TRIPOLI- Pemimpin Libya Muammar Khadafi kemarin menuduh negara-negara Barat, terutama Prancis, berencana menjajah dan menguasai minyak negaranya. Dia juga menganggap para pemberontak didukung Al Qaeda.
Bersamaan itu, pasukan Khadafi terus memukul mundur wilayah-wilayah yang dikuasai pemberontak. Serangan yang bertubi-tubi membuat pemberontak mendesak Barat segera memberlakukan zona larangan terbang di Libya.
Saat ditanya tentang sikap Barat terhadap Libya, terutama Prancis, Khadafi menjawab, “Mereka ingin menjajah Libya lagi. Ini rencana kolonialis.” Inggris dan Prancis merupakan negara yang paling agresif menyerukan zona laranagn terbang di Libya.
“Negara-negara kolonialis menyusun rencana untuk menghinakan rakyat Libya, menjadikan mereka budak dan mengontrol minyak (kita),” tegas Khadafi dalam pidato yang disiarkan televisi.
Khadafi mengungkapkan pidatonya pada warga Zintan, 120 kilometer baratdaya Tripoli. Zintan dikuasai pemberontak tapi dikepung oleh tentara Khadafi. Dia menegaskan lagi, Al Qaeda berada di balik pemberontakan yang dimulai sejak 15 Februari. Dia menyeru penduduk Benghazi untuk membebaskan kota di bagian timur tersebut. Benghazi saat ini menjadi basis utama pemberontak.
“Jika Al Qaeda hendak menguasai Libya, lalu seluruh wilayah, hingga ke Israel, ini akan menjadi kekacauan,” tegas Khadafi, pada saluran televisi TRT, Turki. “Dunia akan mengubah sikapnya terhadap Libya karena stabilitas Libya berarti keamanan Laut Mediterranea. Akan menjadi bencana beser jika Al Qaeda mengambil alih Libya.”
“Al Qaeda akan membanjiri Eropa dengan para imigran. Kami merupakan salah satu yang mencegah Al Qaeda mengambil alih kontrol. Mereka akan membawa seluruh kawasan menuju kekacauan. Al Qaeda akan mengambil alih Afrika Utara,” kata Khadafi.
Khadafi memperingatkan, rakyat Libya akan mengangkat senjata melawan kekuatan Abrat jika mereka memberlakukan zona larangan terbang di ruang udaranya. “Jika mereka mengambil keputusan itu, rakyat Libya akan melihat kebenaran, bahwa apa yang mereka mau ialah mengontrol Libya dan mencuri minyak mereka,” paparnya.
“Lalu rakyat Libya akan mengangkat senjata melawan mereka,” ujar Khadafi.
Bunyi senapan dan empat ledakan besar terdengar kemarin, dari kota minyak Ras Lanuf yang dikuasai pemberontak. Kelompok anti rezim di sana telah mempersiapkan rencana menduduki Bin Jawad, 30 kilometer dari Ras Lanuf. Pesawat tempur terbang di atas wilayah itu tapi tidak melakukan serangan udara.
Pemberontak menyatakan, pasukan oposisi berada 20 kilometer di barat Ras Lanuf. Sedangkan tentara pemerintah tidak bergerak dari Bin Jawad.
Dari Zawiyah, barat Tripoli, mantan pejabat Murad Hemayma menjelaskan, Khadafi ingin mengontrol kota tersebut, kemarin, setelah beberapa hari pengepungan yang mengakibatkan banyak warga sipil tewas. “Di setiap sudut ada orang menembaki. Komunitas internasional harus melakukan sesuatu,” katanya.
Ibrahim, pejuang antirezim di Zawiyah menjelaskan, pasukan Khadafi sudah mengontrol jalan utama dan daerah pinggiran. Pasukan pemberontak masih mengontrol lapangan dan musuh berjarak 1.500 meter. Namun banyak sniper dipasang di atap-atap gedung, menembaki siapa pun yang berani keluar rumah.
“Banyak orang tewas dan mereka tidak dapat menguburkannya. Zawiyah ditinggalkan. Tidak ada seorang pun di jalanan. Tidak ada binatang, bahkan tak ada burung-burung di angkasa,” ujar Ibrahim.
Pemberontak menyatakan, pasukan Khadafi mendekati Zawiyah dan mengepungnya dengan tank-tank serta sniper (penembak jitu) di lapangan utama. “Kami dapat melihat tank-tank. Tank-tank ada di mana-mana. Mereka mengeliling lapangan dengan sniper dan tank-tank. Situasi tidak basu. Sangat mengerikan. Ada banyak sniper,” ujar seorang pejuang pemberontak melalui telepon dari Zawiyah, pada Reuters.
Saat tekanan muncul dari Libya dan berbagai negara agar diberlakukan zona larangan terbang, Gedung Putih menyatakan, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dan Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron sepakat untuk mencapai kemajuan dalam rencana itu, termasuk di NATO.
“Berbagai langkah sedang dipertimbangkan, termasuk pengawasan, bantuan kemanusiaan, pemberlakuan embargo persenjataan dan zona larangan terbang,” ungkap pernyataan Gedung Putih.
Cameron menyatakan, dunia tidak dapat berdiam diri saat Khadafi melakukan tindakan mengerikan pada rakyat Libya. “Kita telah bersiap untuk apa yang mungkin perlu dilakukan jika dia bertindak brutal terhadap rakyatnya sendiri,” paparnya.
Inggris dan Prancis sangat agresif menyeru Barat untuk memberlakukan zona larangan terbang demi menghentikan pasukan Khadafi menyerang pasukan oposisi. Seorang pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan Dewan Keamanan PBB telah mendiskusikan masalah tersebut.
Washington tampaknya kurang antusias tentang kemungkinan pemberlakuan zona larangan terbang, dibandingkan beberapa aliansinya. AS ingin inisiatif pemberlakukan zona larangan terbang berasal dari PBB, bukan dari Paman Sam.
“Saya pikir sangat penting jika itu bukan upaya yang dipimpin AS karena ini datang dari rakyat Libya itu sendiri. Kami pikir penting bahwa PBB membuat keputusan itu,” ujar Menteri Luar Negeri (menlu) AS Hillary Clinton. (syarifudin)