il Giornale, yang diterbitkan kemarin. ”Mereka memiliki dua pilihan: menyerah atau melarikan diri. Jika mereka menyerah, kami tidak akan membunuh mereka,” tegas Khadafi yang menolak semua mediasi. Dia tetap menyebut para pemberontak itu teroris yang terkait dengan Pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden. Khadafi menuduh pemberontak menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia. ● syarifudin